Mereka memiliki kemampuan untuk menguraikan emosi, memanfaatkan keterampilan ini sebagai manuver yang diperhitungkan untuk mencapai tujuan mereka.
Oleh karena itu, kedok “kepedulian dan perhatian” hanya berfungsi sebagai instrumen dalam persenjataan strategis mereka.
Pemahaman mereka terhadap emosi tidak sejalan dengan belas kasih yang tulus, namun dengan skema manipulatif untuk memanipulasi situasi dan mengeksploitasi orang lain.
Baca juga: Ciri Kepribadian Seseorang dari Genre Musik yang Disukai
7. Menyalahkan Media Sosial
Salah satu mitos umum tentang narsistik menunjukkan bahwa media sosial memiliki kekuatan magis untuk mengubah individu menjadi makhluk narsistik.
Namun, penelitian ekstensif menyoroti bahwa akar narsisme menggali lebih dalam pada pola asuh daripada daya tarik hati Instagram.
Meskipun benar bahwa platform sosial menyediakan panggung virtual bagi para kepribadian ini untuk memamerkan kepentingan diri mereka, penting untuk menyadari bahwa benih narsisme ditaburkan dalam pengalaman awal kehidupan, dinamika keluarga, dan watak pribadi.
8. Mereka Senang Menjadi Pusat Perhatian
Salah satu kesalahpahaman tentang narsistik adalah bahwa mereka semua adalah pemikat ekstrovert.
Padahal, sebagian besar dari mereka menganut pola dasar yang lebih pendiam, menyembunyikan kecenderungan egois dalam bayang-bayang.
Orang-orang ini mungkin tidak langsung menarik perhatian, namun keasyikan internal mereka dengan kepentingan diri mereka sendiri tetap besar.
Sifat mereka yang pendiam menutupi keinginan mendalam untuk dikagumi dan mengabaikan emosi orang lain.
9. Mereka Akan Berubah demi Orang Lain
Salah satu mitos tentang narsistik adalah mereka dapat dipengaruhi untuk berubah demi suatu hubungan.
Meskipun beberapa orang narsistik menyadari kecenderungan mereka yang egois, transformasi sejati jarang terjadi.