WAWANCARA EKSKLUSIF

Paus Minta Tak Dijemput Pakai Alphard, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, Seri II

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra.

Kemudian juga, tapi wakil pausnya pernah datang ke sini. Orang nomor duanya pernah datang ke sini, di Istiqlal. Dan mereka sangat terkesan sampai dia kirimkan publish, publikasi-publikasinya ke kita kan.

Kita juga kirimkan publikasi Istiqlalnya ke Vatikan. Jadi share majalah, majalah Vatikan dikirim, majalah Istiqlal juga. Kita kirimkan, jadi understanding antara dua institusi ini.

Prof, kalau boleh saya tahu ini, kesan Profesor terhadap Paus yang satu ini, Paus Fransiskus, itu gimana? Kan pernah sekali bertemu kan, ya?

Jadi, menjadi Paus itu kan tidak mudah.

Saya kira juga menjadi imam di satu masjid itu juga tentu melalui kriteria-kriteria cukup ketat, ya, kan.

Jadi hampir bisa dipastikan bahwa Paus itu adalah yang dipilih sebagai orang terbaiknya Katolik. Informal, ya, apa formal.

Karena buktinya, dia terpilih sebagai Paus. Jadi saya menaruh perhatian besar, ya. Karena Paus ini rasa, apa, jiwa kooperatifnya atau toleransinya itu sangat tinggi.

Di antara yang dia pernah menandatangani, sangat monumental itu dengan Grand Syekh Al-Azhar. Dan juga pernah kami menggagas, ya, semacam Abrahamic Circle itu, ya. Agama-agama under 30. Dan kemudian berubah menjadi under 40. Saya menggagas waktu itu bersama dengan ponakanannya Raja Abdullah di Jordan.

Jadi, Pangeran Gosi namanya. Pangeran Gosi itu saya masuk timnya. Jadi kita ada kelompok studi, interfaith, ya. Ini pusatnya di Jordan. Dan beliau ini juga sering ke Indonesia. Waktu penandatangan surat itu tinggal saya yang belum tanda tangan.

Maka Beliau terbang dari Jordan terus ke Hotel Borobudur. Saya datang hanya untuk saya-saya. Beliau langsung serahkan, ke Paus, ya.

Jadi ini bagaimana menghimpun. Karena kami berpendapat bersama dengan Pangeran Gosi. Kalau Abrahamic Region ini melakukan kerja sama yang baik, maka kontribusi besar itu sangat bisa dicapai.

Kalau Islam, Kristen, Yahudi ini, membuat selalu tali temali persaudaraan yang komprehensif dan konstuktif, itu pasti bisa berkontribusi sangat besar untuk perdamaian dunia. Karena mayoritas agama dunia sekarang ini dianut oleh tiga komponen agama. Apalagi Islam, Protestan dan Katolik. Memang Yahudi tidak terlalu banyak nominasinya, jumlahnya. Tetapi pengaruhnya, uangnya banyak.

Pengaruhnya juga luas-luasnya besar. Tapi, ya, itulah, kita lebih menekankan aspek pertemuannya, bukan perbedaannya. Soal terjadi di Palestina itu adalah persoalan yang merupakan PR kita bersama.

Tentu kita semuanya tidak tega melihat nyawa melayang tanpa dosa begitu. Kita pun prihatin. Tapi inilah caranya kita bagaimana merespon keadaan seperti ini dengan dua cara.

Ada respons emosionalnya dan juga harus ada respons rasionalnya. Dua-duanya ini harus kita gunakan. Kan ada ayatnya kan, Janganlah kalian masuk pada satu-satunya pintu. Tapi masuklah melalui pintu yang berbeda-beda. Siapa tahu pintu lain ada solusi.

Halaman
1234

Berita Terkini