WAWANCARA EKSKLUSIF

Kisah Ita Muswita di Jalur Gaza, Relawan MER-C, Seri I

Sejak minggu pertama Ramadan, Ita sudah bertugas di Gaza membantu persalinan di beberapa rumah sakit. Baginya, tidak ada rasa kekhawatiran apabila har

Editor: Duanto AS
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Relawan Medis yang pernah bertugas di Gaza, Ita Muswita (kiri), melakukan sesi wawancara dengan host Tribun Network, Geok Mengwan (kanan), di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (27/6). 

Jadi tiga kali pindah, ya, Ibu, ya?

Ya, tiga kali pindah. Astagfirullahaladzim.

Berarti posisinya itu bom pada malam hari atau siang hari, lalu bagaimana ceritanya sampai akhirnya pindah?

Waktu itu Jumat tuh, saya ingat banget, teman-teman pulang salat. Kan di situ ada masjid dekat. Jadi teman-teman masjid di sana.

Paling jam tigalah setelah selesai Salat Jumat. Kebetulan saya lagi telepon sama officer kami yang di Jakarta. Bunyi bom seumur-umur saya baru tahu. Bom yang paling teriak selama ini kan, selama di sana. Dengar rentetan senjata apa semua itu terdengar jelas. Cuma nggak ngeliat gitu loh. Nah ini di samping guest house kami kaca-kaca semuanya hancur.

Ibu posisi di mana saat bom itu, apakah di dalam ruangan atau di mana?

Posisi saya itu di kamar pas di bawah hoarding. Kan kalau hoarding itu ada besinya tuh. Besinya itu nimpa saya dan nimpa kepala teman. Itu lumayan-lumayan tiga hari gitu bengkak.

Itu hari Jumat. Kejadiannya kurang lebih jam tiga atau setengah empat agak lupa saya. Langsung saat itu juga kita berkemas. Teman-teman pindah. Kebetulan kita memang sudah survei.

Kita jadi gini. Kita kan cepet tuh harus membaca situasi. Kalau mulai situasi udah mulai memanas. Artinya kita dengar serangan darat itu sudah jelas sekali. Kita nggak tahu di mana. Tapi karena setiap ada serangan darat kami hanya di guest house.

Itu aturan yang diberikan. Kita nggak boleh keluar setelah itu kami langsung observer guest house yang lain. Kita cari daerah yang aman. Jadi ada teman-teman itu cari guest house yang aman. Kira-kira kita harus declare daerah itu harus clean banget nih.

Jadi otoritas Israel, otoritas yang berlaku itu harus clear bahwa ini tidak boleh dibom. Aturannya sih begitu. Kenyataannya nggak juga. Yang kejadian Musabeh itu ya seharusnya sudah clear.

Akhirnya malam itu juga, sore itu juga kami pindah. Lumayan lokasinya kurang lebih, nggak pake macet, ya. Satu jam. Karena kita kan harus kayak orang pindahan rumah. Karena yang kita takutkan biasanya serangan pertama diikutin serang berikutnya.

Jadi kalau misalkan ada perpindahan dari relawan-relawan gitu, Israel tidak mau tahu?

Nggak mau tahu. Ya, kalau ya memang mereka mau bombardir daerah itu, ya, dibombardir saja. Sama halnya rumah sakit, rumah sakit juga gitu kan. Padahal rumah sakit adalah zona yang harusnya bersih. Nggak juga, kenyataannya rumah sakit kena.

Tapi ibu setelah pertama kali mendengar bom, ada khawatiran gitu ingin pulang atau ketakutan gitu kan? Gimana?

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved