Tur Candi Muaro Jambi
Tur Candi Muaro Jambi Seri III, Stupa-stupa Candi Parit Duku
Beberapa candi jadi tujuan Tur Promosi KCBN Muarajambi hari kedua, Senin (19/5/2025). Di antaranya Candi Parit Duku, candi terbaru dengan stupa-stupa.
Penulis: Yoso Muliawan | Editor: Yoso Muliawan
TRIBUNJAMBI.COM, MUARO JAMBI - Hari pertama tuntas, Tur Promosi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi berlanjut ke hari kedua, Senin (19/5/2025).
Jika sebelumnya hanya ke dua candi, kini ada beberapa tujuan candi: Gedong, Gumpung, Astano, Tinggi, dan Kembar Batu. Termasuk candi terbaru, Parit Duku.
Matahari belum lagi tinggi ketika satu per satu peserta Tur Promosi KCBN Muarajambi mengendarai sepeda listrik.
Pepohonan menjadi batas kanan kiri jalan di kompleks percandian Muaro Jambi ini. Pohon pinang, pisang, jambu, bambu, cokelat, dan lainnya.
Kokok ayam, kicau burung, lengkingan tonggeret, bersahutan dengan bunyi klakson sepeda listrik. Ya, untuk meramaikan perjalanan, peserta kadang iseng memencet-mencet tombol klakson, setengah bergurau dan tertawa.
Sekitar 10 menit, rombongan tur tiba di shelter parkiran sepeda listrik. Ada papan informasi bertuliskan: Situs Gedong. Situs Candi Gedong terdiri dari Gedong I dan Gedong II.
Di papan informasi, posisi Candi Gedong berada di tengah, di antara empat candi. Bila memulainya dari Museum KCBN Muarajambi, maka urutannya: Candi Koto Mahligai, Kedaton, Gedong, Gumpung, dan Astano.
Masih di papan informasi, pada bagian peta, terdapat jalur berliku-liku menuju Candi Gedong I dan II dari titik peserta tur tiba. Namun, sebelum melintasi jalur itu, peserta akan menemui satu candi lain: Parit Duku.

Inilah tujuan pertama, candi terbaru yang rekonstruksi atau pemugarannya selesai 2024.
Candi Parit Duku berbeda dengan Candi Kedaton yang berlandskap hamparan luas rerumputan. Ia lebih dekat dengan Candi Koto Mahligai yang di sekelilingnya berupa hutan, dengan pohon-pohon menjulang di dalam kompleksnya.
Tak ada pagar yang mengeliling kompleks Candi Parit Duku seluas sekitar 80 x 80 meter persegi ini. Berbeda dengan Candi Kedaton dan Candi Koto Mahligai yang terdapat pagar dari susunan bata-bata di sekelilingnya.
Baca juga: Tur Candi Muaro Jambi Seri I, Candi Kedaton Tempatnya Ibadah dan Belajar
Sesuai nama, Candi Parit Duku menyimpan banyak pohon duku, selain pohon-pohon lain. Sebagian pohon duku masih rimbun, tapi beberapa lainnya kering meranggas.
Sementara kata “Parit” merujuk pada parit-parit atau kanal-kanal kecil yang mengelilingi kompleks candi. Kuat dugaan, dulunya kanal kecil menjadi jalur masuk dari Sungai Batanghari dan anak-anak sungai menuju kompleks percandian.
Saat ditemukan pada 2022, Candi Parit Duku hanya berupa gundukan-gundukan tanah alias menapo-menapo.
“Awalnya, kami mendapati enam gundukan atau menapo,” kata Sigit Ario Nugroho, pemandu tur dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) V Wilayah Jambi.
Setelah diekskavasi atau digali, dari enam gundukan atau menapo, diperoleh setidaknya 22 struktur bangunan candi berupa bata-bata merah. Kemudian, BPK V Wilayah Jambi memugarnya pada 2024.

Jurnalis Tribunjambi.com pernah menyambangi lokasi Candi Parit Duku pada 2024. Ketika itu, pagar seng mengelilingi dan menutup lokasi karena dalam proses pemugaran.
Antara satu struktur bangunan candi dan satu struktur lainnya terpisah. Ada yang relatif dekat, ada yang agak jauh.
Bata-bata berserakan di masing-masing lokasi candi. Pohon-pohon berdiri di sekitarnya, bahkan ada yang menjulang di atas gundukan atau menapo yang menyelimuti candi.
“Dalam proses pemugaran, kami menemukan dua struktur lagi, sehingga total ada 24 struktur bangunan candi di sini,” ujar Sigit.
“Namun, yang kami pugar tetap 22 struktur. Dua struktur baru tadi tidak kami pugar,” imbuhnya.
Kompleks Stupa
Candi Parit Duku tak seluas Candi Kedaton dan Koto Mahligai.
Candi ini sepertinya dulu bukan tempat untuk berkumpul, layaknya Candi Kedaton dan Koto Mahligai yang menjadi tempat belajar dan beribadah.
Baca juga: Tur Candi Muaro Jambi Seri II, Koto Mahligai: Pohon Sialang dan Akar Menembus Candi
Hasil penelitian menyimpulkan Candi Parit Duku merupakan kompleks stupa.
Pada masanya, stupa-stupa di sini berfungsi sebagai tempat penyimpanan relik atau abu kremasi dari bagian-bagian tubuh ataupun benda-benda peninggalan orang-orang yang telah mencapai kesucian.
Secara umum, stupa berupa susunan bata-bata yang membentuk menjadi kubah. Seperti berdiri di atas alas, wujud kubah mengerucut di bagian atasnya, sekilas mirip lonceng berukuran besar. Stupa macam ini ada di Candi Kedaton.
Versi lain menyebut stupa berbentuk mirip mangkuk terbalik, dengan kubah pipih dan tongkat di atasnya, seperti di Candi Borobudur.
Namun, stupa di Candi Parit Duku tak hanya kerucut. Ada beberapa varian bentuk stupa, seperti persegi panjang, segitiga, ada juga mirip bentuk ketupat.
Di setiap bangunan candi, terpasang papan bertuliskan nomor mulai dari 1 hingga 24. Penanda jumlah bangunan Candi Parit Duku sebanyak 24.
Dua di antaranya asli tanpa pemugaran. Hanya bata-bata berserak, sebagian tampak permukaannya, sebagian lain tertimbun tanah, dengan rumput tumbuh di atasnya.
Selebihnya, 22 bangunan candi yang telah mengalami pemugaran.

Sigit Ario Nugroho, pemandu tur, menunjukkan susunan bata-bata berbentuk stupa yang terdapat di candi induk atau bangunan candi paling besar. Stupa tersebut berada di atas bangunan candi yang juga tersusun dari bata-bata.
“Itu stupa induk, berada di tengah-tengah bangunan candi induk,” ucapnya.
Pada dua candi yang lebih kecil, tampak bata-bata tersusun melingkar ke atas membentuk stupa di atas bangunan candi. Di satu candi terdapat satu stupa, di satu candi lainnya ada dua stupa berdekatan.
“Bata-bata melingkar di atas struktur bangunan candi mengindikasikan bahwa dulunya ini adalah stupa,” kata Sigit.
Ada juga stupa-stupa yang seperti berkumpul di satu tempat dengan pagar bata di sekelilingnya. Setidaknya sembilan stupa berdekatan di antara hamparan rerumputan. Di bagian depannya, semacam teras, terdapat satu stupa agak besar.

Sementara pada dua struktur bangunan candi yang tidak mengalami pemugaran, strukturnya dipertahankan. Mulai dari pondasi hingga badan bangunan.
Sepemantauan saat tur, tak ada ukiran aksara pada stupa maupun bangunan candi di Candi Parit Duku.
Agar Seperti Aslinya
Pemugaran Candi Parit Duku berjalan seperti halnya di Candi Koto Mahligai. Pohon-pohon yang ada di sekitar maupun yang tumbuh di tanah di atas bangunan candi dibiarkan begitu saja.
Seperti pada dua bangunan candi berukuran sedang, terlihat sebuah pohon duku masih tegak di atasnya.
Pada satu bangunan candi lain yang lebih besar bahkan menjulang lima pohon sejenis pohon beringin. Akar dari satu pohon di antaranya menjalar cukup panjang di antara bangunan candi.

Rhis Eka Wibawa, pemandu tur lainnya dari BPK V Wilayah Jambi, menjelaskan bahwa kajian terhadap Candi Parit Duku melibatkan arkeolog-arkeolog. Tujuannya untuk mempertahankan agar seperti aslinya.
“Arkeolog-arkeolog itulah yang merekomendasikan pohon-pohon mana yang harus kami pertahankan, pohon-pohon mana yang harus kami tebang,” kata Rhis.
“Kami melibatkan tenaga-tenaga ahli, arkeolog-arkeolog, sehingga tidak menimbulkan kontroversi ke depannya.”
Saat pertama menemukan struktur bangunan candi, baik stupa-stupa maupun bangunan candi, tentu sudah tidak berbentuk. Hancur dan berserakan.
Dengan demikian, maka saat ini bentuk, rupa, wujud bangunan candi, stupa, ataupun bangunan lainnya mungkin tidak sama persis dengan aslinya.
Ia hanyalah berupa perkiraan, kemungkinan-kemungkinan, prediksi, meski telah melalui metode ilmiah dalam proses restorasi atau pemulihan struktur candi.
Baca juga: Pesan Perdamaian Dunia dari Candi Muaro Jambi, Puja Bakti Umat Budha saat Waisak 2569 BE/2025
Sigit Ario Nugroho menerangkan, saat pemugaran, tim melakukan susun coba terhadap material-material hasil temuan dengan merujuk pada data arkeologis.
Ia menyebut susun coba sebagai bagian dari anastilosis yang merupakan teknik pemugaran.
“Dalam proses anastilosis, kami berupaya tidak menghilangkan konteksnya bahwa temuan-temuan itu memang ada di sini,” ujar Sigit.
“Misalnya untuk stupa, kami memperkirakan, lalu kami menyusun struktur bata-batanya dengan melingkar-lingkar berdasarkan anatomi sebuah stupa,” sambungnya.
Kemudian untuk bangunan candi, tim merekonstruksi lapis per lapis bata yang telah teregistrasi.
“Strukturnya ‘kan sudah tidak utuh saat ditemukan. Tidak seperti di candi-candi lain yang saat ditemukan masih utuh. Jadi, kami merekonstruksi,” imbuh Sigit.

Material Bata dari Kanal
BPK V Wilayah Jambi memastikan bata-bata pada bangunan candi merupakan asli dari kawasan Muaro Jambi.
“Tidak mungkin dibawa dari luar, karena jumlahnya banyak sekali. Butuh berapa kapal,” kata Rhis Eka Wibawa.
Lalu dari mana bahan untuk membuat bata-bata tersebut?
Rhis bercerita bahwa antara satu kompleks candi dengan kompleks candi lain di kawasan percandian Muaro Jambi terhubung dengan jalur air. Baik anak sungai maupun parit-parit atau kanal-kanal.
Dari hasil analisis laboratorium, Rhis mengungkapkan kandungan mineral pada bata-bata merah hasil ekskavasi identik dengan kandungan mineral pada tanah di kanal-kanal.
“Bahan bata-bata ini hasil galian dari kanal-kanal. Tanah diambil dari kanal-kanal, lalu dibuat menjadi bata-bata,” ujarnya.

Bata-bata dibikin dengan ukuran bervariasi. Panjang antara 24-30 cm, lebar 11-16 cm, dan tinggi 5-8 cm.
“Sepertinya dulu tidak ada cetakan khusus. Bikinnya manual,” ucap Rhis. “Tapi, dari hasil kajian dan percobaan, kami uji dengan bata-bata sekarang, secara kualitas bata-bata di sini lebih baik dari bata-bata buatan sekarang.”
Rhis membenarkan bata merah di kompleks Candi Muaro Jambi berbeda dengan di kompleks candi di Pulau Jawa yang berwarna hitam karena terpengaruh gunung vulkanik. Soal lokasi pembuatan bata-bata merah alias tobong bata tersebut, pihaknya hingga kini belum mengetahui persis. (Yoso Muliawan)
Candi Muaro Jambi
Candi Parit Duku
Candi Kedaton
Candi Koto Mahligai
Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi
BPK V Wilayah Jambi
Tribunjambi.com
Tur Candi Muaro Jambi Seri VI, Kearifan Lokal dari Kuliner dan Seni Tradisional |
![]() |
---|
Tur Candi Muaro Jambi Seri V, Arca Prajna Paramita Tanpa Kepala |
![]() |
---|
Tur Candi Muaro Jambi Seri IV: Cetiyaghara, Koin Cina, dan Arca-arca |
![]() |
---|
Tur Candi Muaro Jambi Seri II, Koto Mahligai: Pohon Sialang dan Akar Menembus Candi |
![]() |
---|
Tur Candi Muaro Jambi Seri I, Candi Kedaton Tempatnya Ibadah dan Belajar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.