Human Insterest Story

Perjalanan Orang Rimba Pelakar Jaya Kenal Berondolan Sawit, Seri I

Sebagian dari Orang Rimba di Merangin sudah tak lagi sepenuhnya berpindah-pindah untuk hidup.  Kini, sebagian Orang Rimba mulai menetap.

|
Penulis: Khusnul Khotimah | Editor: asto s
Tribun Jambi/Khusnul Khotimah
IBU-IBU Orang Rimba di Desa Pelakar Jaya, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, sedang berkumpul. 

TANGAN perempuan yang mengenakan baju sederhana itu terlihat memunguti sesuatu berwarna merah cokelat di tanah. 

Namanya Penyarak (60), satu di antara ibu-ibu Orang Rimba yang tinggal di Kabupaten Merangin.

Di balik hijaunya perkebunan kelapa sawit di Desa Pelakar Jaya, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Merangin, tersembunyi cerita perjuangan Orang Rimba yang berupaya menyambung hidup. 

Sebagian dari mereka, sudah tak lagi sepenuhnya berpindah-pindah untuk hidup. 

Kini, sebagian Orang Rimba mulai menetap.

Meski begitu, mereka namun tetap mengandalkan alam sekitar, memungut berondolan sawit dan beternak sapi. 

Bagi sebagian Orang Rimba, berondolan sawit adalah satu di antara tumpuan hidup. 

Penyarak menceritakan rutinitasnya. 

Orang Rimba di Desa Pelakar Jaya, Kecamatan
Orang Rimba di Desa Pelakar Jaya, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, sedang berkumpul.

Setiap hari, ia memunguti berondolan yang jatuh dari pohon sawit milik warga. Satu karung bisa terisi sekitar 15 kilogram. 

"Kami mengumpulkan berondolan yang jatuh dari pohon sawit milik warga," ujarnya. Hasilnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Hidup yang kini mulai menetap sangat berbeda dari masa lalu. 

Ibu Penyarak mengenang masa ketika mereka tinggal di "sudung", sebuah gubuk yang dibangun dekat sumber air. 

Orang Rimba akan berpindah jika sumber pangan habis atau jika ada musibah. 

Tradisi kuno itu pun masih melekat, termasuk ritual pemakaman yang unik. 

Jenazah tidak langsung dikubur, melainkan diletakkan di atas sudung tinggi untuk menghindari serangan hewan buas seperti macan dan beruang.

Hampir sama dengan Penyarak, Suparni (50) yang juga warga Orang Rimba, juga mendalami ketergantungan pada berondolan sawit untuk hidup.

"Kalau tidak dapat berondol, ya, tidak makan," katanya. 

Meski demikian, aktivitas memungut berondolan ini tidak selalu mudah. 

Kerap, ia dan warga Rimba lainnya dimarahi oleh pemilik kebun. 

Mereka harus meminta izin terlebih dahulu, dan jika tidak diberikan, harus mencari di tempat lain.

Hidup Orang Rimba mulai berbeda dibandung dulu. 

Suparni mengenang masa lalu saat makanan utama mereka adalah umbi-umbian seperti talas dan uwi. 

Transisi ke beras tidak serta-merta menjamin ketersediaan pangan. 

Suparni menuturkan pernah tidak makan hingga tiga hari, karena tidak memiliki makanan.

Harapan Hidup Lebih Layak

Kini, telah tersedia 24 unit rumah layak huni, listrik, dan air bersih, serta sebuah pendopo di desa mereka. 

Namun, warga merasa perhatian terhadap kondisi mereka masih minim.

Mariam, seorang warga, mengungkapkann harapannya. 

"Kami ingin seperti warga desa lain, yang dapur dan kasurnya terjamin. Di sini, kami merasa belum diperhatikan dengan baik," katanya.

Orang Rimba di Desa Pelakar Jaya berharap mendapat perlakuan setara dengan warga desa lainnya.

Mereka ingin mendapatkan akses yang lebih baik terhadap kebutuhan dasar. 

Di tengah modernisasi dan pergeseran cara hidup, mereka tetap berjuang untuk bertahan, berharap ada perhatian lebih agar mereka bisa menikmati kehidupan yang lebih layak tanpa kehilangan identitas mereka. (Khusnul Khotimah)

Baca juga: Bripka Arjunif Sulap Lahan Tidur Jadi Embung di Babeko Bungo, Larang Penambangan Emas Ilegal

Baca juga: Kisah Unik Petugas Damkartan Kota Jambi, dari Telepon Aneh-aneh hingga Tangkap Ular Raksasa

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved