TRIBUNJAMBI.COM - Tak ada jaminan pasien yang telah sembuh dari virus corona akan kebal pada virus itu.
Namun di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa tidak ada bukti kuat pasien yang pernah terinfeksi corona akan kebal pada virus itu.
• PNS di Bungo Dilarang Mudik Lebaran Tahun ini, Wabup: Jika Melanggar Sanksi Berat Menunggu
Pernyataan WHO menyoal gagasan penerbitan sertifikat kepada orang-orang yang sudah sembuh dari Covid-19.
Surat ini diasumsikan bahwa penerimanya dinyatakan kebal dari infeksi ulang SARS-CoV-2, sebagaimana dilaporkan Guardian.
Sejatinya surat atau sertifikat semacam ini sudah dilakukan sejumlah negara, salah satunya Inggris.
Dimana pemerintah membuat terobosan ini menjadi solusi masalah sosial akibat lockdown.
• Heboh Warga Kerinci Dimakamkan Malam Hari dengan Protokol Covid-19, Kades dan Kadinkes Menanggapi
Akan tetapi catatan ilmiah WHO menyatakan bahwa saat ini tidak ada bukti orang pulih dari Covid-19 akan memiliki antibodi dan terlindungi dari infeksi kedua.
Sebaliknya, sertifikat ini bisa menimbulkan resiko kesehatan lebih lanjut.
Sebab jaminan itu tidak pasti dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
"Pada titik ini dalam pandemi, tidak ada cukup bukti tentang efektivitas kekebalan yang dimediasi-antibodi untuk menjamin akurasi 'sertifikat imunitas' atau 'sertifikat bebas risiko'," kata catatan itu.
"Orang yang berasumsi bahwa mereka kebal terhadap infeksi kedua karena mereka telah menerima hasil tes positif dapat mengabaikan saran kesehatan masyarakat."
"Oleh karena itu, penggunaan sertifikat semacam itu dapat meningkatkan risiko transmisi lanjutan," ungkap catatan itu.
DIMAKAMKAN - Tim medis dan Petugas melakukan prosesi pemakaman jenazah orang dengan Covid-19, TPU Tegal Alur, Kalideres, Jakarta barat. Senin (13/4/2020). Mereka melakukan pemakaman ini dengan menggunakan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah dan WHO. (Wartakota/Nur Ichsan)
Padahal di Korea Selatan dan China marak terjadi mantan pasien Covid-19 kembali terinfeksi virus yang sama.
Ada beberapa kemungkinan penjelasan untuk hasil tersebut.
Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), Jeong Eun-kyeong mengatakan mungkin virus itu aktif kembali.
Artinya bukan pasien yang menerima infeksi lagi, tetapi virus yang ada beraksi kembali.
Kemungkinan lainnya adalah hasil tesnya yang kurang akurat.
Atau bisa jadi masih ada sisa-sisa virus yang tertinggal di sistem tubuh pasien, tetapi tidak membahayakan tubuh atau beresiko menulari.
Sejatinya sejumlah ahli sudah memperingatkan bahwa sertifikat semacam ini justru akan memperburuk kondisi perekonomian karena resiko penularan tinggi.
Bisa saja orang-orang dengan sertifikat itu atau mereka yang sudah putus asa pergi bekerja dan berakhir dengan terinfeksi corona.
Sementara itu, gagasan untuk memisahkan orang sesuai status kekebalan tubuhnya di AS memiliki sejarah yang kelam.
Sejauh ini, satu-satunya negara yang sudah meluncurkan skema sertifikat kekebalan ini adalah Chili.
Warga Kampung Larangan, Gayam, Sukoharjo melakukan sosialisasi soal virus corona dan kentongan dengan menggunakan kostum Superhero (Dokumentasi Pribadi Agus Widanarko).
Sedangkan di tempat lainnya ada kekhawatiran bahwa sertifikat itu tidak berfungsi banyak bila hanya sebagian kecil populasi yang terinfeksi.
WHO mengatakan pihaknya terus meninjau bukti tentang reaksi antibodi terhadap virus.
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa orang yang pulih dari infeksi memiliki antibodi terhadap virus, tetapi tidak apakah jelas antibodi itu memberikan perlindungan.
"Pada 24 April 2020, tidak ada penelitian yang mengevaluasi apakah keberadaan antibodi untuk SARS-CoV-2 memberikan kekebalan terhadap infeksi selanjutnya oleh virus ini pada manusia," jelas sebuah surat kabar.
Dalam waktu empat bulan sejak kemunculannya di Wuhan, virus corona sudah menginfeksi 2,9 juta orang.
Per-Minggu (26/4/2020) sebanyak 203.289 orang meninggal dunia.
Sedangkan angka kesembuhan mencapai 836.978.
Hingga saat ini, belum ada negara yang diyakini memiliki populasi luas dengan antibodi yang kuat.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyan
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul WHO Tegaskan Tidak Ada Garansi Kebal Corona Sekalipun sudah Pernah Terinfeksi,