WAWANCARA EKSKLUSIF

Jakarta Nggak Perlu Janji-janji Bohong, Bincang Bareng Cawagub DKI Jakarta, Rano Karno

Rano Karno tak pernah menyangka akan ditunjuk menjadi calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendampingi

Editor: Tommy Kurniawan
ist
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno berpose usai melakukan sesi wawancara khusus dengan Tribun Network di kawasan Cinere, Jakarta Selatan, Senin (2/9/2024). Pada kesempatan tersebut Bang Doel sapaan akrab Rano Karno siap membangun Jakarta berkesinambungan bukan terpisah dengan pembangunan sebelumnya jika terpilih nanti bersama Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung. Tribunnews/Jeprima 

Problematik banjir ada di mana? Ada di bawah misalnya. Ini dulu skala prioritas. Ya misalnya tiba-tiba Istana banjir kan aneh. Berarti kan ada sesuatu yang salah. Bukan berarti ada sesuatu yang salah. Bukan berarti Istana nggak boleh banjir, kalau memang hujannya besar dan nggak bisa nampung, mau nggak mau kan?

Ya, waktu zaman Pak SBY kan terpaksa dibuka?

Betul, tapi kan artinya itu bisa terdeteksi. Ini pakar-pakar alam, oseanografi, segala macam. Sekarang Jakarta Utara sana sudah mulai penurunan 10 cm. Makanya ada wacana The Great Water Wall (Giant Sea Wall).

Tapi itu adalah program nasional, bukan program Jakarta. Jakarta mikirin betulin got aja deh. Drainase. Salah satu, maaf, yang saya tahu pengertian dari jauh, karena saya belum masuk, semua drainase di Jakarta ini semua drainase lama. Bahkan mungkin pernah denger, digali lah jalan di Kota Tua sana, masih ada trem di bawahnya. Itu realita kan? Berarti kan  harus kita ubah semuanya.

Drainasenya kecil-kecil. Kalau kita ke Prancis, buset, truck aja bisa masuk. Bisa bikin film di dalem got gede begitu. Sampai begitu. Artinya apa? Perencanaan itu mesti panjang. Nggak bisa begini. Di saat ini pembangunan, pasti harus ada yang dikorbankan. Orang bilang pembongkaran, penggusuran. Pasti. Kalau nggak begitu, saya nggak mau. Masa' sih mau begini terus? Saya minta maaf 63 tahun saya gede di Jakarta.

Saya lahir tahun 60, sebujek-bujek banget Betawi bilang, saya gede di sini. Paham saya walaupun saya nggak tahu. Paham itu melihat dari luar, tahu itu kalau udah masuk ke dalam. Baru kita tahu apa sih masalahnya. Kita lihat kemarin Manggarai kebakaran.

Bagaimana nggak mau kebakaran kalau jalanan rumah cuma 1 meter? Bagaimana pemadam mau masuk? Bagakmana mobil mau evakuasi? Bagaimana sumber air nggak ada? Pertanyaannya apa mau begini melulu? Saya nggak mau. Mau populer mau nggak, saya harus kerjain sesuatu.

Bang Dul, orang ingin tahu konsepnya Bang Dul soal Persija dan The Jakmania. Persija. Calon lain sudah janjiin, kalau nanti menang Persija mau main di lapangan nggak bayar. Gratis pakai JIS. Abang bagaimana?

Inti pertama saya selalu jawab, saya ingin sekali olahraga adalah sport. Ukuran pertama sportivitas. Artinya saya tidak ingin ada benturan antara Jakmania dengan Bobotoh. Biarkan saja dia menjadi olahraga.

Persaingan pasti ada. Nggak mungkin olahraga tidak ada menang tidak ada kalah, seri ada. Tapi kalau seri berarti kita kalah.

Artinya, saya ditanya, Bang bagaimana kalau Abang jadi JIS gratis? Nggak mungkin. Mana mungkin JIS bisa gratis? Ya kalau gratis operasionalnya bagaimana? Bayar listrik bagaimana? Rumput yang mau ngurus siapa?

APBD?

Nggak sanggup. APBD itu kalau dihitung mungkin, maaf saya denger, saya baru denger, sewa JIS katanya Rp1 miliar. Kompetisi cuma ada 25 kali. Kalau dihitung Rp1 miliar kali 25 cuma Rp25 miliar setahun. Apa mungkin JIS bisa? Nggak keburu kan?
Artinya harus ada cara lain. Maaf kalau saya ditanya, makanya yang saya tahu, misalnya kita lihat Liga Inggris. Kalau kamu ambil paket ini harganya sekian, kalau kamu ambil cuma setengah kompetisi harganya sekian. Pemda bisa memberikan keringanan. Apa? Pajak misalnya. Bisa. Sewa bisa nggak dikurangi? Bisa. Tapi digratisin nggak mungkin.

Artinya nggak usah janji yang nggak bisa dijalani?

Nggak perlu lah, malah saya ingin Jak Mania itu lebih effortnya daripada hanya sekadar penggemar sepak bola. Bayangin Allianz (Arena) di Jerman. Stadion, di situ ada bisnis area, semua konten UMKM-nya Jerman, sekarang bisa anak-anak Jakmania mensupply. Kita punya store segala macem. Bisa. 

Itu yang paling realistis?

Realistis. Udahlah Jakarta ini nggak perlu janji-janji bohong. Nggak salah kalau nyoblos kite deh. Hahaha. (tribun network/git/dod).

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved