Polemik di Papua
Kok Bisa Lenis Kogoya Jadi DPO KKB Papua, Tangan Kanan Prabowo Ini Punya Masa Lalu Mencengangkan
Lenis Kogoya, tokoh adat, eks Staf Khusus Presiden, dan kini Stafsus Menteri Pertahanan RI Bidang Kedaulatan NKRI masuk DPO atau Buronan KKB Papua.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Kok Bisa Lenis Kogoya Jadi Buronan KKB Papua? Ternyata Punya Masa Lalu Mencengangkan
TRIBUNJAMBI.COM - Siapa sangka, seorang pejabat negara yang mengenakan seragam Tituler Letnan Kolonel dan duduk di lingkaran dalam Kementerian Pertahanan, justru tengah diburu oleh Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua atau KKB Papua di tanah kelahirannya sendiri.
Namanya Lenis Kogoya, tokoh adat, eks Staf Khusus Presiden, dan kini Stafsus Menteri Pertahanan RI Bidang Kedaulatan NKRI.
Dia yang merupakan mantan Stafsus era Presiden Jokowi kini menjadi Stafsus era Presiden Prabowo Subianto.
Lenis Kogoya diminta membantu tangan kanan alias Menteri Pertahanan.
Dia mengeluarkan pernyataan mengejutkan yang disampaikan di Gedung Kemenhan, Kamis (8/5/2025).
Lenis Kogoya mengungkapkan dirinya masih menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) atau buronan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua atau KKB Papua.
Kelompok ini juga dikenal sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Sebuah posisi ironis, sekaligus mencerminkan betapa kompleks dan berlapis dinamika Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Diburu di Tanah Kelahiran, Berdinas di Kemenhan
"Saya tidak pernah takut, kecuali kepada Tuhan Yesus. Manusia saya tidak takut," tegas Lenis, memperlihatkan sikap tanpa gentar meski nyawanya menjadi incaran.
Baca juga: Sosok Lenis Kogoya, Eks Stafsus Jokowi Jadi Stafsus Menhan Buronan KKB Papua: Pangkat Letkol Tituler
Baca juga: "Jangan Bunuh Sembarangan, Mereka Hanya Cari Makan" Lenis Kogoya Desak KKB Papua Hentikan Kekerasan
“Saya sudah siap mati demi kepentingan rakyat Papua dan demi NKRI.”
Pernyataan ini bukan retorika kosong.
Lenis adalah figur langka dari pedalaman Papua yang menembus batas istana negara.
Ia lahir di Pitewi, Arso Timur, Keerom, Papua, pada 5 Juli 1977, dari garis keturunan kepala suku Dani yang bergelar Gin Iyaglo, seorang Panglima Perang di Pegunungan Tengah.
Darah perlawanan dan diplomasi seakan mengalir dalam nadinya.
Jalan Terjal ke Lingkaran Kekuasaan
Lenis menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan, lalu merantau ke Jawa untuk melanjutkan studi sarjana di STBI Semarang.
Gelar magister diraihnya dari Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, sebelum akhirnya menyelesaikan doktoral di STT Periago.
Selama kuliah di Semarang antara tahun 2002-2006, ia bersentuhan langsung dengan sosok Joko Widodo yang saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.
Pertemuan itulah yang menjadi benih hubungan panjang hingga akhirnya Lenis dipercaya menjadi Staf Khusus Presiden Jokowi pada tahun 2015.
Di mata banyak orang Papua, posisi tersebut menjadi sejarah.
Lenis tidak hanya menjadi representasi simbolik, tapi juga aktif menyuarakan aspirasi Papua langsung ke pusat kekuasaan.
Baca juga: "Kontrol Internal Lapas Sudah Sangat Lemah" Sorot Anggota DPR Fraksi PKS Soal 3 Napi KKB Papua Kabur
Ia dikenal vokal dalam berbagai isu, mulai dari penarikan pasukan TNI/Polri dari Nduga, hingga aksi damai pasca kerusuhan rasial di Surabaya dan Malang.
Tak jarang, sikapnya yang frontal membuatnya bersinggungan dengan tokoh penting nasional, seperti Menko Polhukam saat itu, Wiranto.
Ditunjuk sebagai Letkol Tituler oleh Bais TNI
Perjalanan karier Lenis menanjak dengan penyematan pangkat Letnan Kolonel Tituler oleh Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI di Mabes TNI, Cilangkap pada 11 Juli 2024.
Beberapa bulan setelahnya, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin secara resmi melantiknya sebagai Staf Khusus Menhan RI.
Pengangkatan ini mempertegas posisi strategis Lenis dalam menjaga kedaulatan nasional, khususnya di wilayah yang masih menjadi titik rawan disintegrasi.
Namun di balik seragam kehormatan itu, ada ancaman yang terus mengintai dari kelompok di pegunungan, kelompok yang justru berasal dari tanah yang sama dengan darah yang mengalir di tubuhnya.
Buronan di Mata KKB, Pahlawan di Mata NKRI
Mengapa KKB Papua memasukkan Lenis ke dalam DPO?
Jawabannya mungkin terletak pada kesetiaan Lenis terhadap Indonesia.
Ia adalah tokoh adat yang memilih berdiri tegak bersama NKRI, bukan dengan kelompok separatis.
Di mata OPM, hal ini dianggap sebagai bentuk "pengkhianatan".
Namun di mata negara, Lenis adalah sosok jembatan antara pusat dan daerah, antara adat dan konstitusi.
Lenis juga tidak menutup kemungkinan untuk membawa Presiden Jokowi kembali ke Papua dalam waktu dekat guna berdialog langsung dengan masyarakat.
Ia percaya, dialog adalah jalan paling bermartabat bagi Papua untuk menyampaikan suara.
"Masalah saya di DPO, masalah saya dibunuh, tidak usah pikirkan itu. Saya itu sudah siap mati demi rakyat Tanah Papua dan demi NKRI," ucapnya lugas.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Prediksi Skor dan Statistik PSV vs Heracles di Eredivisie, Kamis 15/5/2025 Dini Hari
Baca juga: 131 CASN Tebo Jambi Akan Terima SK Bulan Juni, PPPK Masih Tunggu Nomor Induk
Baca juga: REAKSI Dedi Mulyadi Saat Rafathar Minta Nagita Slavina Dikirim ke Barak Militer, Main HP Ogah Mandi
Baca juga: Gentala Arasy Ditabrak Lagi, DPRD Minta Pemprov Jambi Stop Angkutan Batubara Jalur Sungai
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.