Pak Ogah, Parkir Liar hingga Debt Coillector Jadi Modus Aksi Premanisme di Jakarta

TRIBUNJAMBI.COM- Ada bermacam-macam kedok aksi premanisme.

Mulai dari juru parkir liar, Pak Ogah, mata elang atau debt collector hingga organisasi masyarakat atau ormas dan karang taruna.

Beragam aksi premanisme ini dibongkar Polda Metro Jaya lewat Operasi Berantas Jaya 2025.

Operasi ini digelar selama 15 hari, terhitung sejak 9 hingga 23 Mei 2025.

Operasi ini bertujuan untuk menciptakan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang lebih kondusif.

"Tidak ada toleransi dan tidak ada pengecualian," kata Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Karyoto saat ditemui di Lapangan Silang Monas, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (9/5/2025).

Sepekan Operasi Berantas Jaya, Polda Metro Jaya dan jajaran  menangkap 1.197 orang dengan berbagai modus aksi premanisme.

Berikut modus aksi preman saat beraksi:

Baca juga: Rindu Istri, Anak dan Bosan Hidup di Hutan Jadi Alasan Komandan KKB Papua Pulang ke Pangkuan NKRI

Baca juga: KKB Papua Akui Tembak 2 Polisi di Puncak Jaya: Balasan Bumiwalo Enumbi Tewas Ditembak Militer

Pak Ogah

Salah satu kedok aksi premanisme adalah Pak Ogah. 

Secara ilegal, ia mengatur lalu lintas di jalanan dengan meminta imbalan dari pengendara.

Sebanyak tujuh preman berkedok Pak Ogah ini ditangkap di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, karena terlibat kasus pungutan liar (pungli) kepada pengendara yang melintas.

"Pungutan liar ini yang biasa kita lihat di sepanjang Jalan Yos Sudarso hingga Marunda," kata Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok AKP I Gusti Ngurah Putu Krishna Narayana.

Anak Asmoro

Modus aksi premanisme berkedok Anak Asmoro. Mereka memeras sopir truk dengan dalih jasa pengawalan.