TRIBUNJAMBI.COM - Kisah Kopassus kala masuk bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yailiki oleh TNI Angkatan Darat, Indonesia.
Kopassus yang dikenal memiliki kemampuan khusus bergerak cepat di segala medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Tugas dari Kopasus Operasi Militer Perang (OMP) diantaranya ialah Direct Action serangan langsung untuk menghancurkan logistik musuh, Combat SAR, Anti Teror, Advance Combat Intelligence (Operasi Inteligen Khusus).
Melansir dari Wikipedia, Tugas Kopasus Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya Humanitarian Asistensi (bantuan kemanusiaan), AIRSO (operasi anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan), perbantuan terhadap kepolisian/pemerintah, SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.
Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya.
Pada tanggal 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).
Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Saat itu A.E.
Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS. A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Selama terbentuk telah mengalami 31 pergantian pucuk kepemimpinan mulai dari dipimpin seorang Mayor hingga kini dipimpin oleh perwira tinggi berpangkat Mayjen atau Jenderal bintang dua.
Baca juga: KISAH Mertua KSAD Andika Perkasa Kala Jadi Prajurit Kopassus, Lawan Musuh di Atas Sarang Kobra
Baca juga: KALA Kopassus Duel Lawan SAS Inggris di Hutan Kalimantan, Siapa yang Menang? Intip Kisahnya
Baca juga: INILAH Mantan Ajudan Jokowi yang Kini Jadi Wadanjen Kopassus, Simak Profil Kolonel Inf Deddy Suryadi
Komandan Kopassus dikenal juga dengan sebutan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus.
Berikut ini Tribunjambi.com sarikan 6 Danjen Kopassus yang namanya melegenda.
1. Mayor Idjon Djanbi
Mantan Prajurit komando Belanda ini yang pertama kali membuat pasukan khusus TNI yang sekarang dikenal Kopassus.
Idjon Djanbi. Nama yang amat keramat di kalangan pasukan baret merah Indonesia.
Mantan prajurit komando Belanda inilah yang pertama kali mengasah mental dan fisik anggota TNI AD terpilih untuk kmeudian dilatih menjadi prajurit tangguh berkualifikasi komando.
Mochammad Idjon Djanbi lahir di desa kecil Boskoop, 13 Mei 1914 dengan nama Rokus Bernardus Visser.
Visser juga terlibat dalam Perang Dunia II tahun Tahun 1940 ia masuk dinas militer sukarela Tentara Sekutu yang berperang melawan Jerman.
September 1944, ia merasakan operasi tempurnya yang pertama bersama pasukan Sekutu dalam Operasi Market Garden.
Pasukan tempat Visser bertugas termasuk ke dalam Divisi Lintas Udara 82 Amerika Serikat.
Pendidikan komando ditempuhnya di Commando Basic Training di Achnacarry di pantai Skotlandia yang tandus, dingin dan tak berpenghuni.
Setelah menjalani latihan khusus yang keras dan berat, ia berhak menyandang brevet Glider (baret hijau).
Sedangkan baret merah diperoleh melalui pendidikan komando di Special Air Service (SAS), pasukan komando Kerajaan Inggris yang sangat legendaris.
Selain itu, Visser juga mengantongi lisensi penerbang PPL-I dan PPL-II. Plus juga menjalani pendidikan spesialisasi Bren, pertempuran hutan, dan belajar bahasa Jepang.
Visser kemudian mengikuti Sekolah Perwira karena dianggap berprestasi.
Lalu ia bergabung dengan Koninklij Leger untuk memukul Jepang di Indonesia, meski Jepang keburu mundur dari Indonesia sebelum pasukan Visser sempat dikirim.
Suatu hari di tahun 1951, rumah Idjon Djanbi kedatangan seorang perwira muda.
Si tamu memperkenalkan diri sebagai Letnan Dua Aloysius Sugianto dari Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).
Dalam pertemuan itu Idjon Djanbi diminta sebagai pelatih tunggal untuk melatih komando di pendidikan CIC II (Combat Inteligen Course) Cilendek, Bogor.
