Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen 7 November 2025 - Kemurahan yang Melampaui Akal Budi

Bacaan ayat: Matius 20:13 (TB)  Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau

Editor: Suci Rahayu PK
Instagram @ferinugroho77
Pdt Feri Nugroho 

Renungan Harian Kristen 7 November 2025 - Kemurahan yang Melampaui Akal Budi

Bacaan ayat: Matius 20:13 (TB)  Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?

Oleh Pdt Feri Nugroho

 

'Susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah.' Wow, jangan dech itu kita miliki. Orang-orang yang demikian akan menderita seumur hidup.

Bukan karena penderitaan datang pada dirinya, namun karena ia sendiri yang menciptakan penderitaan untuk dirinya sendiri.

 Faktanya, tanpa disadari, inilah kita. Tandanya? Ketika kita tidak nyaman dengan kebahagiaan orang lain.

Metode 'anggur asam', dimainkan; yaitu memberikan label buruk pada penyebab kebahagiaan orang lain dan menyebutnya biasa-biasa saja. Sadarkah, bahwa kondisi tersebut bisa berdampak dalam hidup beriman? 

Yesus bercerita tentang seorang tuan rumah yang mencari pekerja untuk kebun anggur.  Ia pun mendapatkan pekerja dan diberi upah sedinar, menurut UMR kala itu.

 Berturut-turut, pukul sembilan, pukul dua belas dan pukul lima petang ia mendapat pekerja dengan kesepakatan upaha yang layak. Tentu sedinar.

Tiba giliran pembagian upah, rupanya dengan sengaja sang tuan rumah memberikan upah kepada yang paling sore mulai bekerja, sedinar. 

Menyaksikan hal ini, mereka yang bekerja lebih awal tiba-tiba mempunyai harapan logis bahwa mereka akan mendapatkan upah lebih banyak. Faktanya, mereka harus gigit jari, sampai akhir protes. "Ini tidak adil! 

Bagaimana mungkin upah kami disamakan dengan mereka yang bekerja hanya satu jam saja! Kami protes!", demikian kira-kira seruannya. 

Bukankah ini kita banget? Banyak protes karena melihat orang lain mendapatkan berkat banyak, sementara diri sendiri merasa telah bekerja keras membanting tulang, namun biasa-biasa saja. "Tuhan, ini tidak adil!", ini seruan kita dalam doa.

 Selama kita fokus pada apa yang telah kita lakukan dalam hidup dan merasa berhak mendapatkan upah atas jerih lelah tersebut, akan selama itu pula kehidupan dirasakan tidak adil.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved