Di Samator awalnya Rivan selalu merasa ingin pulang (Homesick), disamping kangen kepada keluarga, latihan berat juga merupakan salah satu ujian Rivan ketika pertama bergabung di klub.
Namun, perlahan tapi pasti, Rivan mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan pola latihan yang diterapkan oleh Samator.
Awalnya, pemilik tinggi badan 194 sentimeter ini sempat ingin pulang saat berlatih dengan Samator karena menu latihan cukup berat.
Perlahan-lahan Rivan mulai menyukai belajar dan berlatih voli di Samator, apalagi dia bisa bertemu pemain idolanya, Ayip Rizal dan peluang untuk masuk timnas sangat besar jika dirinya terus berlatih bersama Samator.
Rivan sangat senang berlatih dengan pemain Idolanya Ayip Rizal.
Saat latihan dan pertandingan, Ayip banyak memberikan masukan kepada Rivan untuk memperbaiki kesalahan dan memberikan pengalamannya untuk Rivan.
Sehingga dirinya makin bersemangat untuk berlatih dan meningkatkan performanya.
Kini, Usaha dan kerja keras Rivan membuahkan hasil yang manis.
Pada ajang Proliga 2016 lalu, Rivan meraih penghargaan MVP (Most Valuabe Player). Sifatnya yang agak sedikit pemalu membuat Panitia berulang kali memanggil namanya saat pemberian Penghargaan MVP.
Bahkan, kawan-kawannya sampai harus menariknya ke podium untuk mengambil penghargaan tersebut.
Setelah dirinya Sukses membawa Samator menjuarai Proliga 2016, Rivan berhasil mempertahankan emas untuk Jawa Timur di PON 2016.
Dan pada Final Proliga 2018 Rivan juga berhasil kembali membawa Samator menjadi juara dan meraih MVP.
Jadi Polisi Berkat Bola Voli
Atas prestasinya tersebut, pemain kelahiran Jambi 16 Juli 1995 itu terpilih mengikuti pendidikan Sekolah Polisi Negara (SPN) sejak Juni 2016.
Kerja keras pasti memiliki hasil baik, hal ini dijalani Rivan Nurmulki yang membanggakan Jambi, karena ikut mengantarkan Timnas Voli Indonesia hingga ke babak semifinal kejuaraan Asia di Jawa Timur.
Ayah Rivan dan ibunya Ika Nuryati kini sudah berpisah, sang ibu masih tinggal di C1 Pemenang Selatan dan ayahnya tinggal di Rantau Jering, Kecamatan Masurai.
Dia terpilih setelah Samator menjalin kerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk melakukan pembinaan.
“Rasanya bangga bisa menjadi abdi negara. Saya bisa mengangkat derajat keluarga,” kata Rivan.
Pemain berusia 21 tahun ini harus melalui latihan cukup berat saat menjalani pendidikan SPN dengan durasi selama tiga kali seminggu. “Latihannya cukup berat, tetapi saya bisa melaluinya karena sudah terbiasa latihan fisik bersama Samator,” ucap Rivan.
Selain menjalani pendidikan, Rivan juga mengenyam bangku kuliah di Universitas Yos Sudarso jurusan Manajemen untuk menjadi bekal bagi kariernya di kepolisian. “Yang terpenting, saya punya bekal satu gelar karena pendidikan itu penting,” ujar Rivan.
Itulah sekelumit cerita tentang Perjuangan Rivan Nurmulki menjadi seorang pemain voli andalan timnas dan klubnya saat ini. tidak ada perjuangan yang mudah untuk menjadi pemain sukses. (Tribunjambi.com)