Berita Jambi

Aliya, Bocah Suku Anak Dalam Sarolangun Viral karena Perut Membesar Meninggal Dunia

Aliya, seorang anak dari Suku Anak Dalam (SAD) yang sempat viral beberapa bulan lalu karena kondisi medis yang menyebabkan perutnya membesar, dilapork

ist
Video di sosial media seorang anak Suku Anak Dalam atau SAD mengalami penyakit cukup langka hingga perutnya membesar. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Aliya, seorang anak dari Suku Anak Dalam (SAD) yang sempat viral beberapa bulan lalu karena kondisi medis yang menyebabkan perutnya membesar, dilaporkan telah meninggal dunia. 

Informasi ini dikonfirmasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jambi pada Kamis (5/12/2024).

Pelaksana Harian (Plh) Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Dewi, menyampaikan bahwa Aliya meninggal dunia pada 8 November 2024 dan telah dimakamkan di pemakaman di Jalur 2 Bernai, Sarolangun.

"Kami turut berduka atas wafatnya Aliya. Semoga kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang," ujarnya.

Aliya adalah putri dari Husin, seorang anggota Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi

Setelah kepergiannya, Husin dan keluarganya mengikuti tradisi melangun, sebuah tradisi khas SAD, dengan berpindah ke Desa Pulau Lintang, Sarolangun.

Melangun merupakan tradisi SAD yang dilakukan sebagai bentuk pelarian dari kesedihan mendalam akibat kehilangan anggota keluarga. 

Di masa lalu, tradisi ini dilakukan dengan berpindah ke tempat yang jauh selama bertahun-tahun. 

Namun, kini melangun umumnya hanya dilakukan oleh keluarga inti dalam durasi yang lebih singkat.

Dinas Kesehatan Provinsi Jambi menyebut Aliya kemungkinan besar meninggal akibat sirosis, penyakit kronis yang menyebabkan kerusakan hati. 

Sirosis ditandai dengan jaringan parut pada hati yang menyebabkan gagal fungsi organ tersebut. 

Penyebab umum sirosis adalah hepatitis atau penyalahgunaan alkohol kronis, meskipun dalam kasus Aliya, penyebab pastinya belum dipastikan.

Gejala awal sirosis meliputi kelelahan, kelemahan, dan penurunan berat badan. 

Pada tahap lanjut, pasien dapat mengalami penyakit kuning, pembengkakan perut, pendarahan gastrointestinal, hingga kebingungan. 

Penanganan penyakit ini fokus pada menghambat kerusakan lebih lanjut, dengan transplantasi hati menjadi opsi untuk kasus berat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved