TRIBUNJAMBI.COM - Berikut profil Silfester Matutina, Sosok Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet) yang segera masuk penjara dalam kasus pencemaran nama baik Jusuf Kalla.
Kasus tersebut kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung (Kejagung), Anang Supriatna, telah inkrah.
Anang menegaskan bahwa kasus yang menjerat Silfester telah memiliki kekuatan hukum tetap atau inkrah.
"Harus dieksekusi, harus segera (ditahan), kan sudah inkrah. Kita enggak ada masalah semua," ujar Anang saat ditemui di Gedung Kejagung, Jakarta Selatan.
Lantas, siapa sebenarnya Silfester Matutina?
Sosok Silfester Matutina cukup dikenal sejak jaman pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Silfester Matutina merupakan kelahiran 19 Juni 1971 di Ende, Nusa Tenggara Timur.
Dia adalah seorang pengacara, pengusaha, dan aktivis politik Indonesia yang dikenal karena dukungannya yang vokal terhadap Presiden Joko Widodo dan kemudian terhadap pasangan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka.
Dia naik ke permukaan sebagai pemimpin jaringan relawan Presiden Jokowi dan sering tampil di media untuk membela kebijakan pemerintah.
Baca juga: Silfester Matutina Segera Mendekam di Jeruji Besi, Kejagung: Sudah Inkrah
Baca juga: KKB PAPUA Warning Warga dan Pemerintah, Klaim Tembak Pesawat di Dekai
Baca juga: SOSOK Baiq Miranda Puspa Fratiwi, Istri yang Tewas Dicekik Suami di Lombok: Baik, Pekerja Keras
Silfester Matutina pernah menjabat sebagai ketua dari organisasi relawan Solidaritas Merah Putih (Solmet) dan sebagai Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo–Gibran dalam pemilihan presiden 2024.
Pada tahun 2025, ia diangkat sebagai komisaris independen perusahaan BUMN bidang pangan, ID Food (PT Rajawali Nusantara Indonesia), yang menandai peralihan dari aktivisme jalanan ke peran resmi dalam pemerintahan.
Pada tahun 2016-2020 dia berkuliah Ilmu Hukum di salah satu kampus ruko (Universitas Wiraswasta Indonesia). Pada tahun 2023 Universitas tersebut dicabut izinnya karena telah melakukan kuliah fiktif dan jual beli ijazah.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
Silfester Matutina lahir di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia, pada 19 Juni 1971. Ia menempuh pendidikan hukum dengan meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Wiraswasta.
Pada pertengahan Juni 2023, Ditjen Diktiristek, Kemendikbudristek, telah membeberkan nama 23 perguruan tinggi swasta yang dicabut izinnya karena bermasalah, termasuk Universitas Wiraswasta Indonesia.
Alasan pencabutan izinnya beragam, mulai dari melakukan penipuan pada mahasiswa, menerbitkan diploma S1 tanpa kuliah, hingga tidak memiliki program studi (prodi) dan mahasiswa yang jelas.
Pada tahun 2024 dan kemudian melanjutkan studi Magister Hukum di Universitas Krisnadwipayana. https://pddikti.kemdiktisaintek.go.id/search/Silfester persen20matutina?
Karir Hukum dan Bisnis
Karir profesional Matutina dimulai di sektor swasta. Ia pernah bekerja di posisi korporat – termasuk sebagai manajer pemasaran di sebuah maskapai penerbangan pada awal 2010-an – sebelum mendirikan praktik hukumnya sendiri.
Pada tahun 2008, ia mendirikan Kantor Hukum Silfester Matutina & Rekan, yang menyediakan layanan hukum dan advokasi.
Selama bertahun-tahun, ia juga memegang posisi eksekutif di beberapa perusahaan di berbagai sektor.
Misalnya, ia pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Srikandi Mahardika Mandiri (2009–2019) dan memimpin usaha di bidang logistik serta pertambangan, seperti di PT Yvanslog Express Indonesia dan NTT Mining Corp.
Baca juga: UPDATE Kasus Ijazah Jokowi: Silfester Matutina Diperiksa Polda Metro Jaya, Roy Suryo Cs Terancam
Baca juga: TOLAK Mentah-mentah Jual Bendera One Piece, Ade Suryana: Bendera Kita Merah Putih
Soilfester Matutina juga sempat menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Solmetnews.com (2015–2019), sebuah media yang terkait dengan organisasi relawannya.
