Jika nadzor pertama gagal, nadzor selanjutnya dikenakan biaya Rp 100.000.
Pendirinya, Muhammad Mirza Firdaus mengatakan biaya itu dibutuhkan untuk pengembangan aplikasi.
Sejak pertama muncul hingga saat ini, sudah ada 1.369 ikhwan yang mendaftar dan 2.314 akhwat.
Ada 34 pasangan yang taaruf, satu di antaranya sudah melangsungkan pernikahan.
Adapun ide awalnya bermula dari pengalaman Mirza sendiri.
Jika dulu ia masih mencari pasangan dengan cara pacaran, tahun lalu Mirza menikah lewat taaruf setelah memutuskan untuk berhijrah dua tahun lalu.
Dari beberapa kajian yang didatanginya, Mirza menemukan keresahan yang sama di teman-temannya.
"Kesulitan dari teman-teman ternyata gimana caranya biar bisa kenalan tanpa harus kenalan."
"Sementara, dari beberapa teman-teman agak malu pertamanya, sungkan untuk meminta ustaz meskipun ustaz punya database atau calon," ujar Mirza.
Melihat adanya kebutuhan itu, Mirza dan dua orang temannya merancang aplikasi taaruf.
Ia berkonsultasi dengan para ulama untuk menurunkan konsep taaruf dan aturannya ke dalam genggaman tangan.
Tinder menjadi inspirasinya Kalau Tinder, kata dia, kan banyak digunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, walaupun ada juga yang menemukan jodohnya di sana.
"Tapi di sini saya buat yang sesuai ajaran Islam, yang tanpa pacaran," kata Mirza.
Jika Tinder menonjolkan foto pengguna untuk kemudian di-swipe kanan atau kiri, di aplikasi Taaruf Online tak ada foto.
Hanya ada pilihan mengirimkan biodata atau CV jika ingin berkenalan.