LIPUTAN KHUSUS
Warga 4 Daerah Tolak Pembangunan Stockpile Batu Bara PT SAS di Aur Duri Kota Jambi, Hanya Sejengkal
Warga lainnya, berinisial R (27), menambahkan lokasi stockpile sangat dekat rumah warga, bahkan hanya sejengkal dari tembok belakang rumah.
Penulis: tribunjambi | Editor: asto s
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Penolakan terhadap rencana pembangunan stockpile batu bara PT SAS di kawasan Aur Kenali dan Penyengat Rendah, Kota Jambi, Mendalo Darat atau Mendalo Laut, Kabupaten Muaro Jambi, semakin kuat.
Penolakan rencana pembangunan tempat penyimpanan sementara batu bara itu, disuarakan warga empat kawasan, yakni Mendalo Darat, Mendalo Laut, Aur Kenali, dan Penyengat Rendah.
Warga, khususnya yang tinggal di RT 20, Mendalo Darat, secara tegas menyatakan keberatan atas aktivitas perusahaan membangun tempat penyimpanan sementara material batubara yang disebut telah berlangsung sejak 2023.
Tokoh masyarakat sekaligus Ketua RT 20, Mendalo Darat, M Fauzi (54), mengatkaan sejak awal 2024 warga mulai menyuarakan penolakan secara besar.
"Kami kirim surat ke gubernur, wali kota, bupati, DPR, bahkan sampai ke kementerian. Intinya kami menolak pembangunan stockpile yang sangat dekat dengan permukiman," ujarnya, Minggu (22/6/2025).
Penolakan warga dilandasi kekhawatiran terhadap dampak lingkungan dan kesehatan.

Debu batu bara yang ditimbulkan dinilai berbahaya, terutama bagi anak-anak dan lansia.
Selain itu, lokasi pembangunan berada di kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
"Itu bukan zona industri. Ini permukiman. Kami menolak karena khawatir dengan masa depan generasi kami," tegas Fauzi.
Meski perusahaan mengklaim telah melakukan sosialisasi, warga menyatakan kegiatan tersebut dilakukan tanpa pendampingan dari pemerintah.
Bahkan, saat warga melakukan aksi demo, area tersebut sempat dipasangi garis polisi (police line) sebagai tanda larangan beraktivitas. Namun, saat ini, aktivitas pembangunan stockpile kembali berlangsung
"Sosialisasinya hanya dari perusahaan, tidak ada pendampingan dari pihak berwenang. Kami tolak di tempat. Bahkan dulu (jalan) sempat diblokade karena demo warga menjelang pilgub," terang Fauzi.
Warga Mendalo Darat, Anwar (26), mengungkapkan aktivitas pembangunan kini semakin intens.
Mulai pengerasan jalan, penimbunan lahan, hingga perataan menggunakan alat berat.
Dia mengkhawatirkan akan ada pembangunan terowongan bawah tanah yang berpotensi menggusur rumah-rumah warga.
"Bagaimana bisa dibangun terowongan? Ini daerah permukiman. Mau tidak mau akan gusur rumah di atasnya,” katanya.
Anwar menyebutkan beberapa lahan sudah dibebaskan dan terdapat tanda-tanda akan dibangunnya infrastruktur pendukung lain, termasuk kemungkinan terowongan bawah tanah.
Kekhawatiran muncul karena kawasan tersebut merupakan area permukiman padat dan tidak diperuntukkan sebagai zona industri.
"Kalau mereka mau buat terowongan di bawah tanah, berarti mereka harus gusur rumah di atasnya. Ini kan wilayah padat penduduk, bukan kawasan industri seperti Talang Duku," ujar Anwar.
Warga lainnya, berinisial R (27), menambahkan lokasi stockpile sangat dekat rumah warga, bahkan hanya sejengkal dari tembok belakang rumah.
"Kami tinggal di (perumahan) Villa Akbar, hanya sekira 50 meter dari lokasi. Ini sangat mengganggu," ujarnya.
Dia mengatakan warga sempat mengadang kendaraan perusahaan yang melintasi permukiman.
"Kami pernah cegat mereka karena jalan yang dipakai bukan jalan industri, tapi jalan perumahan," katanya.
Dampak Banjir dan Lain-lain
Warga juga menyoroti dampak awal berupa banjir yang kini lebih parah dibanding sebelumnya.
Menurut Ketua RT 20 Fauzi, mengatakan banjir terjadi karena aliran sungai kecil di sekitar proyek tertutup akibat pembangunan jalan.
"Dulu hanya genangan sebentar, sekarang banjir bisa mencapai 50 Cm dan surutnya lama, bisa sampai empat jam," ucapnya.
Banjir setinggi 50 Cm yang terjadi, diduga akibat proyek pembangunan jalan menuju lokasi stokpile batu bara milik PT SAS.
Banjir yang sebelumnya hanya berupa genangan kecil, kini meluas hingga ke rumah warga.
Dia menyebut banjir mulai terjadi setelah adanya aktivitas alat berat yang menutup aliran sungai.
"Dulu air hanya menggenang di tepi jalan dan surut sekira hujan berenti, sekarang sudah sekira 50 Cm surutnya bisa empat jam lebih," ujarnya.
Fasha: Geser ke Muaro Jambi
Anggota Komisi XII DPR RI daerah pemilihan Jambi, Syarif Fasha, mengatakan akan mengecek keberadaan stockpile di wilayah Aur Duri, Kota Jambi tersebut.
Meski secara langsung belum mengecek ke sana, dia mengatakan bahwa wilayah Kota Jambi bukan untuk industri batu bara.

Fasha yang pernah menjabat Wali Kota Jambi dua periode itu mengatakan keberadan stockpile itu kemungkinan tidak sesuai RTRW Kota Jambi. Kawasan Penyengat Rendah dan Aurduri merupakan zona permukiman, bukan industri batu bara.
(khusnul khotimah/m ferry fadli)
Baca juga: Satresnarkoba Polres Merangin Jambi Tangkap Bandar dan Kurir Sabu di Pamenang
Baca juga: Kisah Ironis Seorang Anggota DPRD Provinsi Jambi vs Istri, Saling Polisikan Padahal Anak 2 Balita
Raffi Tak Jadi Operasi Plastik, Anak di Jambi Kena Stevens-Johnson Syndrome, Virus Tak Masuk Daging |
![]() |
---|
Ketua DPRD Kota Jambi Minta Wako Panggil Dokter Puskesmas dan Kadis, Anak Kena Sindrom Langka |
![]() |
---|
Ustaz Agus Nyaris Menangis Lihat Kondisi Anak di Jambi Kena Sindrom Langka Kulit Mengelupas |
![]() |
---|
Anak di Jambi Kena Sindrom Langka, Kulit Raffi Lepas Jika Tidur di Kasur, Terpaksa Alas Daun Pisang |
![]() |
---|
Aturan Penemuan Benda Purbakala dan Cagar Budaya di Jambi, Isi UU Nomor 11 Tahun 2010 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.