Orang rimba dewasa itu diajari membaca, menulis, serta berhitung. Mereka kini telah membaur dengan masyarakat umum, menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tiga hal dasar itu penting bagi mereka.
Kata Sukmareni, orang-orang rimba yang sudah membaur dengan masyarakat umum mesti menguasai tiga hal itu.
Dia ambil contoh, saat orang rimba harus menjual hasil buruannya, menjual hasil hutan seperti jernang dan lainnya, hingga pendataan, mereka mesti bisa membaca, menulis, dan berhitung.
Hasil pembelajaran selama 114 jam itulah yang kemudian diujikan di masing-masing kelompok dengan jadwal yang disepakati bersama.
"Ujian dilakukan terhadap kemampuan membaca, menulis, dan mengerjakan soal matematika sederhana; seperti pertambahan, perkalian dan pengurangan," jelasnya.
Dengan ujian ini, orang rimba akan memperoleh Surat Keterangan MelekĀ Aksara (Sukma). Program Keaksaraan dasar ini setara dengan pendidikan kelas 4 SD.
Jika mereka ingin melanjutkan pendidikan setara dengan kelas 6 SD, tinggal mengikuti program keaksaraan lanjutan.
Belajar di Tengah Aktivitas
Belakangan, anak-anak Suku Rimba mulai mengikuti pendidikan formal seperti anak-anak pada umumnya.
Setelah mereka diajarkan pendidikan dasar di rimba, mereka siap untuk menyesuaikan diri dengan pendidikan formal di sekolah.
Ada juga yang benar-benar memulai pendidikan dari dasar, mulai kelas 1 SD.
Namun, orang-orang dewasa Suku Rimba tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah. Dari sinilah mereka belajar.
Mereka akan memulai dari dasar. Ada juga yang mengulang materi yang pernah dipelajari sebelumnya.
Dari cerita yang diperoleh Sukmareni, orang-orang dewasa ini belajar di sela-sela aktivitasnya.
Kadang-kadang, ada yang tidak mengikuti pelajaran karena harus berburu atau mencari hasil hutan. Walakin, saat mereka sedang belajar, mereka akan serius dan penuh semangat.