Berita Merangin
Pemda Merangin Jambi Gencarkan Layanan Kesehatan untuk SAD dan Penanganan Stunting
Pemerintah Kabupaten Merangin, Jambi semakin gencar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama kepada SAD
Penulis: Khusnul Khotimah | Editor: Nurlailis
TRIBUNJAMBI.COM, MERANGIN - Pemerintah Kabupaten Merangin, Jambi semakin gencar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama kepada Suku Anak Dalam (SAD), yang selama ini hidup dengan pola nomaden.
Upaya ini, yang juga mencakup penanganan Tuberkulosis (TB) paru dan stunting, menjadi prioritas utama Dinas Kesehatan Merangin.
Berbagai langkah telah diambil, mulai dari penambahan fasilitas kesehatan hingga upaya edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Baca juga: Lebih 500 Warga SAD di Merangin Jambi Sudah Miliki e-KTP, Ini Tantangan di Lapangan
Sony Propesma, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin, menjelaskan bahwa Pemda sangat fokus dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal, khususnya untuk Suku Anak Dalam.
"Kami telah menambah ruang rawat inap di enam Puskesmas, ini penting karena seringkali komunitas SAD datang dalam jumlah banyak. Dalam ruang yang sempit, bisa mengganggu kenyamanan pasien lain," katanya. Rabu (23/7/2025).
Penambahan ruang rawat inap di Puskesmas diharapkan dapat memberikan ruang yang lebih nyaman dan memungkinkan komunikasi lebih baik antar pasien dan tenaga medis.
Selain itu, Sony menyebutkan bahwa masalah TB paru di Merangin cukup tinggi, dan itu menjadi tantangan besar bagi pihaknya.
"Merangin adalah satu diantara daerah dengan angka TB paru yang cukup tinggi. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun kendalanya adalah pola hidup nomaden yang masih diterapkan oleh sebagian besar SAD," tambahnya.
Baca juga: 32 Titik Api Muncul di Jambi, Kapolda Ungkap Langkah Tegas dan Cepat Diterapkan
Meski begitu, Dinas Kesehatan Merangin tidak menyerah. Pendekatan edukasi kepada masyarakat terus digencarkan.
"Kami memberikan edukasi mengenai pentingnya kebersihan lingkungan dan pola hidup sehat, karena meskipun kami sudah menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih baik, masalah utamanya adalah kesadaran dan pengetahuan masyarakat," ujar Sony.
Metode yang digunakan adalah posyandu, yang menjadi sarana untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Masalah pendataan, terutama untuk kepesertaan BPJS, juga menjadi tantangan tersendiri.
"Kami kerepotan dalam pendataan, karena beberapa komunitas masih belum terdaftar dalam BPJS. Tapi kami terus berusaha agar mereka semua terdata dengan baik, karena mereka berhak mendapatkan layanan kesehatan yang sama seperti warga lainnya," kata Sony.
Pemda Merangin tidak hanya berfokus pada Suku Anak Dalam. Sony menegaskan bahwa layanan kesehatan ini juga berlaku untuk seluruh masyarakat Merangin, tanpa terkecuali.
Baca juga: Juliana Jadi Sarjana Perempuan Pertama dari Suku Anak Dalam: Membuka Jalan, Menyalakan Harapan
"Kami tidak membedakan siapa yang datang ke Puskesmas, semuanya harus dilayani dengan baik. Kalau ada masalah pembiayaan, kami berharap bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi," tambahnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.