Berita Viral

Viral Dokter Hafid 9 Tahun Tinggal di Kolong Jembatan di demak, Ngaku Dapat Ketenangan Jiwa

Editor: Suci Rahayu PK
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah kisah mengharukan datang dari seorang pria bernama Hafid, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga meraih gelar spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di Singapura. Meski memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan karier cemerlang, Hafid kini memilih hidup sederhana di bawah kolong jembatan di kawasan Kadilangu, Demak.

TRIBUNJAMBI.COM - Viral dokter Hafid yang pilih tinggal di kolong jembatan di Demak, Jawa Tengah selama 9 tahun.

Dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) ini memutuskan hidup menyendiri di kolong jembatan.

Ternyata dia melakukan itu setelah istri dan anaknya meninggal.

Dokter Hafid merupakan lulusan Universitas Indonesia dan Singapura.

Kehidupan Hafid yang dulunya penuh prestasi dan keberhasilan di dunia medis berubah dratis semenjak kepergian istri dan anak tunggalnya.

Dalam tayangan YouTube Sinau Hurip yang dipandu oleh Sukaryo Adiputro atau Adi, Hafid telah menjalani kehidupan di kolong jembatan selama sembilan tahun.

Hafid merupakan lulusan Kedokteran Universitas Indonesia yang kemudian melanjutkan pendidikan spesialis THT di Singapura. 

Tak berhenti di situ, ia juga sempat menempuh pendidikan lanjutan di Italia selama empat tahun. 

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Hafid membuka sebuah apotek di Jember dan menjalani kehidupan rumah tangga bersama sang istri, yang juga seorang dokter asal Cianjur.

Baca juga: Dua Korban Sempat Telepon Anak Bilang Sampai Sebapo, Sejam Kemudian Meninggal Kecelakaan di Muba

Baca juga: Harga BBM di Jember Capai Rp25.000 per Liter, Antrean di SPBU Mengular Imbas Penutupan Jalur Gumitir

Namun, kehidupan bahagia itu berubah ketika sang istri meninggal dunia akibat kecelakaan. 

Kesedihan Hafid semakin mendalam saat anak semata wayangnya, yang sedang menempuh pendidikan di Jerman dan hendak wisuda, juga meninggal dunia dalam kecelakaan ketika hendak pulang ke rumah.

“Setelah itu saya benar-benar frustasi. Saya tinggalkan semua, termasuk apotek dan rumah,” ujar Hafid dalam wawancara tersebut, dikutip dari Tribun Jateng pada Selasa (29/7/2025).

Kini, rutinitas Hafid dimulai dari tempat tinggalnya di bawah kolong jembatan. 

Setiap hari, ia berjalan kaki ke Masjid Kadilangu untuk beribadah, kemudian berziarah ke makam Sunan Kalijaga, dan kembali ke tempat tinggalnya untuk menyendiri.

Meski memiliki pondok pesantren (ponpes) di Jember yang dikelola oleh keluarganya, Hafid mengaku tak betah lama di kampung halamannya. 

Halaman
12

Berita Terkini