WAWANCARA EKSKLUSIF
Paus Minta Tak Dijemput Pakai Alphard, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, Seri II
Nasaruddin mengaku sudah cukup mengenal sosok Paus Fransiskus yang kehidupannya sangat sederhana. Bahkan, Paus menolak untuk dijemput pakai Alphard
Apakah Prof menyiapkan cendera mata buat Paus Fransiskus. Biasanya kan suka tukar cendera mata kan?
Itu sebuah tradisi di Istiqlal. Cendera mata kita pun juga biasa yang menyimpulkan Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia. Menyiapkan wujud Masjid Istiqlal.
Karena cirinya beliau itu, saya tahu persis, ya, dia tidak ingin mewah-mewahan. Bahkan tidak mau juga menggunakan mobil mewah. Kalau tugas kami menjemput ke katedral, kami siapkan mobil apa yang dimau. Yang penting jangan mobil mewah.
Bahkan termasuk Alphard juga, tidak mau naik Alphard. Susah kan mencari. Jadi akhirnya adalah persepakatan kami dengan katedral, dengan Paspampres.
Kemudian juga banyak hal yang lebih teknis tentu saya tidak sampaikan di sini.
Prof, memang ada acara official. Kalau kemudian secara informal ngobrol dengan Paus itu, kira-kira apa yang Profesor mau sampaikan ke Beliau? Dalam konteks non formal. Jadi kalau misalkan ada jalan bareng atau apa gitu kan. Apa obrolan yang kira-kira pas disampaikan ke Beliau di luar acara rundown, acara resminya?
Ya, tentu bahasa yang bisa nyampung antara satu sama lain. Karena kita juga sebagai imam besar harus menghitung ini negara Indonesia, ini negara plural, ini negara yang berbhineka. Tentu tidak boleh berat sebelah menyuarakan sesuatu. Bagaimana sedapat mungkin setiap kata-kata, titik koma pun yang keluar dari mulut kami, itu semuanya serba terbukuh. Kebiasaan kami memang tidak banyak ngomong.
Apa pun yang kami lakukan di Istiqlal ini, saya tidak semuanya harus diekspose ke media. Bagi saya menyelesaikan semua program itu lebih baik tanpa harus dikenal oleh publik. Banyak sekali orang kaget, lo kok di Istiqlal? Banyak sekali prestasi ini.
Kami dapat empat award internasional. Itu adalah masjid yang paling, bukan masjid, rumah ibadah yang paling indah, paling efektif, paling efisien ada di Istiqlal tahun 2003. Dan ini adalah pertama kali rumah ibadah mendapatkan, ini penghargaan dari Bank Dunia di Washington.
Malah waktu saya ke Washington, kok kenapa? Sepi-sepi saja, di Amerika, di Amerika Latin, kalau menerima sertifikat itu, itu diarak. Karena bangga gitu, ya? Nah, kita kan sudah tiga bulan setelah itu, kalau diarak kan sudah bahas sih kan, ya, sudahlah, biar Tuhan yang tahu.
Jadi apa yang dinilai di Istiqlal ini? Pertama adalah terbersih, terefektif karena banyaknya jaringan-jaringan di sini sangat efektif soal media.
Kemudian efisien, karena 28 persen energi ini kita gunakan melalui solar system. Dan cara pengembalian solar system itu juga melalui wakat jamaat. Jadi tidak semuanya pemerintah.
Dan satu tetes pun di sini, dalam konsep kita itu kan, air wudhu itu kurang lebih 75 jutan liter per tahun. Nah, itu bisa, tidak ada satu tetes pun jatuh ke got. Masuk ke dalam sebuah tabung besar, kemudian di-recycle, bisa langsung diminum.
Dinas kesehatan membuktikan bahwa air ini kualitasnya lebih baik daripada air mineral yang dijual. Jadi kami tidak suarakan ke publik. Jadi kalau teman-teman keliling di sini, seperti Makkah kan, airnya gratis.
Jadi kalau ke Istiqlal, nggak usah bawa air, air yang ada di situ itu setara dengan air mineral yang dijual. Kemudian juga kita menggunakan lampu zenit efisien. Kita pakai AIG semuanya. Jadi efisiennya luar biasa.
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Rosdewi Ojol Jambi yang Akunnya Di-suspend karena Ribut vs Pelanggan |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Ayah Ragil Soal 2 Polisi yang Bunuh Anaknya di Polsek Kumpeh Muaro Jambi |
![]() |
---|
Misteri Kematian Pemuda di Sel Polsek Kumpeh Ilir Jambi, Ayah Korban: Saya Masih Bertanya |
![]() |
---|
Partisun, Jangan Cuma Asal Bapak Senang, Gubernur Al Haris Kelola Potensi Alam Jambi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.