Berita Bungo
Ikan Asap Jadi Harapan, Usaha SAD Dwi Karya Bhakti Bungo Jambi Bertahan di Tengah Stigma
Usaha ikan asap milik komunitas SAD di Dusun Dwi Karya Bhakti, Kabupaten Bungo, Provisi Jambi menjadi satu-satunya yang bertahan hingga kini.
Penulis: Khusnul Khotimah | Editor: Nurlailis
TRIBUNJAMBI.COM, BUNGO - Di tengah berbagai program pemberdayaan, usaha ikan asap milik komunitas Suku Anak Dalam (SAD) di Dusun Dwi Karya Bhakti, Kabupaten Bungo, Provisi Jambi menjadi satu-satunya yang bertahan hingga kini.
Program sederhana yang dimulai dari budidaya ikan lele dalam terpal itu kini menjadi satu diantara sumber tetap bagi sebagian warga SAD yang telah menetap.
Qusween Ikmal dari Dinas Peternakan Kabupaten Bungo menyebut, sekira tahun 2016-2017 pihaknya baru mengetahui bahwa komunitas SAD di sana telah mulai hidup menetap dengan struktur pemukiman yang tertata.
Baca juga: Koperasi Tanjung Bungo Jambi Rugi Ratusan Juta Akibat Ulah Penambang Ilegal
Setelah itu, pemerintah mulai memberikan dukungan berupa budidaya ikan lele.
Awalnya, budidaya dilakukan menggunakan kolam terpal, kemudian berkembang menjadi dua unit wadah budidaya.
"Waktu itu kami belum tahu kalau pemukimannya sudah sejauh itu. Tapi setelah tahu, kami bantu budidaya, dua unit ikan lele waktu itu, pakai terpal, dan sekarang ikannya bukan lagi lele tapi paten" ujar Qusween, Kamis (24/7/2025).
Dari upaya awal yang sederhana, usaha ikan terus berkembang.
Komunitas kemudian mencoba membuat produk ikan asap, dan hasilnya positif.

Baca juga: Awal Mula para Pedompeng Keruk Emas di Lahan Koperasi Tanjung Bungo Tebo Ilir Jambi
Saat ini, menurut Qusween, hanya satu komunitas SAD yang masih bertahan menjalankan usaha ikan asap, yakni yang berada di Dusun Dwi Karya Bhakti.
"Dulu tempat lain juga ada yang coba, sekarang tinggal yang satu ini yang tetap jalan. Tapi ini yang paling konsisten," katanya.
Kejujuran dan rasa ingin tahu yang tinggi jadi kunci sukses komunitas ini.
Menurut Qusween, hal itu membuat program dapat berjalan baik dan bantuan bisa disalurkan secara adil.
Pemerintah juga terus memfasilitasi promosi produk mereka di berbagai pameran.
Namun tidak semua berjalan mulus.
Baca juga: 1 Kg Sabu Ditimbun di Belakang Rumah di Bungo, 2 Pria Ditangkap dan Terancam Hukuman Mati
Tantangan utama justru datang dari stigma negatif masyarakat luas terhadap komunitas SAD, terutama dalam hal kebersihan produk makanan.
"Stigma soal higienitas itu masih kuat. Itu PR besar kita semua," ujar Qusween.
Dinas Peternakan juga pernah mencoba program peternakan kambing, namun tidak berhasil karena mobilitas warga SAD yang saat itu masih berpindah-pindah.
"Kami juga sedang melirik untuk pengembangan hortikultura yang akan dikelola oleh suku anak dalam," tutupnya.
Update berita Tribun Jambi di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.