Polemik di Papua

Ultimatum KKB Papua ke Presiden Prabowo-Panglima TNI: Stop Warga Jadi Intel, Serang Markas TPNPB-OPM

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, secara eksplisit meminta Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Ist/ Kolase Tribun Jambi
Presiden Prabowo Subianto, Sebby Sambom dan Panglima TNI. Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, secara eksplisit meminta Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto. Dia meminta untuk menghentikan penggunaan warga sipil sebagai agen intelijen di zona konflik. Mereka menantang jika ada serangan balasan, maka aparat keamanan harus menyerang langsung markas TPNPB. 

TRIBUNJAMBI.COM - Setelah mengklaim bertanggung jawab atas pembakaran sekolah dan Puskesmas di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau KKB Papua kini melancarkan ultimatum politik dan militer langsung kepada pucuk pimpinan di Jakarta.

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, secara eksplisit meminta Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.

Dia meminta untuk menghentikan penggunaan warga sipil sebagai agen intelijen di zona konflik. Mereka menantang jika ada serangan balasan, maka aparat keamanan harus menyerang langsung markas TPNPB.

"Kami menegaskan kepada Presiden Prabowo Subianto, Panglima TNI Agus Subiyanto... jika melakukan serangan balasan, silakan langsung ke markas TPNPB. Hentikan penggunaan warga sipil sebagai agen intelijen di medan perang," ujar Sebby Sambom dalam siaran pers, Sabtu (27/9/2025).

Pernyataan ini muncul menyusul klaim TPNPB-OPM yang mengakui aksi pembakaran fasilitas umum di Kiwirok.

Kelompok tersebut berdalih fasilitas seperti sekolah dan Puskesmas dibakar karena telah dialihfungsikan menjadi "markas aparat keamanan".

Klaim tanggung jawab TPNPB-OPM atas insiden Kiwirok didasarkan pada laporan yang diterima dari Panglima Kodap XV Ngalum Kupel, Brigjen Lamek Alipky Taplo.

Selain pembakaran, Sebby Sambom juga mengklaim pasukannya telah berhasil mengepung Pos Militer Indonesia di Kiwirok dan menegaskan markas tersebut berada di bawah kendali TPNPB Kodap XV Ngalum Kupel.

Baca juga: Sekolah dan Puskesmas Kiwirok Jadi Abu: KKB Papua Klaim Bakar Markas Aparat

Baca juga: Siapa Sebenarnya Agus Suparmanto? Eks Mendag Jokowi yang Terpilih Aklamasi Jadi Ketum PPP

Baca juga: Teror Misterius Bayangi Keluarga Diplomat Arya Daru: Bunga Mawar Garis di Pusara

Ia bahkan mengklaim telah menembak lima aparat keamanan sebelum pembakaran fasilitas dilakukan.

"Dari aksi tersebut, TPNPB OPM siap bertanggung jawab dan pertempuran akan terus berlanjut demi merebut kembali kemerdekaan bangsa Papua,” tambahnya, menyiratkan bahwa insiden Kiwirok hanyalah bagian dari perjuangan yang lebih besar.

Menuntut Kejelasan dan Menolak Serangan Sipil

Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB menekankan bahwa mereka tidak ingin serangan balasan dari pemerintah menyasar masyarakat sipil.

Pernyataan ini secara tidak langsung menuding adanya pola serangan balasan yang kerap merugikan warga sipil di Papua, sebuah isu sensitif dalam konflik berkepanjangan.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Istana Negara maupun aparat keamanan terkait klaim TPNPB-OPM.

Baik mengenai status fasilitas yang dibakar, klaim penembakan aparat, maupun ultimatum untuk tidak melibatkan warga sipil sebagai intelijen.

Ultimatum keras dari KKB Papua ini menandai peningkatan retorika dan tantangan terbuka terhadap kebijakan keamanan baru di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Baca juga: Duka di Tanah Papua: 3 Prajurit TNI Diserang KKB, 1 Gugur dalam Serangan di Kiwirok

Baca juga: Cegah Aktivitas PETI yang Merajalela, Kapolres Bungo Jambi Berkantor di Sungai Telang

Hal ini juga menyoroti dilema mendalam mengenai keamanan warga sipil di tengah konflik yang intensif, di mana batas antara target militer dan sipil menjadi kabur.

