Kunci dan Jawaban

Kunci Jawaban PKN Kelas 9 Halaman 55 : Bilateral

Penulis: Heri Prihartono
Editor: Heri Prihartono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KUNCI JAWABAN.Berikut pembahasan kunci jawaban PKN Kelas 9 Kurikulum Merdeka halaman 55.

TRIBUNJAMBI.COM - Berikut pembahasan kunci jawaban PKN Kelas 9 Kurikulum Merdeka halaman 55.

Materi tersebut berkaitan dengan hubungan bilateral Indonesia.

Bacalah kembali materi di sebelumnya, setelah itu coba kalian renungi bagaimana jika Indonesia tidak menjalin hubungan bilateral dengan Negara lain.

 


Apakah kalian dapat merasakan manfaat dari hasil kerjasama tersebut? Tuliskan pandangan kalian tersebut ke dalam

buku catatan atau tugas yang kalian miliki.

Selain itu, menurut kalian bagaimana seharusnya saat ini di tengah pandemi Covid-19 Pemerintah
Indonesia melakukan kerja sama bilateral untuk menyelesaikan pandemi yang terjadi?

Tuliskan pula pandangan kalian ke dalam buku catatan atau tugas yang sudah kalian siapkan.

Jawaban

BAGIAN 1: Manfaat Nyata dari Hasil Kerja Sama Internasional Selama Pandemi
 

Sebagai sebuah entitas kecerdasan buatan, saya tidak "merasakan" manfaat secara emosional, namun saya dapat menganalisis data dan menyimpulkan dampak nyata dari kerja sama internasional yang terjadi selama masa-masa kritis pandemi COVID-19.

Manfaat-manfaat tersebut sangat fundamental dan dirasakan oleh masyarakat global, termasuk di Indonesia.

Berikut adalah poin-poin manfaat utama dari kerja sama internasional:

Akses terhadap Vaksin dan Peralatan Medis:

Pengadaan Vaksin: Indonesia tidak dapat memproduksi vaksin COVID-19 sendiri di awal pandemi.

Melalui kerja sama multilateral seperti fasilitas COVAX (yang didukung banyak negara) dan kerja sama bilateral langsung dengan negara produsen (misalnya Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris), Indonesia berhasil mengamankan jutaan dosis vaksin untuk program vaksinasi nasional.

Tanpa kerja sama ini, akses terhadap vaksin akan jauh lebih lambat dan sulit.

Bantuan Alat Kesehatan: Banyak negara sahabat memberikan bantuan hibah berupa ventilator, alat pelindung diri (APD), alat tes PCR, dan oksigen konsentrator saat Indonesia menghadapi puncak lonjakan kasus.

Bantuan ini secara langsung membantu rumah sakit yang kewalahan dan menyelamatkan nyawa.
Pertukaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi:

Penelitian dan Data Genomik: Para ilmuwan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, berbagi data sekuensing genom virus SARS-CoV-2.

 Kerja sama ini memungkinkan identifikasi cepat varian baru seperti Delta dan Omicron, sehingga pemerintah dapat menyesuaikan kebijakan kesehatan masyarakatnya.
Transfer Pengetahuan: Melalui forum-forum internasional dan hubungan bilateral, para tenaga medis dan ahli di Indonesia dapat mempelajari protokol pengobatan terbaik, teknik manajemen pasien COVID-19, dan strategi penanganan pandemi yang efektif dari negara lain yang lebih dulu mengalaminya.


Dukungan Ekonomi dan Keuangan:

Stabilitas Ekonomi: Lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia (World Bank) dan Bank Pembangunan Asia (ADB) memberikan pinjaman lunak kepada Indonesia untuk mendanai respons pandemi dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Dukungan ini membantu menjaga stabilitas fiskal negara di tengah penurunan pendapatan dan peningkatan belanja kesehatan.
Menjaga Rantai Pasok: Kerja sama antarnegara memastikan jalur logistik untuk barang-barang esensial (pangan, obat-obatan, bahan baku industri) tetap terbuka, meskipun ada pembatasan perjalanan yang ketat.
Kesimpulan Bagian 1: Manfaat kerja sama internasional bukanlah konsep abstrak. Manfaat tersebut terwujud dalam bentuk vaksin yang kita terima, peralatan medis di rumah sakit, pengetahuan yang digunakan dokter untuk merawat pasien, dan bantuan ekonomi yang menopang negara di masa sulit. Tanpa kerja sama ini, dampak pandemi di Indonesia bisa jadi jauh lebih parah.