Usaha yang tak sia-sia karena akhirnya Idjon Djanbi bersedia sebagai pengajar sipil selama masa pendidikan tiga bulan.
Usai pendidikan CIC II, Idjon Djanbi kembali menekuni profesi sebelumnya.
2. Letkol Inf Moeng Parahadimulyo
Kolonel Moeng Pahardimulyo terkenal keras.
Dia sudah menjadi anggota pasukan khusus TNI sejak 1960-an, saat Komando Pasukan Khusus masih bernama RPKAD ( Resimen Para Komando Angkatan Darat).
Banyak cerita tentang Kolonel Moeng yang tak diketahui orang.
Di antara cerita yang terkenal tentang Moeng, saat dia menelan mentah-mentah telur ular piton.
Padahal sebenarnya, ada banyak keteladanan darinya.
Moeng komandan yang keras dan disiplin, selain itu menerapkan hidup sederhana.
Saat itu, Moeng terjun ke medan operasi memimpin RTP 1 untuk Merebut Kota Tondano.
Pada era itu, terjadi perubahan baret prajurit dari warna cokelat (seperti baret artileri) menjadi warna merah.
Moeng Parahadimulyo pensiun dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal, lahir di Yogyakarta, 11 Januari 1925 dan meninggal di Jakarta, 28 Desember 2012 pada umur 87 tahun.
Dalam masa kepemimpinan itu terjadi perubahan baret prajurit dari warna coklat (seperti baret Artileri) menjadi warna merah.
Pada masanya juga, diciptakan pakaian pakaian dinas lapangan (PDL) loreng khusus "darah mengalir", mengantikan seragam PDL loreng lama yang digunakan prajurit para komando.
Keras, keras dan keras
Moeng memiliki prinsip yang sangat keras. Setiap prajuritKopassus, walau hanya bersenjata sebilah pisau komando, harus bisa memenangkan pertempuran.
Kolonel Moeng juga berpesan supaya pasukan khusus bisa survive ketika sedang berada di hutan selama berhari-hari hanya berbekal pisau komando.
Dalam soal survival, Kolonel Moeng memang bukan hanya bisa memberikan perintah.
Dia langsung memberikan contoh nyata.
3. Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo
Kolonel Sarwo Edhie Wibowo merupakan Danjen Kopassusyang memimpin pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau Kopassus saat penumpasan PKI.
Sarwo Edhie ditugaskan untuk melakukan pembersihan terhadap PKI di Jakarta dan wilayah pulau Jawa.
Sarwo Edhie merupakan Danjen Kopassus yang berhasil merebut kembali Pangkalan Udara dari tangan PKI dan gerombolannya.
Memulai serangan mereka pada pukul 2 dinihari pada 2 Oktober, Sarwo Edhie dan RPKAD mengambil alih Pangkalan Udara pada pukul 06:00 pagi.
Brigjen TNI Sintong Panjaitan
Sarwo Edhie Wibowo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 25 Juli 1925 – meninggal di Jakarta, 9 November 1989.
Ia adalah ayah dari Kristiani Herrawati Ani Yudhoyono yang merupakan istri dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Ia juga ayah dari mantan KSAD, Pramono Edhie Wibowo.
Sarwo Edhie memiliki peran yang sangat besar dalam penumpasan Pemberontakan Gerakan 30 September dalam posisinya sebagai panglima RPKAD (atau disebut Kopassuspada saat ini).
Selain itu ia pernah menjabat juga sebagai Ketua BP-7 Pusat, Duta besar Indonesia untuk Korea Selatan serta menjadi Gubernur AKABRI.
Baca juga: Bacaan Doa Pagi Hari dan Doa Sore Hari, Memohon Berkah serta Dijauhkan Dari Kejahatan
Baca juga: Syarat Lulus SKD dan Ikut SKB CPNS 2021, Harus Raih Nilai Tertinggi Maksimal 3x Formasi
Baca juga: Manfaat Kubis Untuk Kesehatan, Cocok Dikonsumsi Saat Diet
4. Brigjen Sintong Panjaitan
Bagi Korps Baret Merah Kopassus, nama Sintong Panjaitanmerupakan sosok yang sangat disegani.
Sintong Hamonangan Panjaitan atau biasa dirujukSintong Panjaitan (lahir di Sumatra Utara, 4 September 1940; umur 78 tahun)
Banyak jasa Sintong terhadap Korps Baret Merah.
Dia merupakan prajurit tempur yang menjabat sebagai DanjenKopassus ke -10.
Sintong menjabat sebagai Danjen Kopassus pada Mei 1985 hingga Agustus 1987.
Sintong merupakan komandan lapangan saat operasi pembebasan penyanderaan pesawat Garuda Woyla pada 19 Maret 1981.
Pengalaman tempur Sintong Panjaitan sangat banyak.
Dia juga merupakan perwira TNI yang ikut dalam penumpasan PKI, Sintong juga termasuk yang terjun dalam upaya membujuk kepala-kepala suku di Irian Barat untuk memilih bergabung bersama Indonesia dalam Penentuan Pendapat Rakyat.
Selain itu, Sintong Panjaitan juga dikenal dekat dengan BJ Habibie.
Sintong diminta untuk menjadi penasihatnya.
Sintong Panjaitan menjadi orang kepercayaan Habibie semenjak Dia menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) di Era Presiden Soeharto.
Menristek Bacharuddin Jusuf Habibie menunjuk Sintong sebagai penasihat bidang militer di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 1994.
Sintong juga berperan aktif dalam upaya mengembalikan ABRI ke fungsi militer.
Di Korps Baret Merah, Sintong banyak mendidik angkatan muda, seperti AM Hendropriyono, Agum Gumelar, danPrabowo Subianto.
Sintong Panjaitan merupakan satu di antara perwira andal yang dimiliki Kopassus.
5. Mayjen TNI Prabowo Subianto
Prabowo Subianto Djojohadikusumo lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951 Ia pernah terjun di dalam berbagai operasi militer yang dilakukan oleh TNI diantaranya Operasi Seroja di timor Timur, Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma.
Karena beliau termasuk orang yang cemerlang di satuannya pada usia ke 26 beliau sudah bertugas sebagai komandan Pleton Group 1 Kopassandha.
Termasuk bagian dalam Operasi Tim Nanggala di Timor-timur yang merupakan salahsatu Provinsi Indonesia dulunya, kompi Prabowo yang saat itu berhasil menemukan target yaitu Nicolau Lobato Presiden Fretilin pada 1978.
Kompi Prabowo juga yang berhasil menangkap Xanana Gusmao yang merupakan Pemberontak dan juga Presiden pertama di Timor Leste.
Pada tahun 1996 Prabowo Subianto memimpin pasukan dalam misi penyelamatan sandera oleh OPM (Operasi Papua Merdeka) yang berencana menukarkan sandera tersebut dengan kemerdekaan papua.
Operasi ini banyak yang menamakan "Mission Impossible" dikarenakan tingkat kesulitan medan yang luar biasa dan kekerasan prajurit OPM serta hutan yang telah menjadi daerah kekuasaan OPM sejak bertahun tahun.
Ketika itu mata dunia mulai tertuju pada Papua dikarenakan ada beberapa peneliti (Tim Lorent'z) dari luar indonesia yang juga menjadi sandera pada kejadian tersebut, beberapa negara mengirim pasukan elit untuk membantu misi yang dipimpin langsung oleh Letjen Prabowo Subianto.
Walaupun 2 diantara 11 orang sandera meninggal dunia ada beberapa kejadian heroik menurut kesaksian PPIR (Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya) yang saya dapat dari pelatihan selama saya pendidikan di Hambalang yaitu ketika akan dilaksanakan penyerbuan menggunakan Helikopter Prabowo.
Lebih memilih menaiki Helikopter bersama prajurit penyerbu padahal telah disiapkan helikopter khusus untuk beliau, para pimpinan Kompi merasa takut akan hal ini karena selain Komandan Pleton Kopassus, apalagi Prabowo Subianto juga berstatus Menantu Presiden Soeharto.
