Sementara untuk peternak, tambah Gilang, yang akan dibantu pendanaan hanya peternak yang sudah memiliki kandang saja. Jadi, bagi yang belum punya kandang tidak bisa memperoleh pendanaan.
Meski belum setahun berdiri, per Mei 2018, Kandang.in tercatat telah memiliki 100 investor tetap dan 40% sudah melakukan investasi ulang dan saat ini sudah ada sekitar 1.000 permintaan untuk mendapatkan proposal. "Saat ini sudah ada 100 investor dan 40% sudah melakukan investasi ulang atau setelah terima hasil jual ternak mereka melakukan investasi ulang." ujarnya.
Baca: Nilai Cadangan Devisa Menyusut, Mahalnya Ongkos Menjaga Otot Rupiah
Baca: Permintaan Uang Tunai Naik, BI Siap Tambah Pasokan
Baca: Mau Mengambil atau Menyetor Uang ke Bank? Minta Pengawalan. Ini Penjelasan Kapolda
Menurutnya, resmi meluncur pada akhir tahun lalu, Kandang.in sudah mencatatkan jumlah investasi sebesar Rp 1,6 miliar. Hingga akhir tahun 2018, mereka memasang target untuk memperoleh dana investasi sebesar Rp 3 miliar. "Saat ini masih Rp 1,6 miliar. Harapannya sampai akhir tahun ini kami bisa mencatatkan nilai investasi sekitar Rp 3 miliar," ujarnya.
Selain itu, tambah Gilang, saat ini Kandang.in sudah bekerja sama dengan tiga kelompok ternak besar yang mencakup 100 hingga 200 peternak setiap kelompoknya. Selain itu, ada juga peternak kecil yang tersebar di Blitar, Trenggalek, Lombok, Cikampek, Malang dan Banjarmasin.
"Kami sudah punya mitra peternak di enam kota dan dalam waktu dekat akan menambah kota, yakni di Wonogiri untuk ternak kambing dan Madura untuk ternak ayam," kata Gilang. Sebarannya, di Lombok ada peternak ayam, di Blitar untuk ayam dan sapi, sementara peternakan domba ada di Banjarmasin dan Cikampek.
Sementara untuk pendapatan, tambah Gilang, keuntungan diperoleh dengan sistem bagi hasil sesuai kaidah syariah. Gilang menjelaskan setelah panen dan jual hasil ternak, dana yang akan dibagikan merupakan dana yang telah dikurangi biaya pangan dan operasional. "Keuntungan yang kami terapkan di Kandang.in menggunakan sistem bagi hasil syariah atau menggunakan akad mudharobah," jelas dia.
Investor sebagai pemilik usaha pasif. Jadi, dia hanya menitipkan dananya namun secara konvensional dikelola oleh dari para peternak. Lalu, penjualan hasil panen, akan dikurangi berbagai biaya yang telah dikeluarkan, seperti biaya bibit, operasional dan sebagainya. Selisih dari perhitungan itu dianggap keuntungan bersih yang kemudian akan dibagikan kepada Kandang.in, investor, dan peternak.
Gandeng Kemdes
Meski sudah punya pengalaman sebelumnya dalam bisnis ini, bukan berarti Gilang tak mendapati kendala saat awal mengembangan Kandang.in. Ia mengalami berbagai kendala selama proses pengembangan usahanya, seperti pendanaan, infrastruktur teknologi, serta jangkauan dan jumlah peternak yang masih minim.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Diproyeksi 5,2%, BI: Optimisme Konsumen Meningkat
Baca: Kondisi Tanah Abang Makin Semrawut, Sandiaga Uno Sebut Potensi dan Peluang Baru
Baca: Ratusan Rukan hingga Rumah di Pulau D Reklamasi Disegel Pemprov DKI, Akankah Dibongkar?
Baca: Bumi Resouces Berharap Bisa Bayarkan Dividen Lebih Cepat
"Saat ini kendala utama kami adalah pendanaan. Untuk pengembangan platform Kandang.in ini kami masih menggunakan dana pribadi sehingga kami masih sangat membutuhkan bantuan pendanaan dari pihak luar," ujarnya.
Selain pendanaan, kata Gilang, platform gagasannya juga mengalami kendala di jumlah peternak yang ada. Ia mengaku jumlah peternak yang dimiliki saat ini masih sedikit. "Saat ini jumlah peternak yang kami miliki masih sangat minim karena mencari dan mendapatkan peternak yang jujur dan sesuai syarat kami sangat sulit," tuturnya. Sebagai contoh saja, saat ini sudah ada lebih dari 1.000 permintaan untuk bisa investasi namun belum bisa terealisasi semua.
Namun, sebagai bentuk upaya pengembangan platform, Kandang.in akan bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemdes PDTT) guna mendukung peternak-peternak di daerah tertinggal.
"Belum lama ini, kami mengadakan diskusi dengan Kemdes guna memperluas jangkauan peternak, sekaligus membantu peternak-peternak di desa tertinggal," kata Gilang.
Saat ini, telah dilakukan tahap pemetaan daerah mana saja yang akan dibantu dan jenis ternak apa. Nantinya, Kandang.in berperan sebagai penyedia investor dan Kemdes sebagai penyedia infrastruktur dari peternak yang ada di daerah, seperti kandang, pangan, dan sebagainya.
Bisa berkembang asal transparan