TRIBUNJAMBI.COM - Gatot Nurmantyo masih ingat jasa Susilo Bambang Yudhoyono kepadanya sehingga menolak melengserkan AHY dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat.
Gatot Nurmantyo pernah menjabat Panglima TNI di masa pemerintahan Presiden SBY dan Presiden Joko Widodo.
Menurutnya, bila ia mau terlibat mengkudeta AHY dari kepimpinan di Partai Demokrat, sama artinya tidak tahu balas budi pada SBY.
"Saya membalas budinya dengan mencongkel anaknya? Nilai apa yang saya berikan kepada anak saya?" kata Gatot.
Dia kemudian menyindir Moeldoko yang telah ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB di Sibolangit Sumatera Utara.
"Sudah dijadikan KASAD, anaknya jabat malah digantiin. Dia habisin yang lebih besar lagi," ucap Gatot.
Moeldoko menjabat KSAD pada tahun 2013 selama tiga bulan, kemudian diangkat jadi Panglima TNI.
Jabatan sebagai KSAD Panglima TNI dia emban hampir dua tahun, yakni pada 30 Agustus 2013 – 8 Juli 2015, di era kepemimpinan SBY dan Jokowi.
Pengakuan soal tawaran sebagai Ketum Partai Demokrat dan sindiran kepada Moeldoko itu disampaikan Gatot di kanal Youtube Bang Arief, tayang Sabtu (6/3/2021).
Saat awal ditawari sebagai ketua umum di partai besar, Gatot yang juga deklarator KAMI pun mengaku sempat tertarik.
"Saya bilang menarik juga," kata Gatot.
Namun semua berubah, saat ia menanyakan bagaimana caranya untuk bisa jadi ketuam umum Partai Demokrat itu.
Baca juga: Mahfud MD Anggap KLB Cuma Acara Kumpul-kumpul Kader, Ini Posisi AHY di Mata Pemerintahan Jokowi
Baca juga: Partai Demokrat Pecah, Ternyata Partai-partai Besar Ini Pernah Mau Bubar Duluan
Baca juga: Moeldoko Jadi Ketum Demokrat Versi KLB, SBY : Akal Sehat Telah Mati, Hanya Membuat Malu Prajurit
Ia bertanya soal mekanismenya.
Orang yang menawarkan jabatan itu menjelaskan tahapannya, yakni dimulai dari Kongres Luar Biasa atau KLB.
Tahapan pertama adalah membuat Kongres Luar Biasa.
Selanjutnya Gatot menjadi pengganti AHY yang ditetapkan dalam KLB.
Tahapan berikutnya adalah membuat mosi tidak percaya supaya AHY turun dari posisi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
"Lalu kita pemilihan, Bapak pasti terpilih," kata Gatot menirukan percakapan soal Ketum PD tersebut dengan orang yang menawarinya.
Mendengar itu, Gatot menjadi yakin untuk tidak menerima pinangan tersebut.
Dia tidak ingin membalas kebaikan SBY kepadanya dengan mendongkel anak SBY dari pimpinan Partai Demokrat.
Beberapa hari lalu, kubu yang kontra dengan AHY melaksanakan KLB di Sibolangit, Sumatera Utara.
Pada KLB yang berlangsung singkat itu, Kepala Staf Presiden Moeldoko menerima penetapan dirinya sebagai Ketua Umum Demokrat.
Moeldoko saat itu tidak hadir di lokasi kongres.
Ia menerima pencalonan dan penetapan itu hanya melalui sambungan telepon, dan disetujui oleh seluruh peserta KLB.
Sebelum menerima, Moeldoko menanyakan apakah KLB sesuai dengan anggaran dasar Partai Demokrat.
Peserta KLB menjawab telah sesuai.
Kemudian Moeldoko bertanya keseriusan peserta KLB untuk memilihnya sebagai ketua umum.
Para peserta KLB menjawab serius.
Terakhir, Moeldoko menanyakan kesiapan peserta KLB berintegritas dalam bekerja.
Peserta menjawab mereka siap untuk hal tersebut.
"Baik, dengan demikian, saya menghargai dan menghormati keputusan saudara. Saya terima menjadi ketum Demokrat," pungkasnya.
KLB Partai Demokrat tersebut dilaksanakan di Hotel Hill, Deli Serdang, Sumatera Utara pada Jumat 5 Maret 2021.
Baca juga: Bandara Sultan Thaha Sudah Aman, Proses Evakuasi Pesawat Batik Air Yang Rusak Ban Berhasil Dilakukan
Baca juga: GALERI FOTO: Pesawat Batik Air Mendarat Darurat di Jambi Ban Depan Hancur
Baca juga: Roda Pesawat Bermasalah, Batik Air Mendarat Darurat di Jambi, Angkut 117 Orang Penumpang