Demikian pula halnya dengan Gedung Percetakan Negara Kebayoran.
Pada pukul 23.55, malam markas Kostrad secara berangsur-angsur mulai dipindahkan ke Senayan. Pak Harto sudah sepenuhnya siap untuk melancarkan “counter-move” yang melumpuhkan.
Suasana kesiapsiagaan tempur dengan segala kesibukannya terasa sekali.
Silent Raid
“Silent-raid” yang melumpuhkan Halim
Sebetulnya semenjak pukul18.00, Kostrad sudah siap untuk menggempur Halim. Namun hal ini terpaksa ditunda mengingat keselamatan Presiden Sukarno yang pada saat itu berada di Halim dan sampai jauh malam tidak mau memisahkan diri dari tokoh-tokoh G-30-S.
Barulah pada pukul 01.00 tengah malam 2 Oktober 1965, komando yang dinanti-nantikan diberikan oleh Pak Harto, yaitu setelah Bung Karno meninggalkan Halim pergi ke Bogor.
Pun prinsip “menghindarkan pertempuran darah” tetap dipertahankan dalam sergapan diam-diam ke Halim ini.
Pukul 03.00 pagi, bergeraklah “macan-macan loreng berbaret merah” dan satuan Yon 328/Para Kujang menyelusup ke daerah Halim yang penuh misteri.
Satu kompi panser dan satu kompi tank membantu gerakan tersebut.
Demikian sempurnanya gerakan pasukan-pasukan para, hingga sementara gembong-gembong G-30-S masih dalam kebingungan, Lanuma Halim Perdana Kusuma sudah jatuh ke tangan Kostrad pada pukul 06.10.
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1967.
Baca: Update Perolehan medali Asian Games 2018 Sabtu 1 September 2018 pukul 06.00
Baca: Pengakuan Jonatan Christie sedang Dekat Seseorang, Ini 3 Kriteria Wanita Idaman