Berikut ini nama-nama jenderal yang pernah menjabat DanjenKopassus :
1. Mayor Inf Idjon Djanbi
1952-1956
Memimpin saat masih bernama Kesko TT III/Siliwangi
hingga bernama RPKAD
2. Mayor Inf R. E. Djailani
1956-1956
Sebelumnya menjabat Wadan RPKAD
3. Mayor Inf Kaharuddin Nasution
1956-1958
4. Mayor Inf Mung Parahadimulyo
1958-1964
5. Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo
1964-1967
RPKAD hingga menjadi Puspassus AD
6. Brigjen TNI Widjoyo Suyono
1967-1970
7. Brigjen TNI Witarmin
1970-1975
Sebelumnya menjabat Komandan Brigif Linud 18/Trisula
8. Brigjen TNI Yogie Suardi Memet
Mei 1975 April 1983
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassandha
9. Brigjen TNI Wismoyo Arismunandar
April 1983-Mei 1985
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassandha
10. Brigjen TNI Sintong Panjaitan
Mei 1985-Agustus 1987
Sebelumnya menjabat Komandan Pusat Sandhi Yudha & Lintas Udara
11. Brigjen TNI Kuntara
Agustus 1987-Juli 1992
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassus
12. Brigjen TNI Tarub
Juli 1992-Juli 1993
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassus
13. Brigjen TNI Agum Gumelar
Juli 1993-September 1994
Sebelumnya menjabat Direktorat A BAIS ABRI
14. Brigjen TNI Subagyo HS
September 1994-Desember 1995
Sebelumnya menjabat Komandan Grup A Paspampres
15. Mayjen TNI Prabowo Subianto
Desember 1995-Maret 1998
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassus
16. Mayjen TNI Muchdi Purwoprandjono
Maret 1998-Mei 1998
Sebelumnya menjabat Pangdam VI/Tanjungpura
17. Mayjen TNI Syahrir MS
1998-2000
Sebelumnya menjabat Pangdam IX/Udayana
18. Mayjen TNI Amirul Isnaini
1 Juni 2000-2002
Sebelumnya menjabat Waaspam KSAD
19. Mayjen TNI Sriyanto Muntasram
2002-15 Februari 2005
Sebelumnya menjabat Wadanjen Kopassus
20. Mayjen TNI Syaiful Rizal
15 Februari 2005-1 September 2006
Sebelumnya menjabat Kasdam VI/Tanjungpura
21. Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary
1 September 2006-12 September 2007
Sebelumnya menjabat Pangdivif-1/Kostrad
22. Mayjen TNI Soenarko
12 September 2007-1 Juli 2008
Sebelumnya menjabat Kasdivif-1/Kostrad
23. Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo
1 Juli 2008-4 Desember 2009
Sebelumnya menjabat Kasdam IV/Diponegoro
24. Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus
4 Desember 2009-8 September 2011
Sebelumnya menjabat Dirlat Kodiklatad
25. Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya
8 September 2011-15 Juni 2012
Sebelumnya menjabat Danpussenif Kodiklatad
26. Mayjen TNI Agus Sutomo
15 Juni 2012-5 September 2014
Sebelumnya menjabat Komandan Paspampres
27. Mayjen TNI Doni Monardo
5 September 2014-25 Juli 2015
Sebelumnya menjabat Komandan Paspampres
28. Mayjen TNI Muhammad Herindra
25 Juli 2015-16 September 2016
Sebelumnya menjabat Kasdam III/Siliwangi
29. Mayjen TNI Madsuni
16 September 2016-2 Maret 2018
Sebelumnya menjabat Wadanjen Kopassus
30. Mayjen TNI Eko Margiyono
2 Maret 2018-sekarang
Sebelumnya menjabat Gubernur Akmil
31. Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa
25 Januari 2019- sekarang
32. Mayjen TNI Mohamad Hasan
27 Agustus 2020 sekarang
Sebelumnya Wadanjen Kopassus
Kisah-kisah kiprah Kopassus itu pernah ditayangkan di tribunjambi.com.
(Tribunjambi.com)
Berita lainnya seputar Kopassus