Perusahaan Valadoo sempat mendapatkan pendanaan dari perusahaan Singapura, tapi akhirnya tidak berkembang.
Pesaingnya di bisnis yang serupa, yakni Traveloka dan Pegipegi memberikan layanan kemudahan ke pengguna.
Akhirnya Valadoo tutup untuk selamanya pada tahu 2005.
Sementara Traveloka yang semakin hari layanannya makin banyak, dan makin mudah diakses, penggunanya bertambah setiap hari.
Ada juga startup Qlapa yang dulunya menjadi perusahaan yang menyediakan kerajinan dari seluruh Indonesia, kini telah bangkrut.
Pada tahun 2019 lalu perusahaan ini mengucapkan salah perpisahan kepada seluruh penggunanya.
Alasan tidak bertahannya startup ini diduga karena kalah saing dengan sesama e-commerce yang juga bisa menjadi tempat jualan kerajinan.
Misalnya di Tokopedia dan Bukalapak, semua orang bisa jualan, dan bisa juga jual kerajinan di sana,
Banyak akhirnya perajin yang lebih fokus berjualan di dua e-commerce ini karena penggunanya yang sangat banyak.
Pengguna yang banyak berarti calon konsumen banyak, yang juga berarti peluang barang terjual makin besar.
Startup Indonesia mampu berkembang dengan cepat tidak terlepas dari pengaruh anak muda, baik di dalam perusahaan itu maupun sebagai konsumennya.
Anak muda tentu lebih dinamis dan mudah memahami kebutuhan pasar saat ini, yang sesuai dengan mereka.
Anak muda sebagai konsumen juga menginginkan cara yang praktis, yang kemudian diaplikasikan oleh para anak muda di dalam bisnis startup. (*)
Baca juga: Kei Medika, Startup Local yang telah Terpilih Mengikuti Beberapa Program Inkubator Nasional
Baca juga: EKSKLUSIF Jalan Terjal Startup Lokal Jambi, Target Pasar Jadi Tantangan