Diskusi yang awalnya membahas “drama” politik menjelang pemilihan daerah berubah menjadi panas. Matutina menentang gaya kritik teoritis Rocky Gerung, yang dianggapnya terlalu akademis dan kurang konkrit.
Saat Rocky Gerung terus menyampaikan argumen filosofisnya, Matutina semakin tidak sabar dan akhirnya berdiri, mendekati Gerung, serta meneriakkan “Kamu bodoh, goblok kamu!” secara langsung di siaran televisi.
Insiden tersebut langsung viral di media sosial—dalam hitungan jam, “Silfester” menjadi topik hangat di X (Twitter) dengan ribuan sebutan.
Insiden tersebut tidak berhenti hanya pada kata-kata. Seorang panelis lain di studio, Chico Hakim – seorang politikus dari partai PDI-P yang mendukung Jokowi – berusaha menenangkan situasi.
Hal ini menyebabkan terjadinya bentrokan singkat antara Matutina dan Rocky Gerung, di mana Chico Hakim berusaha memediasi.
Petugas keamanan akhirnya turun tangan ketika Matutina dan Chico saling bertukar kata dengan nada keras, hampir mencapai titik perkelahian.
Acara tersebut pun sempat berakhir dengan jeda komersial. Setelah siaran, insiden tersebut terus menjadi perbincangan hangat di media dan media sosial, dengan sebagian masyarakat mengkritik Matutina atas perilaku tidak santunnya, sementara pendukungnya memujinya karena membela Jokowi.
Silfester Matutina kemudian memberikan klarifikasi publik, meskipun tetap tidak sepenuhnya meminta maaf, dengan menjelaskan bahwa tindakannya merupakan bentuk "shock therapy” terhadap kritik yang ia anggap tidak berdasar.
Warisan dan Dampak
Per 2025, Silfester Matutina menjadi figur yang menuai skeptisisme akibat ambiguitas posisinya di antara aktivisme dan kekuasaan.
Selama satu dekade terakhir, ia telah berkembang dari relawan kampanye jalanan menjadi tokoh politik yang dikenal secara nasional dengan kehadirannya di media serta posisi di BUMN, yang didapatkannya melalui mendukung Presiden Jokowi hingga administrasi Prabowo Subianto.
Warisan Matutina juga terlihat dalam ranah kebijakan melalui inisiatif sumpah setia Tegak Lurus. Melalui upaya ini, ia mendorong agar kelompok relawan memiliki agenda tersendiri, termasuk mendukung undang-undang anti korupsi seperti RUU Penyitaan Aset dan pembatasan transaksi tunai.
Matutina lebih sibuk dengan pencitraan isu-isu populis ketimbang menghasilkan perubahan kebijakan yang berarti.
Pembelaannya yang berlebihan terhadap visi Jokowi - termasuk usulannya yang tidak realistis agar Jokowi menjadi Sekjen PBB - semakin memperlihatkan kecenderungannya untuk terjebak dalam politik simbolik.