Dia terluka parah pada bagian punggung dan kaki kirinya.
Anak buahnya berusaha membopong dan menyelamatkan komandannya. Namun, di situasi kala itu, Agus memilih jalannya sendiri.
Baca: Diminta Buat Video Iklan, Baim Wong Langsung Menolak Karena Suami Paula Verhoeven Diminta Berbohong
Ia tetap berada di medan pertempuran hingga akhirnya tertangkap dan ditawan oleh tentara Belanda.
Meski hari-harinya diisi dengan penyiksaan, tapi mulut Agus terkunci rapat.
Dia tak sudi membocorkan informasi terkait operasi besar-besaran yang dipimpin Benny Moerdani atasannya.
Meski begitu, pasukan Belanda juga memperlakukan Agus sesuai konvensi Jeneva.
Baca: Tim Supervisi dan Asistensi Operasi Mantab Brata Mabes Polri Tiba di Polda Jambi
Agus dirawat hingga sembuh tapi kakinya terpaksa diamputasi mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Agus masih hidup dan Irian Barat akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.
Kabar buruk kemudian menghampiri. Pada akhir 1964, diadakan sebuah pertemuan perwira RPKAD membahas penghapusan tentara cacat dari RPKAD dan Agus termasuk di dalamnya.
Baca: Fakta John Juanda, Raja Poker Dunia Asal Medan Raih Hadiah Rp 28 Miliar, Anti Minum Alkohol
Rekan yang sekaligus juga atasannya, Benny Moerdani, berusaha membelanya.
Akibatnya, mereka berdua sama-sama dikeluarkan.
Namun, Agus kemudian sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno (Paspampres)
Sedangkan Benny ditarik ke Komando Cadangan Strategis Angkatan darat (Kostrad) di bawah Mayjen TNI Soeharto
Baca: Jadi Anggota Kopassus, Deretan Anak Artis Ini Anggota TNI & Polri, Tak Mau Jadi Seleb Ikuti Orangtua
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Perjuangan Mantan Preman Jadi Prajurit Kopassus, Sempat Ditolak Karena Berpenampilan 'Sangar',