Predator Anak di Kota Jambi

Predator Anak di Jambi, Luka Batin yang Tak Terlihat dan Upaya Pemulihan

Kasus predator anak yang kembali mencuat di Kota Jambi bukan hanya menjadi isu hukum dan sosial, tetapi juga menyisakan luka psikologis

Penulis: Syrillus Krisdianto | Editor: Nurlailis
Ist
Menurut psikolog Jambi, Dessy Pramudiani, M.Psi, kejahatan seksual terhadap anak meninggalkan dampak jangka panjang yang memengaruhi emosi, kepercayaan diri, dan masa depan korban. 

“Anak berkembang dalam lingkaran sistemik (keluarga, sekolah, masyarakat, media). Semua lingkungan ini perlu terlibat untuk melindungi anak,” katanya.

Dia menuturkan, ada lima langkah antisipasi terhadap hal tersebut.

“Yang pertama, edukasi sejak dini. Anak diajarkan konsep body autonomy (hak atas tubuhnya sendiri). Misalnya, mengenal ‘area pribadi’ yang tidak boleh disentuh orang lain,” tuturnya.

Langkah kedua, komunikasi terbuka di keluarga. Dessy menekankan pentingnya ikatan aman antara anak dan orang tua.

“Mengutip dari teori attachment Bowlby, anak yang merasa dekat dengan orang tuanya lebih berani bercerita ketika menghadapi ancaman,” jelasnya.

Dessy menerangkan, pengawasan lingkungan  memiliki peran penting terkait hal itu.

“Sekolah, masjid, dan tempat ibadah harus memiliki SOP ketat agar anak tidak sendirian dengan orang dewasa yang bukan keluarganya,” terangnya.

Dia menambahkan, literasi digital dan sosial turut memiliki peran penting.

“Predator seksual sering memanfaatkan media sosial atau modus sederhana seperti iming-iming makanan. Orang tua perlu mengawasi aktivitas digital anak sekaligus melatih anak agar lebih waspada,” ujarnya.

Dia menegaskan, penindakan hukum yang tegas harus digalakkan terkait kasus tersebut.

“Efek jera bagi pelaku menjadi bagian dari proteksi psikologis masyarakat, sehingga menumbuhkan rasa aman,” tegasnya.

Pesan Dessy Untuk Masyarakat

Dessy menuturkan, kasus predator anak di Jambi adalah alarm keras bagi masyarakat. 

“Dari sisi psikologi, luka yang dialami anak korban bukan hanya hari ini, tetapi bisa terbawa hingga dewasa bila tidak ditangani dengan tepat,” tuturnya.

Sehingga, pemulihan harus menyentuh hati anak, sementara pencegahan harus melibatkan seluruh ekosistem kehidupan mereka.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved