Dosen UIN Makassar Cetak Uang Palsu Untuk Maju Pilkada 2024, Proposal ke Partai Jadi BB 

Dosen UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim, menjadi dalang pencetakan uang palsu senilai Rp 2 miliar ternyata untuk maju Pilkada 2024.

Editor: Suci Rahayu PK
TribunTimur.com / Muslimin Emba
Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat konferensi pers di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Kamis (19/12/2024) siang. 

TRIBUNJAMBI.COM, Makassar - Dosen UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim, menjadi dalang pencetakan uang palsu senilai Rp 2 miliar ternyata untuk maju Pilkada 2024.

Fakta tersebut terungkap setelah polisi menemukan proposal pengajuan Andi Ibrahim ke sejumlah partai politik di Gowa.

Diketahui, Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Polres Gowa menggelar konferensi pers soal pengungkapan kasus terbongkarnya pabrik uang palsu Sulsel.

 Konfrensi pers berlangsung di Polres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024).

Dosen UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim berencana menggunakan uang palsu yang dicetak di lingkungan kampus untuk maju dalam Pilkada Serentak 2024.

Andi Ibrahim berniat maju menjadi calon Bupati Barru.

Rencana tersebut seiring ditemukannya bukti proposal yang ditunjukkan polisi saat menggelar jumpa pers di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024) siang.

Proposal itu bergambar Andi Ibrahim mengenakan jas tutup dan songkok recca.

"Jadi tersangka (Andi Ibrahim) mengajukan proposal pendanaan Pilkada di Barru tapi Alhamdulillah tidak jadi," ungkap Yudhiawan.

Baca juga: Akmaluddin vs PDI Perjuangan, Gugatan Akmal Diterima, Ini Putusan Lengkap yang Dikeluarkan PN Jambi

Baca juga: Kimberly Ryder Akui Banyak yang DM Usai Bercerai: Bisa Ga Jadi Bapak Sambung Anak-anak

Namun, niat tersebut batal dilakukan karena tidak ada partai politik yang mengusungnya menjadi calon kepala daerah dalam Pilkada Serentak 2024.

Dalam kasus pabrik uang palsu itu, Andi Ibrahim berperan cukup penting.

Sebab, kata Yudhi, produksi uang palsu ini awalnya beroperasi di rumah ASS di Jalan Sunu 3, Kota Makassar.

Namun, karena membutuhkan mesin berukuran besar, akhirnya diadakan mesin cetak dengan berat 2-3 ton asal China dimasukkan ke Makassar lewat Surabaya.

Yudhiawan mengatakan kasus ini terungkap berawal dari adanya laporan masyarakat ke Polsek Pallangga.

Masyarakat tersebut, mendapati adanya peredaran uang palsu di wilayah Lambengi, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved