Alih-alih disambut hardikan, beberapa prajurit Tjakrabirawa itu malah dengan sigap segera memberi hormat.
Rupanya mereka adalah anggota KKo yang dulu pernah menjadi anak buahnya di palagan Irian Barat.
“Siap Pak, bisa saya bantu?” kata salah satu dari mereka.
”Mana Komandanmu?” jawab Benny singkat.
“Siap Pak, silahkan tunggu….”.
Para anggota KKo yang tidak mengenal Benny, terlihat tegang.
Sebagian saling berbisik dari kejauhan. Mereka heran menyaksikan seorang sipil berpakaian olahraga berani masuk asrama militer yang tengah bersiaga tempur. Tidak sampai dua menit, seorang perwira KKo datang dan langsung menghampiri Benny.
Dialah Mayor Saminu, wong Solo yang juga sudah lama mengenal Benny.
“Piye iki? Kok, malah dadi ngene kabeh, Ben?” serunya
“Yo wis-lah, sing penting sekarang jaga pasukanmu agar jangan keluar asrama.
Saya akan tertibkan anak-anak. Kalau kamu diserang, yaaa …Sudah silahkan, mau ditembak atau apa, terserah saja.
Tapi saya minta jangan ada anggotamu keluar asrama.” Jawab Benny.
“Yo, wis beres,” jawab Saminu sambil terus membuat perintah-perintah kepada para bawahannya.
Sementara itu, menyaksikan komandannya ada di dalam lingkungan Asrama Kwini, isu segera menyebar di kalangan anak-anak RPKAD.
Beberapa berteriak: “Pak Benny ditangkap! Pak Benny ditangkap KKo!”
Sontak mereka lantas segera berebutan menuju Asrama Perawat Putri RSPAD yang ada persis di samping Asrama Kwini: mendudukinya dan langsung membuat formasi tempur.
Di lantai atas asrama perawat tersebut, terlihat seorang prajurit RPKAD sudah mengarahkan sepucuk Bazooka ke Asrama KKo.
Suasana hening menyelimuti kawasan Senen dan Kwini.
Tak ada satupun orang-orang sipil yang berani lewat wilayah tersebut.
Mobil-mbil memilih memutar kembali, dari balik toko-toko sekitar Senen yang sebagian segera ditutup, orang-orang menahan nafas, membayangkan lingkungan mereka sebentar lagi akan menjadi ajang berseliwerannya peluru tajam.
Sementara itu, sambil menunggu datangnya perintah tembak, para anggota RPKAD sudah siap-siap menyerbu Asrama Kwini. Alih-alih muncul perintah menyerbu, yang ada malah mereka mendengar teriakan galak Benny: “Sudah! Sudah! Pulang kalian semua!” ujar Benny yang tiba-tiba muncul dari arah pintu gerbang Asrama Kwini.
Sambil mengibas-ngibaskan tangannya, Benny memerintahkan semua anggota RPKAD yang tengah stelling tersebut untuk mundur dari wilayah sekeliling Kwini.
Mendengar teriakan komandan mereka, para prajurit komando berpakaian sipil itu menurut.
Namun ada beberapa dari mereka yang terlihat “agak tidak terima” untuk mundur.
Nah prajurit-prajurit ini yang tubuhnya kemudian didorong oleh Benny dan dengan tegas diperintahkannya untuk naik ke atas truk masing-masing dan pulang kembali ke asrama mereka di Cijantung.
Untung ada Benny! Jika tidak, Senen pasti berubah menjadi seperti Damaskus hari ini.
Sumber : Kaskus dan Buku Julius Pour, Tragedi Seorang Loyalis
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: