WAWANCARA EKSKLUSIF

Menggagas Potensi Nanas Tangkit, Program Unggulan Diskoperindag Muaro Jambi di Sektor UMKM

Adanya industrialisasi ini niatnya agar UMKM naik kelas. Artinya kita menciptakan peluang-peluang baru nih menciptakan ekonomi b

|
Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Duanto AS
TRIBUN JAMBI
Pemimpin Redaksi Tribun Jambi, Yoso Muliawan (kiri), dan Kepala Diskoperindag Kabupaten Muaro Jambi, Riduwan, saat podcast soal UMKM. (TRIBUN JAMBI) 

Kepala Diskoperindag: kebetulan ada di Muaro Jambi. Kemarin saya hadir di acara Hari UMKM Nasional di Palembang. Ternyata migas di sana itu membina beberapa UMKM dari Muaro Jambi juga.

Nanti kita akan melakukan koordinasi juga dengan perusahaan di sini. Hal-hal seperti ini akan menjadi contoh. 
Kebetulan, kita punya forum CSR yang mana kita akan coba mendiskusikan, bukan hanya bantuan tetapi bentuk CSR yang mampu menopang beberapa produk UMKM supaya lebih naik kelas.

Kalau nanas, kita itu ada sekitar 1.000 hektare luasan lahan nanas kita. Nah di situ kan dahulu rawa, ditanami nanas malah menjadi hanparan nanas Tangkit Baru yang luar biasa.

Orang mengenal selama ini nanas madu. Tetapi nanas Tangkit ini kualitasnya sudah luar biasa dari nanas madu ini.

Nah, kebun nanas ini kan juga menjadi tempat wisata. Bisa makan nanas, bisa konsumsi beberapa produk UMKM yang sudah ada kurang lebih 16 produk turunan tanpa adanya musiman.

Lalu bagaimana kelanjutannya?

Kepala Diskoperindag: Kita bersama Litbang Provinsi Jambi dan ada bagian hukum di sini, kelompok pertanian mengajukan indikasi geografis (IG) yang merupakan hak patennya dari Kemenkumham yang melalui tim penilai dan butuh beberapa tahun melewati prosesnya. Paragraf barulah pada tahun 2023 kemarin IG tersebut keluar ditetapkan oleh kementerian.

Dulu selama ini di sana itu Rp5.000 sampai Rp10.000 kalau sudah masuk kan ada yang dijual ke Jakarta itu bisa Rp40 ribu-Rp50 ribu satu buah nanasnya.

Itu baru dalam bentuk buahnya. Nah, kita bagaimana mengembangkan lagi ekstraknya tadi.

Kalau seratnya bagaimana itu, Pak Kadis?

Kepala Diskoperindag: Kalau bahas seratnya dulu itu dari daun nanas yang merupakan limbah. Begitu diambil buahnya, daunnya kan harus dibuang itu selama ini terbuang begitu saja. 

Jadi dengan seratnya itu dijadikan benang menggunakan teknologi, kemudian dikirim ke daerah Jawa benangnya ini. 

Kita sudah ada teknologinya untuk menghasilkan benang. Kita kita buat bertahap, mudah-mudahan di tahun-tahun berikutnya bisa menghasilkan kain.

Tujuannya mau ke negara mana kirimnya kalau ke luar negeri?

Kepala Diskoperindag: Sudah seharusnya kita bukan hanya pameran-pameran tetapi juga menjalin kerjasama dengan negara-negara tetangga. 

Kita rangkul sumber kita yang banyak ini mulai dari bahan baku setengah jadi, ataupun sudah jadi, ataupun bahan mentah ini yang perlu kita jalin kerja sama. 

Sehingga mereka-mereka yang datang-datang saja bukan hanya calo-calo lagi. Tetapi benar-benar pihak yang sudah bekerjasama.

(rara khushshoh azzahro)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved