Tolak Transmigrasi di Papua

Polisi Tembakkan Gas Air Mata Bubarkan Demo Hari Ini Tolak Program Transmigrasi di Papua

demo hari ini yang menolak program transmigrasi yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto terjadi ketegangan antara massa dan polisi.

Editor: Darwin Sijabat
Tribun Papua
Gelaran demo hari ini yang menolak program Transmigrasi yang digaungkan Presiden Prabowo Subianto terjadi ketegangan antara massa dan polisi. 

Mungguar Pahabol selaku koordinator lapangan (korlap) aksi di Perumnas III Waena mengatakan Transmigrasi merupakan ancaman serius bagi keberadaan orang asli Papua (OAP). 

"Program Transmigrasi ini adalah ancaman serius bagi orang asli Papua, maka program ini harus ditolak,"ujarnya.

Pihaknya pun meminta agar rakyat Papua tidak memberikan tanah atau menjualnya.
 
"Orang asli Papua jangan pernah jual tanah atau memberikan secara gratis. Kalau tanah habis mau hidup di mana?"tanyanya. 

Baca juga: Tenaga Medis Demo Ketimpangan Formasi PPPK, Ini Kata Direktur RSUD Ahmad Ripin Muaro Jambi

Kata Mungguar, setiap keputusan yang diambil Jakarta tidak akan pernah melibatkan orang asli Papua.

"Setiap keputusan atau program yang diturunkan oleh pemerintah pusat,  tidak akan pernah ditanyakan ke orang Papua. Karena program atau keputusan yang diambil tidak dianggap penting bagi kita (orang asli Papua),"akunya.

"Sekali lagi program Transmigrasi yang dibesut Presiden Indonesia Prabowo Subianto adalah Ilegal. Ini adalah paksaan sehingga kami minta program Transmigrasi ini harus dievaluasi kembali,"tandasnya.

Bukan untuk Dijual

Ratusan warga Papua di Kota Jayapura, Jumat (15/11), turun ke jalan untuk menolak program Transmigrasi

Mereka khawatir program ini akan mengancam keberadaan dan identitas mereka sebagai orang asli Papua.

Massa aksi tergabung dalam Komite Nasional Papua Barat (KNPB) berdemosntrasi pada sejumlah titik.

Di Distrik Abepura, massa berkumpul di gapura Universitas Cenderawasih (Uncen) bawah.

Sementara di kawasan Distrik Heram, massa KNPB beraksi mulai Expo Waena, Perumnas I Waena, dan Perumnas III Waena.

Sebagian di antara mereka mengenakan koteka.

Koordinator aski di Perumnas II Waena, Mungguar Pahabol khawatir masyarakat adat atau orang asli Papua terancam kehilangan tanah, seiring meluasnya program Transmigrasi oleh Pemerintah Pusat di daerah.

Pahabol juga menyerukan akan masyarakat Papua tidak mudah menjual lahan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved