Berita Internasional

Update Israel vs Iran, Ternyata Pesawat Tiongkok Tak Pernah Sampai ke Eropa Tapi Belok

Pesawat-pesawat kargo yang lepas landas dari China dilaporkan tidak pernah sampai ke tujuan resmi mereka di Eropa.

Editor: asto s
Dok. Kepala Staf Pertahanan Spanyol/Tangkapan layar X/@RT_com
ISRAEL VS IRAN - Pesawat kargo Boeing 747 lepas landas dari China, diduga bawa muatan rahasia ke Iran usai serangan Israel, Juni 2025 (kiri). Rudal Sejjil rudal balistik Sejjil saat dipamerkan, sebelum meluncur (kanan). 

TRIBUNJAMBI.COM, BEIJING - Perang Israel vs Iran masih berlanjut meski korban tewas sudah ratusan orang.

Kini, serangkaian penerbangan misterius dari China (Tiongkok) menuju kawasan sekitar Iran memicu kekhawatiran internasional, hanya sehari setelah Israel melancarkan serangan ke Iran pada Jumat (13/6/2025) lalu. 

Bantuan rahasia meluncur ke Iran.

Pesawat-pesawat kargo yang lepas landas dari China dilaporkan tidak pernah sampai ke tujuan resmi mereka di Eropa.

Ini menimbulkan dugaan kuat bahwa Beijing tengah mengirim bantuan rahasia ke Teheran.

Laporan The Telegraph, pesawat pertama terbang dari China pada Sabtu (14/6/2025).

Disusul penerbangan kedua dari kota pesisir pada Minggu (15/6/2025).

Satu lagi dari Shanghai pada Senin (16/6/2025). 

Ketiga pesawat mengikuti rute ke arah barat laut China, melintasi Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan, sebelum akhirnya menghilang dari radar saat mendekati wilayah udara Iran.

Yang lebih membingungkan, ketiga pesawat itu tercatat menuju Luksemburg, tetapi tidak pernah terpantau melintasi langit Eropa.

Kargo Diduga Berisi Dukungan Militer

Pakar penerbangan menyebut jenis pesawat yang digunakan adalah Boeing 747 kargo.

Umumnya, kargo jenis ini mengangkut peralatan militer atau pesanan kontrak pemerintah. 

Dugaan pun mencuat bahwa China mungkin mengirim dukungan militer tersembunyi kepada Iran di tengah konflik dengan Israel.

“Kargo ini menarik perhatian karena muncul harapan Iran akan mendapat bantuan dari China,” ujar Andrea Ghiselli, dosen Universitas Exeter dan peneliti hubungan China–Timur Tengah, dikutip dari The Telegraph, Selasa (17/6/2025).

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved