Anak dan Ayah Sama-sama Kopassus dan Sama-sama Jenderal, Ada yang Profesor Intelijen

Editor: Duanto AS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenderal TNI Andika Perkasa (tengah)

TRIBUNJAMBI.COM - Anaknya pernah menjadi Kopassus, begitu juga ayah mertuanya.

Keduanya sama-sama Jenderal TNI yang pernah dididik pasukan elite.

Loyalitas kelaurga prajurit ini memang atut diacungi jempol

Siapa sebenarnya keluarga ini?

Itulah keluarga Jenderal TNI Andika Perkasa dan Jenderal TNI (purn) AM Hendropriyono.

Andika Perkasa lulusan Akademi Militer 1987, sementera AM Hendropriyono lulusan Akademi Militer Nasional 1967, atau 20 tahun sebelumnya.

Tahukah Anda siapa AM Hendropriyono? Jenderal purnawirawan TNI ini bukan hanya pernah menjabat Kepala Badan Intelijen Negara.

AM Hendropriyono merupakan mertua dari KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa.

AM Hendropriyono merupakan "master of intelligence", profesor intelijen pertama di dunia.

Menelusuri jejak AM Hendropriyono sangat menarik, karena dia ternyata merupakan anggota Puspassus, cikal bakal Kopassus.

KISAH Pramugari Garuda Indonesia Ditendang & Dianiaya sebelum Diselamatkan Kopassus

Jenderal-Jenderal di Pentagon Yakin Kopassus Pakai Ilmu Hitam, Pasukan Elite AS Jadi Khawatir

Gelagat Aneh 5 Penumpang Naik dari Palembang, Pramugari Garuda Dianiaya sebelum Kopassus Tiba

Abdullah Makhmud Hendropriyono atau dikenal AM Hendropriyono memiliki jejak melegenda sebagai seorang jenderal.

Pada masanya, AM Hendropriyono menjadi ujung tombak pertempuran pasukan elite Kopassandha yang kini bernama Kopassus.

Selain itu, Hendropriyono pun masuk ke ranah intelijen sebagai Kepala Badan Intelijen (BIN) pertama.

Selama berkarir di dunia militer, AM Hendropriyono terlibat dalam sejumlah operasi yang membesarkan namanya.

AM Hendropriyono dikenal sebagai penuntas insiden bersejarah, Peristiwa Talangsari 1989.

Kala itu, AM Hendropriyono berhasil menindak potensi radikalisme dari Kelompok Warsidi di Talangsari, Lampung.

Pertempuran antara tim Kopassus yang dipimpin AM Hendropriyono pun menumbangkan Kelompok Warsidi itu.

Sebelum Peristiwa Talangsari 1989, AM Hendropriyono pernah melakukan aksi heroik bertempur dengan Pasukan Gerilya Rakya Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).

Awalnya, pemerintah Soekarno sengaja membentuk pasukan gerilya saat konfrontasi Indonesia-Malaysia, pada 1963-1966.

Kedua pasukan itu dilatih secara khusus oleh TNI di Surabaya, Bandung, dan Bogor.

Namun, ketika kekuasaan Indonesia berpindah tangan pada Soeharto, anak asuh TNI itu justru berbalik menjadi musuh.

Jenderal Bintang 3 Dicueki Anak Buah Kala Nyamar Pakai Sandal Jepit, Terkejut Diperlakukan Begini

Ingat 2 Jenderal TNI Kariernya Moncer setelah Ikut Operasi Pembebasan Kapal MV Sinar Kudus

Soeharto memutuskan berdamai dengan Malaysia.

Kemudian, pasukan gerilya itu diminta untuk menurunkan senjata.

Namun, PGRS dan Paraku rupanya mengabaikan permintaan itu.

Mau tak mau, pihak TNI pun harus menertibkan aksi para gerilyawan itu.

Akhirnya, AM Hendropiyono bersama timnya bernama Sandi Yudha turun tangan bertempur di hutan rimba kawasan Kalimantan.

Sandi Yudha ini merupakan satuan intelijen tempur milik pasukan elite yang kini bernama Kopassus.

Awalnya, AM Hendropriyono berusaha keras untuk mengambil hati lawan tanpa tindakan keras.

Tim Sandi Yudha ini beberapa kali berhasil mencuri simpati mereka.

Satu di antaranya, dengan Wong Kee Chok, komandan PGRS.

Namun, tak semua bisa diselesaikan secara baik-baik.

Panglima TNI dan KSAD Jenderal Andika Perkasa bersama para prajurit. (Tribunnews)

Pada akhirnya, pilihan terakhir pun dilakukan tim Sandi Yudha, yakni menggunakan tindakan keras.

Mulai dari penculikan dan interogasi, hingga melakukan perlawanan.

Perlawanan yang membekas diingatan AM Hendropriyono, yakni berduel dengan Hassan, yang juga komandan PGRS.

Kala itu, ia bersama tim kecil sebanyak delapan orang harus mengintai gubuk Hassan semalaman.

Secara hati-hati, satu di antara timnya kemudian membunuh penjaga gubuk yang memegang senjata api menggunakan sangkur.

Kemudian, Hendropriyono pun harus menembak Hassan untuk melumpuhkan lawannya itu.

Ia bahkan membanting tubuh Hassan menggunakan jurus bela dirinya.

Duel sengit satu lawan satu itu dilakukan AM Hendropriyono untuk menumbangkan lawan.

Paha dan jari-jarinya terluka parah karena terkena sangkur Hassan.

Serangan Hassan itu bahkan nyanris mengenai dada AM Hendropriyono.

Sebelumnya, saat melakukan misi di Kalimantan itu, AM Hendropriyono yang saat itu masih berpangkat kapten harus merayap sejauh 4,5 kilometer.

Saat merayap menuju markas musuh itulah, anggota Kopassus itu melewati sarang ular Kobra.

Mantan Kepala BIN Hendropriyono usai bertemu Ketua DPR Bambang Soesatyo di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (12/7/2019). (KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Karena sudah terlatih menjinakkan ular, pasukan elite ini melewati dengan mudah.

Pertempurannya di Kalimantan ia tulis dalam buku berjudul Operasi Sandi Yudha: Menumpas Gerakan Klandestin

Keandalannya dalam berbagai operasi pertempuran membuat AM Hendropriyono dipercaya sebagai Kepala BIN.

Tidak hanya mengurus bawahannya di BIN, ia pun membetuk regenerasi melalui pendirian Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).

Selain sekolah, AM Hendropriyono pun menggagas Sumpah Intelijen, Mars Intelijen, hingga logonya.

Dalam pendidikan, AM Hendropriyono bahkan menerangkan intelijen sebagai ilmu.

Sepak terjangnya ini menjadikan AM Hendropriyono menjadi tokoh militer dan intelijen ternama.

Ia bahkan dinobatkan sebagai guru besar intelijen pada 2014.

Hal itu membuat AM Hendropriyono menjadi profesor intelijen pertama di dunia. 

Baca: Baret Merah yang Dilempar Bikin Para Jenderal TNI Kaget, Mereka Hanya Bisa Diam

Baca: Pramugari Garuda Ini Akhirnya Sadar Penyebab Pacarnya yang Kopassus Kerap Tiba-tiba Menghilang

Baca: Tour of Duty Kopassus, Kisah Praka Soeprapto Lakukan Pengejaran hingga Ditembak

Cara Kerja Intelijen Kopassus Tak Terduga, hingga Diminta Sembunyikan Istri Panglima Musuh

 

Berita Terkini