Sejarah Indonesia

Wanita Semua, Inilah Prajurit Elite Kerajaan Mataram yang Sangar dan Ditakuti Kolonial Belanda

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Wanita-wanita di istana Mataram.

TRIBUNJAMBI.COM - Hingga kini mungkin bisa dikatakan Indonesia tidak memiliki prajurit militer yang berisikan kelompok wanita.

Namun, tahukah Anda pada zaman kolonial banyak wanita-wanita perkasa yang mengabdikan dirinya sebagai pasukan militer.

Hal itu tercatat dalam buku Babad Dipanagara, An Account of te Break of Java War, yang menceritakan tentang prajurit elit wanita dari Mataram.

Seorang veteran perang Napoleon dibuat terkejut ketika melihat aksi para wanita perkasa ini, dalam kunjungannya ke Yogyakarta tahun 1809.

Ramalan Zodiak Besok Rabu (29/7) - Pisces Kejutan Menyenangkan, Libra Selesaikan Urusan Lama

Simak 3 Larangan yang Harus Dipatuhi Sesuai Ajaran Rasulullah SAW, Sebelum Merayakan Idul Adha

Aturan dan Perbedaan 2 Macam Takbir di 10 Hari Pertama Dzulhijah, Penjelasan Ustaz Khalid Basalamah

Komisi II DPRD Sarolangun Panggil Pihak PT APTP yang PHK 25 Security Tanpa Kejelasan

Veteran itu bernama Herman William Daendels, yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda.

Ia menyaksikan pertunjukkan turnamen perang-perangan yang diadakan di sana, dilakukan oleh 40 orang perempuan.

Perempuan perkasa itu beraksi sebagai sosok prajurit bukan hal biasa kala itu, terlebih mereka memiliki kemampuan luar biasa.

Pasalnya, pada saat itu, kemampuan bertarung luar biasa didominasi oleh kelompok pria saja.

Coklit Pilkada di Kabupaten Tanjabbar Hampir 60 Persen, Petugas Datangi Warga Door to Door

Inul Daratista Kaget Namanya Dicatut, Pelaku Modus Ngutang Sampai Rp 7 Jutaan

Lowingan Kerja PT Chevron Lengkap Persyaratan, Kalau Diterima Gaji Rp 15 Jutaan

Daftar Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi untuk Meningkatkan Sistem Daya Tahan Tubuh

Sementara itu, menurut beberapa catatan, ternyata beberapa kerajaan di nusantara juga memiliki prajurit yang diisi oleh sekelompok perempuan.

Mereka melakukan tugas, mulai dari menjaga kemanan keraton dan kerajaan dari ancaman musuh.

Peter Carey, profesor tamu Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dan Vincent Houben, guru besar sejarah modern Asia Tenggara di Humboldt Universitu Berlin.

Menceritakannya dalam bukunya berjudul Perempuan-Perempuan perkasa di Jawa Abad XVII-XIX.

Menulis tentang keraton mataram yang memiliki sejumlah pasukan tangguh berisikan wanita di lingkungan istana.

Peter dan Vincent menyebut kerajaan di kawasan Jawa Tengah bagian selatan, memiliki prajurit perempuan yang memiliki andil dalam perang.

Bagaimana Agar Bayi Tak Tertular Hepatitis dari Ibu Hamil Penderita Hepatitis?

Menjadi Aktor yang Sukses, Ji Chang Wook Masih Berbelaja di Toserba Dua Hari Sekali

Daftar Makanan yang Sebaiknya Dikonsumsi untuk Meningkatkan Sistem Daya Tahan Tubuh

Mimi Maijal Wakili Unja di Pilmapres Nasional

Selain itu, laporan Francois Valentijn (1666-1727) seorang misionaris yang menyebutkan bahwa area keraton memiliki 10.000 perempuan bermukim.

Dari 10.000 perempuan ini, 3.000 di antaranya kebanyakan lanjut usia, mereka memiliki kewajiban mengurus gerbang masuk dan keluarnya istana.

Kemudian, 3.000 lainnya menjadi budak perempuan yang mengurusi permaisuri dan para selir raja.

4.000 di antaranya bekerja sebagai pengrajin tekstil untuk kerajaan dan berdagang.

Selain itu catatan tentang prajurit elit mataram ini disebut-sebut dengan julukan pasukan estri, yang merupakan prajurit elit perempuan yang beranggitakan wanita-wanita dari desa.

Pada masanya, mereka dilatih keprajuritan oleh pangeran Sambernyawa dan dipimpin oleh Rubiyah (Raden Ayu Matah Ati).

Coklit Pilkada di Kabupaten Tanjabbar Hampir 60 Persen, Petugas Datangi Warga Door to Door

Viral Kakek 75 Tahun Berinisiatif Masak Nasi Pakai Magic Com, Anaknya Syok saat Lihat Dapur

Sinopsis Film Big Game yang Tayang di Trans TV, Aksi Bocah 13 Tahun Menyelamatkan Presiden Amerika

Prostitusi Online Makin Marak di Solo dan Semarang, Pesan Lewat Aplikasi, Segini Tarifnya

Diperkirakan satuan itu memiliki 150 pasukan muda yang memiliki keterampilan bersenjata dan berkesenian.

"Pentingnya ada tentara perempuan untuk menjaga keraton adalah karena sifat perempuan lebih setia daripada laki-laki," sebut Peter Carey pada National Geographic Indonesia.

Kemampuan mereka di dunia militer setara dengan pria bisa berkuda dan menggunakan senjata artileri salvo.

Mereka bahkan dianggap lebih terlatih daripada prajurit istana dalam urusan menggunakan senapan.

Bukunya Babad Dipanagara, An Account of The Outbreak of the Java War, tulisan Peter juga menjelaskan mereka prajurit estri menggunakan seragam resmi seperti prajurit istana.

"Pada awal perang Jawa, beberapa jasad pasukan estri bergabung dengan Diponegoro ditemukan di medan perang," jelasnya.

Mereka berhasil membuat kocar-kacir pasukan musuh kolonial, dipimpin oleh Raden Ayu Yudokusumo, dan juga Nyi Ageng Serang seorang nyai yang mengangkat senjata ketika perang Jawa.

Artikel Ini Telah Tayang di Intisari.Online

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

Berita Terkini