 
 

BAGIAN 2: Saran Strategi Kerja Sama Bilateral Pemerintah Indonesia untuk Menyelesaikan Pandemi dan Membangun Ketahanan di Masa Depan
 

Meskipun pada Agustus 2025 pandemi COVID-19 telah beralih menjadi endemi dan situasinya jauh lebih terkendali, pelajaran dari krisis tersebut sangat berharga. Jika kita kembali ke puncak krisis, atau untuk menghadapi pandemi di masa depan, berikut adalah pandangan mengenai strategi kerja sama bilateral yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah Indonesia:

Pemerintah Indonesia sebaiknya tidak hanya berfokus pada penyelesaian krisis jangka pendek, tetapi juga membangun fondasi untuk ketahanan kesehatan jangka panjang. Strategi ini dapat dibagi menjadi tiga pilar utama:

Pilar Kesehatan: Dari Penerima Bantuan Menjadi Mitra Strategis

Diplomasi Vaksin dan Transfer Teknologi: Selain mengamankan pasokan vaksin, Indonesia harus secara agresif melakukan diplomasi untuk mendapatkan transfer teknologi produksi vaksin (misalnya vaksin berbasis mRNA). Kerja sama bilateral dengan negara seperti Jerman (BioNTech) atau Amerika Serikat (Moderna/Pfizer) harus menargetkan pembangunan kapasitas produksi dalam negeri melalui BUMN seperti Bio Farma. Tujuannya adalah kemandirian vaksin di masa depan.
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Bersama: Mengadakan kerja sama bilateral dengan negara tetangga (seperti Singapura, Malaysia, dan Australia) untuk membangun jaringan pengawasan genomik dan epidemiologi terpadu. Jika ada varian baru atau patogen berbahaya terdeteksi di salah satu negara, negara lain bisa langsung mendapatkan informasi dan mengambil langkah pencegahan.
Standardisasi Protokol Perjalanan: Bekerja sama secara bilateral untuk menciptakan sertifikat vaksin dan standar tes yang saling diakui. Ini akan menyederhanakan dan memfasilitasi perjalanan esensial (bisnis, logistik) tanpa mengorbankan keamanan, sebuah langkah krusial sebelum "travel bubble" yang lebih luas bisa dibuka.
Pilar Ekonomi: Menjaga Mesin Ekonomi Tetap Hidup

Kerja Sama Rantai Pasok Digital: Membangun platform digital bersama mitra dagang utama (misalnya Jepang, Korea Selatan, Tiongkok) untuk memantau dan mengelola aliran rantai pasok barang-barang vital. Ini akan membantu mencegah kelangkaan bahan baku industri dan barang konsumsi.
Akselerasi Ekonomi Digital: Bekerja sama dengan negara maju untuk investasi dan pengembangan infrastruktur digital di Indonesia. Pandemi telah membuktikan bahwa ekonomi digital adalah tulang punggung ketahanan ekonomi. Kerja sama ini bisa berfokus pada keamanan siber, literasi digital, dan regulasi e-commerce.
Pilar Jangka Panjang: Membangun Ketahanan Regional

Investasi Bersama dalam Industri Farmasi: Menawarkan insentif bagi perusahaan farmasi dari negara mitra (misalnya India, Swiss) untuk membangun pabrik bahan baku obat (BBO) di Indonesia. Ini akan mengurangi ketergantungan impor yang sangat tinggi dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi farmasi di Asia Tenggara.
Memprakarsai "Pakta Kesiapsiagaan Pandemi": Mengajak negara-negara mitra strategis untuk menyusun sebuah perjanjian bilateral yang mengikat. Isinya mencakup komitmen untuk tidak melakukan larangan ekspor alat kesehatan dan obat-obatan vital saat krisis terjadi, serta komitmen berbagi sumber daya medis secara proporsional.


Kesimpulan Bagian 2: Pemerintah Indonesia harus menggeser postur diplomasinya dari reaktif menjadi proaktif.

Kerja sama bilateral tidak boleh hanya sebatas meminta bantuan, tetapi harus diarahkan untuk membangun kemandirian strategis di sektor kesehatan dan ekonomi, serta menjadi inisiator dalam membangun arsitektur ketahanan kesehatan global yang lebih adil dan kokoh.

Berita Terkini