Dramatis

Sebuah operasi penyelamatan yang sarat ketegangan berhasil mengevakuasi empat warga sipil yang terjebak di lokasi pendulangan emas di Distrik Seradala, Yahukimo. 

Keempatnya merupakan pekerja tambang yang lolos dari serangan brutal Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua atau KKB Papua pada Minggu dan Senin lalu.

Tim gabungan Satgas Operasi Damai Cartenz bersama aparat TNI-Polri harus berjibaku dalam kontak tembak menegangkan demi membawa keluar para korban.

Misi kemanusiaan ini berhasil menyelamatkan nyawa empat individu yang datang dari berbagai pulau di Indonesia untuk mengadu nasib di Tanah Papua. 
Mereka adalah:

1. Bakri Laode (38), asal Bau-Bau.

2. Febri alias Basir (46), asal Donggala.

3. Tarik Baruba alias Taslim (44), asal Sangihe.

4. Berti Oliver Dias (30), asal Ambon.

Baca juga: TNI Berduka, Pratu Haris Gugur dalam Kontak Tembak dengan KKB Papua di Pegunungan Bintang

Baca juga: Siapa Sebenarnya Agus Suparmanto? Eks Mendag Jokowi yang Terpilih Aklamasi Jadi Ketum PPP

Setelah berhasil dievakuasi dari lokasi tambang, keempatnya langsung dibawa menuju Polres Yahukimo untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan menerima perlindungan pasca-trauma. 

Keberhasilan evakuasi ini terjadi setelah aksi KKB Papua beberapa hari sebelumnya dilaporkan menewaskan sejumlah warga sipil di wilayah tersebut.

Proses evakuasi yang dilakukan oleh tim gabungan tidak berjalan mulus. Saat bergerak menuju lokasi, KKB Papua berusaha menghadang dengan melepaskan tembakan ke arah petugas. 

Namun, kesiapsiagaan aparat gabungan memungkinkan mereka mengambil tindakan pengamanan yang sigap dan terukur.

"Kami memberi penghargaan setinggi-tingginya kepada personel yang bertugas. Meskipun harus menghadapi kontak tembak, mereka tetap mampu menuntaskan misi evakuasi dengan selamat," ujar Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Pol Faizal Ramadhani, dalam siaran pers, Sabtu (27/9/2025).

Brigjen Faizal menekankan keberhasilan ini adalah bukti komitmen kuat aparat untuk melindungi setiap jiwa masyarakat, termasuk para pendulang emas ilegal yang kerap menjadi target KKB Papua.

Sementara itu, Wakil Kepala Operasi Damai Cartenz, Kombes Adarma Sinaga, memastikan bahwa penguatan operasi keamanan di Yahukimo akan terus dilanjutkan.

Baca juga: Anak Menkeu Purbaya Tak Kapok Viral: Yudo Sadewa Pamer Dolar Jadi Sorotan

"Kami akan melakukan tindakan taktis yang terukur dan berkoordinasi dengan seluruh aparat keamanan untuk memastikan stabilitas wilayah. Penegakan hukum terhadap kelompok bersenjata akan dilaksanakan secara profesional dan humanis," tegas Kombes Adarma.

Saat ini, keempat korban dipastikan aman dan sedang menjalani perawatan, sekaligus memberikan keterangan kepada aparat.

Operasi pengamanan dan pemantauan intensif di Distrik Seradala terus dilakukan untuk mencegah potensi gangguan susulan dari KKB.

Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Mardiono Terpilih Ketum PPP Lewat Aklamasi Aneh di Tengah Kericuhan dan LPJ Ditolak

Baca juga: Polisi Periksa Saksi Kasus Kematian Santri di Muaro Jambi, Keluarga Temukan Luka Lebam di Tubuh

Baca juga: Korban Begal di Jambi Bantah Keterangan Pelaku: Mana Ada Abang Mengejek

Baca juga: BGN Wajibkan Chef Bersertifikat Masak di Dapur MBG

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved