Benarkah Mpox Efek Samping Vaksin Covid-19? Ini Kata Kemenkes Soal Cacar Monyet atau Monkeypox

Beredar narasi yang menyebut jika  cacar monyet atau monkeypox atau mpox merupakan efek samping dari vaksin Covid-19.

Editor: Suci Rahayu PK
Sumber: CDC via AP
Ilustrasi. Cacar monyet atau monkeypox semakin mengancam dunia dan kini Kemenkes kembali mengingatkan, betapa pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit tersebut agar tidak menyebar di Indonesia. 

Mpox atau cacar monyet atau monkeypox

TRIBUNJAMBI.COM - Beredar narasi yang menyebut jika  cacar monyet atau monkeypox atau mpox merupakan efek samping dari vaksin Covid-19.

Narasi itu juga menyebutkan jika mpox terjadi akibat dampak hancurnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan vaksin Covid-19.

Menanggapi narasi tersebut, juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan, penyakit mpox bukan efek samping vaksin Covid-19.

Syahril menegaskan, mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.

Mpox telah muncul jauh sebelum kemunculan SARS-CoV-2, penyebab Covid-19 dan vaksin Covid-19.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus mpox pada manusia pertama kali dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada 1970.

Baca juga: Sosok Faisal Basri, Ekonom Senior dan Politikus yang Meninggal Dunia Kamis Pagi

Baca juga: Pilbup Batanghari Dipastikan Fadhil Arief-Bakhtiar vs Kotak Kosong, Bagaimana Skenarionya?

“Mpox dan Covid-19 ini dua penyakit yang berbeda. Sebelum Covid-19 ada, mpox sudah ada. Mpox dilaporkan ada sejak tahun 1970 dan endemis di Afrika barat dan tengah seperti di Afrika Selatan, Pantai Gading, Kongo, Nigeria, dan Uganda,” jelas Syahril, seperti dilansir laman Sehat Negeriku Kemenkes, Senin (2/9/2024).

“Di sana (mpox) ada terus, tetapi tidak sporadis. Kemudian, WHO menyatakan status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) untuk mpox pada 23 Juli 2022. Indonesia pun ada satu kasus konfirmasi waktu itu, lalu tahun 2023 berlanjut dan 11 Mei dicabut status kedaruratannya oleh WHO,” tutur Syahril.

Pada 14 Agustus 2024, WHO kembali menyatakan Mpox sebagai PHEIC menyusul peningkatan kasus di Afrika Tengah dan Afrika Barat, terutama di Republik Demokratik Kongo dan sejumlah negara di Afrika.

Selanjutnya, kasus Mpox juga dilaporkan negara-negara lain di luar Afrika.

Karena mpox sudah ada sebelum pandemi Covid-19, Syahril menegaskan penyakit tersebut tidak ada kaitannya dengan efek samping vaksin Covid-19.

“Jadi, penyakit mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin Covid-19. Itu tidak ada hubungannya,” ujarnya.

Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mpox (MPXV), spesies dari genus Orthopoxvirus. 

Ada dua clade virus MPXV, yaitu Clade I (dengan subclade Ia dan Ib) dan Clade II (dengan subclade IIa dan IIb).

Baca juga: Diduga Puntung Rokok Penyebab Kebakaran di Pool IMI Simp Rimbo Kota Jambi Kemarin Sore

Baca juga: Pool IMI Jambi Terbakar, Diduga Akibat Puntung Rokok

Clade Ia dan Ib memiliki manifestasi klinis yang lebih berat bila dibandingkan dengan Clade II. Pada periode 2022–2023, wabah mpox global disebabkan oleh strain Clade IIb.

Saat ini, peningkatan kasus di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara lain disebabkan oleh Clade Ia dan Ib.

Cara Penularan Mpox

Syahril mengingatkan, penularan virus mpox antar-manusia dapat terjadi melalui kontak langsung.

Berdasarkan laporan kasus konfirmasi mpox global, sebagian besar dialami oleh LSL atau Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki. 

Kendati demikian, kasus konfirmasi mpox juga dapat dialami kelompok masyarakat di luar LSL.

Bahkan, anak-anak dapat terpapar mpox jika mereka memiliki kontak erat dengan seseorang yang terinfeksi virus mpox.

“Mpox ini penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung. Kontak langsung dapat berupa berjabat tangan, bergandengan, termasuk kontak seksual. Dalam laporan kasus mpox di negara-negara di dunia, memang banyak terjadi pada laki-laki, hampir 96 persen laki-laki dan 60 persennya LSL,” terang Syahril.

“Tetapi, ada juga yang kena di luar kelompok tersebut sehingga orang lain ikut tertular. Mpox bisa menyerang seluruh orang, termasuk anak-anak kalau dia tinggal bersama orang tua atau asisten rumah tangganya yang positif virus mpox. Tertular virusnya bisa dari sprei, sarung bantal, handuk dan sebagainya.”

 


Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

Baca juga: Sosok Faisal Basri, Ekonom Senior dan Politikus yang Meninggal Dunia Kamis Pagi

Baca juga: Jay Idzes Kapten Timnas Indonesia vs Arab Saudi, Berikut Prediksi Susunan Pemain Garuda

Baca juga: Diduga Puntung Rokok Penyebab Kebakaran di Pool IMI Simp Rimbo Kota Jambi Kemarin Sore

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved