10 Mitos tentang Orang dengan Kepribadian Narsis dan Fakta di Baliknya, Tidak Sepenuhnya Jahat Lho!

Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Fitriana Andriyani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menghadapi kebutuhan seorang narsistik yang terus-menerus akan perhatian dan kekaguman bisa sangat memusingkan.

Sebaliknya, mereka menjadi mahir mengeksploitasi kelemahan orang lain demi keuntungan mereka.

Menetapkan batasan yang jelas sangat penting untuk mencegah menjadi korban taktik mereka.

Orang narsistik cenderung mengaburkan batas antara kebutuhan mereka sendiri dan kebutuhan orang lain.

Mereka sering menggunakan pesona, sanjungan, dan kedok kepedulian untuk memanipulasi orang agar melakukan apa yang mereka inginkan.

Namun, dengan batasan yang jelas, kita dapat memperjelas bahwa kesejahteraan dan harga diri kita lebih diutamakan daripada taktik mereka.

4. Narsisme yang Tak Berlebihan Itu Perlu

Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa narsisme dalam dosis kecil dapat memberikan manfaat, khususnya dalam bidang bisnis, penting untuk menyadari dampak buruk yang ditimbulkannya.

Potensi arogansi, egoisme, dan perilaku manipulatif menegaskan kelemahan yang ada.

Mencapai keseimbangan antara rasa percaya diri yang sehat dan bahaya terlalu percaya diri sangatlah penting.

5. Orang Narsis Suka Berjuang Sendiri

narsistik

Meskipun menjalani hubungan intim mungkin menyerupai labirin yang rumit bagi orang narsistik, kerinduan mereka akan kasih sayang secara paradoks kontras dengan keengganan mereka untuk membalasnya.

Anehnya, di balik sifat egois mereka, orang narsistik mampu membentuk ikatan erat dalam kondisi tertentu.

Namun, ikatan ini menuntut kesabaran yang luar biasa dari pasangan, seperti orang suci, yang bersedia menanggung dinamika pertukaran kasih sayang yang bertepuk sebelah tangan.

6. Mereka Tak Punya Empati

Satu kebenaran narsistik yang tidak dapat disangkal adalah kemampuan mereka untuk memanfaatkan empati, seperti yang Anda dan saya lakukan.

Halaman
1234

Berita Terkini