HIV biasanya menyebabkan gejala seperti flu sekitar dua hingga empat minggu setelah penularan.
Periode waktu yang singkat ini disebut infeksi akut.
Sistem kekebalan mengendalikan infeksi, yang mengarah ke periode latensi.
Sistem kekebalan tidak dapat sepenuhnya menghilangkan HIV, tetapi dapat mengendalikannya untuk waktu yang lama.
Selama periode latensi ini, yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, seseorang dengan HIV mungkin tidak mengalami gejala sama sekali.
• Klasemen Liga Inggris Pekan ke 14 Setelah Liverpool dan Tottenham Hotspur Raih Hasil Positif
• TERNYATA Putri Diana Tewas Bukan Karena Kecelakaan Mobil, Pasangan Ini Ungkap Fakta Mengejutkan
• Ops Pak Camat Upload Video Mesum dengan Selingkuhan ke WA Story Durasi 1.24 Menit, Langsung Dipecat!
• Mau Dapat Kartu Pra Kerja Berisi Rp 7,6 Juta? Caranya Mudah Bebas untuk Dibelikan Apa Saja? Ternyata
Namun, tanpa terapi antiretroviral, orang tersebut dapat mengembangkan AIDS dan mengembangkan banyak gejala yang terkait dengan kondisi tersebut.
Mendeteksi HIV/AIDS
Diagnosa HIV dilakukan melalui tes darah atau air liur untuk menentukan adanya virus tersebut.
Diagnosis HIV juga bisa melalui tes antigen, yang merupakan protein yang diproduksi oleh virus, dan antibodi.
Tes ini dapat mendeteksi HIV hanya beberapa hari setelah infeksi.
Untuk mendeteksi AIDS, penyedia layanan kesehatan biasanya menghitung sel CD4, yaitu sel yang dirusak oleh virus HIV.
Hal tersebut dilakukan karena AIDS terjadi akibat adanya infeksi HIV.
Seseorang tanpa HIV dapat memiliki 500 hingga 1.200 sel CD4.
Sementara itu, penderita AIDS atau virus HIV berkembang ke tahap stadium tiga biasanya memiliki jumlah sel CD4 hanya berkisar 200 sel.
Faktor lain yang menandakan stadium 3 HIV telah berkembang adalah adanya infeksi oportunistik.
Infeksi oportunistik adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, jamur, atau bakteri yang tidak akan membuat seseorang dengan sistem kekebalan yang tidak rusak sakit.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jangan Salah Memahami, Ini Beda HIV dan AIDS"
Penulis : Ariska Puspita Anggraini
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary