Berita Nasional

Penolakan KKB oleh Warga Papua Nugini di Perbatasan Negara, Ini Kata Tokoh Masyarakat Setempat

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua

Penolakan KKB oleh Warga Papua Nugini di Perbatasan Negara, Ini Kata Tokoh Masyarakat Setempat

TRIBUNJAMBI.COM - Sudah meresahkan di Indonesia, ternyata Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) juga ditolak oleh Warga Papua Nugini.

Warga Papu Nugini yang bertempat tinggal di perbatasan Indonesia, menolak mentah-mentah kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua memasuki wilayahnya

Hal itu diungkapkan Tokoh masyarakat Papua Nugini (PNG) di perbatasan dengan Indonesia, Ray Tanji.

Ray Tanji secara tegas menolak kehadiran para separatis Papua Merdeka di wilayahnya.

Dia meminta aparat berwenang untuk memulangkan mereka ke Jayapura.

Baca: KKB Papua Nyatakan Siap Perang vs TNI-Polri, Pembunuhan di Bandara, Ribuan Orang Mengungsi

Baca: KKB Papua Tebar Teror Penembakan & Pembakaran, Mengaku Siap Perang Lawan TNI Polri

Baca: SETELAH Tembak 2 Pengojek, KKB Papua Kembali Tebar Teror: KKB Tembak Mati Seorang Pedagang

Dalam wawancara dengan program radio ABC Pacific Beat, Ray Tanji menyatakan kehadiran elemen gerakan Papua Merdeka di PNG telah menimbulkan banyak masalah bagi warga perbatasan.

"Saya minta Pemerintah Papua Nugini untuk menyingkirkan orang-orang ini dari Vanimo, karena merekalah yang menimbulkan masalah di perbatasan selama ini," ujarnya.

Tanji merupakan tokoh masyarakat di Wutung, Vanimo, Propinsi West Sepik yang berbatasan langsung dengan distrik Skouw, Jayapura, Indonesia.

Tanji meminta aparat PNG untuk menyelidiki kehadiran dan aktivitas elemen separatis Papua Merdeka demi menjaga keamanan warga setempat.

Menurut dia, warga masyarakat PNG di perbatasan telah menderita akibat ulah para pejuang separatis tersebut.

"Pemerintah PNG hanya perlu melakukan satu hal, pulangkan mereka ke wilayahnya sendiri, yaitu ke Jayapura," ucap Ray Tanji.

Baca: Berlarut-larutnya Masalah Pembebasan Lahan, Dinas PU Minta Bantuan Pendampingan Kejati Jambi

Baca: Kondisi Terbaru Irish Bella yang Baru Kehilangan Calon Bayi Kembarnya, Istri Ammar Zoni Masih di RS?

Baca: PELAKU Melihat Korban Masih Bergerak, dengan Sadisnya Membekap Muka Korban hingga Meregang Nyawa

Pada 1 Oktober lalu, dilaporkan adanya kontak senjata antara aparat militer RI dan elemen yang terkait dengan gerakan Papua Merdeka.

Akibat peristiwa itu, pihak berwenang langsung menutup akses perbatasan Indonesia - PNG di Skouw-Wutung, Distrik Muara Tami, Jayapura.

Penutupan perbatasan dibenarkan oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI-PNG dari Yonif 713/ST Mayor Inf Dony Gredinand.

Menurut dia, bunyi tembakan terdengar beberapa kali pada Pukul 06.00 WIT menyebabkan kekhawatiran di kalangan warga perbatasan.

Mayor Dony juga membantah adanya aparat keamanan RI yang terkena tembakan, sebagaimana disebutkan dalam laporan yang belum terkonfirmasi bahwa ada dua prajurit RI yang terluka.

"Tidak ada yang kena tembakan atau lainnya, warga di perbatasan aman semua," ujar Mayor Dony.

Secara terpisah Komandan Kepolisian Propinsi West Sepik PNG Moses Ibsagi menjelaskan kepada ABC bahwa pihaknya belum pernah mendengar adanya aktivitas elemen Papua Merdeka di wilayah itu.

"Hal ini baru saya dengar. Tim saya sudah ke sana dan menemukan bahwa kontak senjata itu terjadi di dalam wilayah Indonesia, bukan di wilayah PNG," kata Ibsagi.

Baca: Manjakan Pelanggan, Telkomsel Hadirkan Paket OMG

Baca: Asisten Raffi Ahmad Murka, Labrak Asisten Pribadi Nia Ramadhani Lewat Instagram, Ini yang Terjadi

Dia menjelaskan bahwa warga PNG untuk sementara diminta tidak mengunjungi perbatasan karena pertimbangan keamanan.

"Kami minta para warga untuk jangan menyeberang perbatasan untuk sementara sampai situasi membaik," katanya.

Sementara itu, pada Jumat (4/10/2019) pekan lalu, warga Wutung sepakat mengajukan petisi kepada Pemerintah PNG untuk merelokasi para pengungsi asal Papua yang kini bermukim di Wutung dan wilayah lain di pesisir barat Vanimo.

Petisi ini, katanya, dimaksudkan untuk mengatasi risiko keamanan bagi para pengungsi dan warga setempat di perbatasan.

Pemuka masyarakat setempat menyatakan selama masih ada pengungsi di wilayah itu, maka warga setempat tetap rawan untuk mendapat serangan dari aparat.

Sekolah-sekolah diliburkan dan angkutan umum diminta untuk tidak mengambil penumpang PNG yang akan berangkat ke Pasar Batas yang terletak di wilayah RI.

Baca: Lexy Fatharani : Penetapan Tersangka Dugaan Korupsi di UIN STS Jambi, Tunggu Hasil Audit Ahli

Baca: Jualan di Sosmed, Jambi Meat Center Tawarkan Daging Beku Impor berlalbel Halal

Warga melaporkan kontak senjata antara militer RI dan pejuang separatis tersebut terjadi di sekitar Pasar Batas.

Kelompok yang menamakan dirinya West Papuan Revolutionary Army (WPRA) mengaku bertanggung jawab atas kontak senjata tersebut.

Selama ini aktivitas menyeberang perbatasan baik melalui darat maupun laut terjadi di sekitar pesisir utara PNG di dekat Jayapura.

Dalam situasi normal, sedikitnya 100 warga PNG masuk ke Jayapura dan mengalami peningkatan pesat pada hari pasar di distrik Skouw dekat perbatasan.


Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Warga Papua Nugini di Perbatasan Tolak Kehadiran KKB Papua, Ini Kata Tokoh Masyarakat

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Berita Terkini