SETELAH tiga jam perjalanan melewati hutan di Kabupaten Sarolangun, Betty Epsilon Idroos, kaget sekaligus terkagum-kagum. Ini merupakan pengalaman pertama Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (RI) itu melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) terekstrem untuk Pilkada Serentak 2024.
Rabu (17/7), Betty menyusuri hutan untuk monitoring pelaksanaan coklit data pemilih masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Bukti Suban, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun.
Dia hadir bersama Anggota KPU Provinsi Jambi dan kabupaten-kota serta Forkopimda Sarolangun.
"Saya memiliki kesan unik, pertama kali bertemu dan bersentuhan langsung dengan Suku Anak Dalam di Sarolangun. SAD turut kuat demokrasi di Indonesia. Dan saya baru kali ini melihat proses coklit terekstrem. Biasanya dari rumah ke rumah. Kalau ini, kita turun ke hutan dan turun ke pondok warga SAD," kata Betty.
Perjalanan beberapa jam menuju lokasi memang cukup ekstrem. Kondisi jalan rusak parah, sebelum akhirnya sampai di pinggir hutan.
Dari situ, rombongan harus berjalan kaki sekira satu jam menyusuri hutan.
Setiba di lokasi, Betty Epsilon Idroos dan rombongan langsung menyapa masyarakat SAD yang bermukim di kawasan Taman Nasional Bukit 12 Sarolangun itu.
Dia melihat proses pencoklitan puluhan SAD yang bermukim di pondok panggung non-permanen, tanpa dinding serta beratap tepal di dalam hutan.
Masyarakat SAD yang berpakaian sederhana itu tidak canggung melihat rombongan yang datang. Mereka terlihat sudah paham dengan administrasi proses pencoklitan yang dilakukan pantarlih.
Saat proses coklit, masyarakat SAD selalu didampingi seorang temenggung. Mereka menggunakan cap jempol, sebagai tanda sudah tercoklit.
Petugas pantarlih Desa Bukit Suban, Aryo, menuturkan di kawasan Bukit 12 ada 150 KK dan 200 orang lebih masyarakat SAD. Mereka sudah terdaftar sebagai pemilih pada pemilu sebelumnya.
"Khusus untuk kelompok SAD tinggal 5 persen lagi yang belum tercoklit.. D dan hari ini kita melakukan coklit 10 KK. sementara yang lainnya sudah tercoklit ," kata Aryo.
Selama proses pencoklitan SAD, dia sempat kesulitan mendatangi tempat tinggalnya, karena para SAD ini selalu pindah-pindah tidak menetap.
"Selain itu, jarak tempuh menuju ke lokasi SAD sangat jauh tidak bisa dilewati kendaraan, mudahan sisanya bisa kita selesaikan," ujarnya.
Menurut Betty, kelompok SAD di Sarolangun turut memperkuat demokrasi di Indonesia. Sebab, di sana ada ratusan SAD yang sudah memiliki NIK KTP dan terdaftar sebagai pemilih DP4.