Legenda Kopassus, Agus Hernoto yang Tetap Ingin Bertugas di Satuan Meski Kaki Buntung Karena Perang
TRIBUNJAMBI.COM - Nama satu ini disebut sebagai legendanya Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Meski kehilangan kaki kirinya, seorang prajurit Kopassus bernama Agus Hernoto tetap ikut ambil peran di sejumlah misi TNI
Dilansir dari buku 'Legenda Pasukan Komando, Dari KopassusHingga operasi Khusus', Bob H Hernoto, Penerbit Buku Kompas, Agus sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) Soekarno
Meski telah pensiun dari Kopassus karena kehilangan kakinya, Agus juga sempat bergabung dengan tim Operasi Khusus pimpinan Ali Moertopo.
Baca: PASUKAN Elite Inggris SAS Kagumi Aksi Kopassus, Pernah Takluk saat Perang Gerilya di Kalimantan
Baca: Video: Konsumsi Ini, 7 Makanan dan Minuman Dipercaya Bisa Menyehatkan Organ Kewanitaan
Baca: Pilkada Gubernur Jambi, Dukungan ke Ramli Taha Mulai Mengalir
Baca: Hasil Pilkada dan Pemilu Serentak Jadi Evaluasi Pengurus PDIP Jambi
Setiap kali ada operasi intelijen, dipastikan Agus terlibat dan berperan aktif di dalamnya.
Contohnya, Agus pernah terlibat dalam operasi Komodo yang merupakan persiapan menuju serangan Seroja di Timor-Timur.
Baca: Alat Kontrasepsi Pernah Jadi Senjata Rahasia Kopaska saat Operasi Trikora yang Bikin Belanda Takut
Baca: VIDEO : 3 Zodiak Ini Ternyata Tak Tulus dalam Berhubungan, Hanya Pura-pura Peduli Sama Orang Lain
Baca: Teriakan Tegas Benny Moerdani ke Prajurit Kopassus yang Temukan Peti Emas: Tinggalkan atau Kau Mati
Baca: Edi Purwanto Ditantang Ihsan Yunus dan Dua Ketua DPC PDIP di Jambi
Agus ditunjuk langsung oleh Kepala BAKIN kala itu, Letnan JenderalTNI Yoga Soegama, untuk mencari informasi mengenai keberadaan pos-pos musuh dan menentukan "dropping zone" yang aman.
Masih dari sumber yang sama, dikisahkan Agus kehilangan kaki kirinya dalam sebuah pertempuran membebaskan Irian Barat dari Belanda.
Dalam pertempuran di pedalaman Papua pada pertengahan 1962, Agus dan pasukannya terlibat kontak senjata yang sengit.
Dia terluka parah pada bagian punggung dan kaki kirinya.
Anak buahnya berusaha membopong dan menyelamatkan komandannya. Namun, di situasi kala itu, Agus memilih jalannya sendiri.
Ia tetap berada di medan pertempuran hingga akhirnya tertangkap dan ditawan oleh tentara Belanda.
Meski hari-harinya diisi dengan penyiksaan, tapi mulut Agus terkunci rapat.
Dia tak sudi membocorkan informasi terkait operasi besar-besaran yang dipimpin Benny Moerdani atasannya.
Meski begitu, pasukan Belanda juga memperlakukan Agus sesuai konvensi Jeneva.
Agus dirawat hingga sembuh tapi kakinya terpaksa diamputasi mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Agus masih hidup dan Irian Barat akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.