TRIBUNJAMBI.COM - Kisah satu ini menceritkan kehebatan satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD kala menghadapi musuh yang menggunakan ilmu hitam.
Hanya saja, tidak sertamerta melawan musuh itu dengan kemampuannya, Kopassus pun pernah meminta bantuan tiga pendekar Banten dalam misi tersebut.
Kekuatan 'rahasia' Kopassus kerap membuat orang berdecak kagum.
• Pemkot Jambi Eksekusi Lapak Liar Pedagang Tahap Kedua di Pasar Talang Banjar
• Ingat dengan YouTuber Ferdian Paleka? Kini Sudah Bebas dari Penjara Usai Berdamai dengan Korbannya
• VIDEO: Detik-detik Banjir Rob Terjang Jalan di Pekalongan, Kendaraan Banyak yang Mogok
Di balik latihan yang sangat keras, ternyata pasukan elite TNI AD ini mempelajari ilmu rahasia.
Meski sudah memiliki skill tinggi, dalam beberapa misi Kopassus juga mendapat bantuan dari rakyat sipil.
Semboyan 'Bersama Rakyat TNI Kuat' menjadi pesan yang tepat untuk menjaga dan mengamankan NKRI.
• Toko Perkakas Krisbrow Disatroni Pencuri, Pelaku Gasak Puluhan Perkakas Senilai Puluhan Juta
• New Normal Belum Diterapkan, Diskominfo Merangin Mulai Berlakukan Apel dan Absen Digital
• Kabupaten Sarolangun Siapkan Posko Pemahaman Edukasi New Normal
• Risma Dapat Sanjungan Doni Monardo dan Menkes saat Surabaya Jadi Zona Hitam Covid-19, Ini Alasannya
• Ringankan Warga Terdampak Covid-19, Pemprov Jambi Serahkan Bantuan Rp 1,2 Miliar di Bungo
• Sosialisasi New Normal, Bupati Muarojambi Wajibkan Masyarakat Pakai Masker Saat Keluar Rumah
Mengutip tulisan Ian Douglas Wilson, pengajar Murdoch University, yang menulis tentang pasukan khusus dan operasi di di Desa Mapenduma, Papua.
Kala itu, sebuah operasi yang dilakukan di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Misi penyelamatan sandera dilakukan TNI baret hijau dan pasukan khususnya yang berbaret merah, yaitu Kopassus.
Siapa sangka, di antara sepasukan berbaret hijau dan pasukan khusus berbaret merah itu, terdapat tiga orang sipil menjadi ujung tombak operasi pembebasan sandera di Desa Mapenduma.
Mereka, H Tubagus Zaini, Tubagus Yuhyi Andawi dan Sayid Ubaydillah Al-Mahdaly merupakan jawara asal Banten.
Ketiga jawara pemilik ilmu adikodrati tersebut, dianggap berguna untuk menghalau serangan ilmu hitam pihak musuh.
“Waktu itu kami diminta membantu. Tugas kami memberikan perlindungan spiritual para anggota pasukan. Termasuk menangkal illmu gaib yang mungkin dipakai para penyandera,” ungkap Sayid Ubaydillah, seturut dikutip Kompas, 9 November 1998.
TNI, termasuk Kopassus, kala itu memang kesulitan menerabas lokasi penculikan di rimba belantara Mapenduma.
Itu lantaran tak memiliki peta daerah.
• VIDEO Detik-detik Kecelakaan Truk Crane Terjungkir, Warga Teriak Histeris
• Tentaranya Bentrok dengan Tiongkok di Perbatasan, Warga India Lakukan Boikot Aplikasi Asal China
• Mandi di Sungai, Bocah 10 Tahun di Bungo Tenggelam
Selain menghalau ilmu gaib musuh, tiga pendekar tersebut dianggap perlu terlibat operasi pembebasan sandera penuh bahaya, karena memiliki ilmu kanuragan.
Jawara itu dapat melihat, mengendus dan meraba bahaya tanpa pancaindera sanggup melakukannya.