Karir Politik
Matutina muncul sebagai tokoh politik terkemuka melalui kedekatannya dengan kebangkitan Joko Widodo ke kursi presiden.
Pada tahun 2013, ia terlibat dalam pendirian Solidaritas Merah Putih (Solmet) – sebuah organisasi relawan independen yang didirikan untuk mendukung kampanye Jokowi pada pemilihan presiden pertamanya.
Matutina kemudian menjadi Ketua Dewan Kepemimpinan Nasional Solmet.
Dikenal sebagai loyalis fanatik Jokowi, Matutina sering tampil di garis depan dalam membela program dan keluarga Presiden.
Ia tidak ragu untuk melawan para kritikus; salah satunya adalah ketika ia mengajukan laporan polisi terhadap politikus oposisi Fahri Hamzah atas pernyataan yang dinilainya mencoba mendiskreditkan atau "menggulingkan" Presiden Jokowi.
Matutina juga membela Kaesang Pangarep, putra Presiden Jokowi, ketika Kaesang dikritik karena menggunakan jet pribadi, dengan alasan bahwa perjalanan tersebut bukan hal yang tidak biasa dan kritik tersebut tidak adil.
Pada September 2023, menjelang pemilihan 2024, Matutina menjadi salah satu inisiator Gerakan Setia Tegak Lurus Bersama Jokowi, di mana 30 organisasi relawan Jokowi mengikrarkan sumpah setia enam poin kepada Presiden Jokowi.
Dalam inisiatif tersebut, para relawan berjanji untuk tetap “setia tegak lurus” kepada arah kebijakan Jokowi serta menyuarakan dukungan untuk reformasi seperti Rancangan Undang-Undang Penyitaan Aset dan Batasan Transaksi Tunai.
Langkah ini menandakan pengaruh Matutina dalam mengorganisasi jaringan relawan untuk membentuk wacana politik dan mendukung calon yang dipilih Jokowi.
Saat masa jabatan kedua Presiden Jokowi mendekati akhir, Matutina mengikuti isyarat Jokowi dalam lanskap politik yang berubah.
Alih-alih mendukung calon dari partai Jokowi (PDI-P), dukungan informal Jokowi beralih kepada Prabowo Subianto – yang bergabung dalam koalisi dengan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden. Matutina dan Solmet pun memberikan dukungan mereka kepada pasangan Prabowo–Gibran dalam pemilihan presiden 2024.
Dalam kampanye tersebut, Matutina menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo–Gibran, berperan dalam mengoordinasikan upaya relawan dan jaringan akar rumput.
Identitas ganda Silfester Matutina sebagai loyalis Jokowi dan pendukung kampanye Prabowo-Gibran menggambarkan jembatan antara basis pendukung Jokowi dan kubu Prabowo.
Matutina sendiri mengklaim bahwa langkah ini konsisten dengan kehendak Jokowi, menyatakan bahwa mendukung tim Prabowo melalui Gibran merupakan perpanjangan dari kepemimpinan Jokowi.
Baca juga: BEREDAR Kabar Rumah Jaksa Febrie Adriansyah Digeledah Polisi, Ini Kata Kejagung
Kemenangan pasangan Prabowo–Gibran dalam pemilihan presiden 2024 menegaskan peran jaringan relawan dalam politik Indonesia. Sebagai kelanjutan kemenangannya, Matutina diangkat ke dalam entitas BUMN.
Pada Maret 2025, Menteri BUMN Erick Thohir mengangkat Silfester Matutina sebagai Komisaris Independen di ID Food (PT Rajawali Nusantara Indonesia).
Pengangkatannya diresmikan melalui surat keputusan menteri pada 18 Maret 2025. Para pemimpin relawan menyambut baik langkah ini, dengan Syafrudin “Gus Din” Budiman, koordinator aliansi relawan Prabowo-Gibran, menyatakan bahwa kehadiran Matutina dalam BUMN menunjukkan bahwa figur relawan dapat terlibat langsung dalam pembuatan kebijakan pemerintah.
Dalam peran barunya, Matutina diharapkan dapat memberikan kontribusi pada program ketahanan pangan nasional dan inisiatif penyediaan makanan bergizi gratis.
Citra Publik dan Kontroversi
Silfester Matutina telah membangun reputasi sebagai figur yang vokal dan polarisatif dalam politik Indonesia. Ia sering muncul di acara debat politik dan talk show televisi, di mana ia dengan gigih membela pemerintah dan berdebat dengan suara oposisi.
Gaya debatnya yang konfrontatif telah menimbulkan beberapa kontroversi besar yang semakin meningkatkan profil publiknya.
Salah satu insiden yang paling mencuat adalah bentrokan dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pada Mei 2017, dalam sebuah protes di depan Kantor Kepolisian Nasional, Matutina menyampaikan pidato penuh semangat di mana ia menuduh Jusuf Kalla terlibat dalam korupsi dan nepotisme, dengan klaim bahwa Kalla hanya memperkaya keluarganya dengan mengorbankan rakyat.
Pernyataan tersebut dianggap fitnah, sehingga anak Kalla dan pihak terkait mengajukan laporan polisi terhadap Matutina, dan kasus tersebut dibawa ke pengadilan.
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis terhadap Matutina karena fitnah, dengan hukuman awal satu tahun penjara, yang kemudian ditambah menjadi 1 tahun 6 bulan (18 bulan) melalui proses banding.
Gaya bahasa dan temperamennya kembali menjadi sorotan pada tahun 2024 melalui serangkaian konfrontasi di layar kaca. Pada 3 September 2024, ia tampil dalam acara talk show nasional Rakyat Bersuara di iNews TV, bersama dengan tokoh kritikus pemerintah seperti Rocky Gerung.
Diskusi yang awalnya membahas “drama” politik menjelang pemilihan daerah berubah menjadi panas. Matutina menentang gaya kritik teoritis Rocky Gerung, yang dianggapnya terlalu akademis dan kurang konkrit.
Saat Rocky Gerung terus menyampaikan argumen filosofisnya, Matutina semakin tidak sabar dan akhirnya berdiri, mendekati Gerung, serta meneriakkan “Kamu bodoh, goblok kamu!” secara langsung di siaran televisi.
Insiden tersebut langsung viral di media sosial—dalam hitungan jam, “Silfester” menjadi topik hangat di X (Twitter) dengan ribuan sebutan.
Insiden tersebut tidak berhenti hanya pada kata-kata. Seorang panelis lain di studio, Chico Hakim – seorang politikus dari partai PDI-P yang mendukung Jokowi – berusaha menenangkan situasi.
Hal ini menyebabkan terjadinya bentrokan singkat antara Matutina dan Rocky Gerung, di mana Chico Hakim berusaha memediasi.
Petugas keamanan akhirnya turun tangan ketika Matutina dan Chico saling bertukar kata dengan nada keras, hampir mencapai titik perkelahian.
Acara tersebut pun sempat berakhir dengan jeda komersial. Setelah siaran, insiden tersebut terus menjadi perbincangan hangat di media dan media sosial, dengan sebagian masyarakat mengkritik Matutina atas perilaku tidak santunnya, sementara pendukungnya memujinya karena membela Jokowi.
Silfester Matutina kemudian memberikan klarifikasi publik, meskipun tetap tidak sepenuhnya meminta maaf, dengan menjelaskan bahwa tindakannya merupakan bentuk "shock therapy” terhadap kritik yang ia anggap tidak berdasar.
Warisan dan Dampak
Per 2025, Silfester Matutina menjadi figur yang menuai skeptisisme akibat ambiguitas posisinya di antara aktivisme dan kekuasaan.
Selama satu dekade terakhir, ia telah berkembang dari relawan kampanye jalanan menjadi tokoh politik yang dikenal secara nasional dengan kehadirannya di media serta posisi di BUMN, yang didapatkannya melalui mendukung Presiden Jokowi hingga administrasi Prabowo Subianto.
Warisan Matutina juga terlihat dalam ranah kebijakan melalui inisiatif sumpah setia Tegak Lurus. Melalui upaya ini, ia mendorong agar kelompok relawan memiliki agenda tersendiri, termasuk mendukung undang-undang anti korupsi seperti RUU Penyitaan Aset dan pembatasan transaksi tunai.
Matutina lebih sibuk dengan pencitraan isu-isu populis ketimbang menghasilkan perubahan kebijakan yang berarti.
Pembelaannya yang berlebihan terhadap visi Jokowi - termasuk usulannya yang tidak realistis agar Jokowi menjadi Sekjen PBB - semakin memperlihatkan kecenderungannya untuk terjebak dalam politik simbolik.