Berita Nasiona

Mahasiswa Ngamuk Saat Ditilang, Tendang Pembatas Jalan di Tengah Razia di Palembang

Aksi mahasiswa yang ngamuk saat ditilang dalam Operasi Patuh Musi 2025 di Seberang Ulu I, Palembang, Rabu (23/7/2025), viral di media sosial.

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
Tribunjambi/Wira Dani Damanik
RAZIA. Ilustrasi razia lalu lintas di Kabupaten Tebo beberapa waktu lalu. Aksi seorang mahasiswa yang ngamuk saat ditilang polisi dalam Operasi Patuh Musi 2025 di kawasan Seberang Ulu I, Palembang, Rabu (23/7/2025), mendadak viral di media sosial. 

TRIBUNJAMBI.COM - Aksi seorang mahasiswa yang ngamuk saat ditilang polisi dalam Operasi Patuh Musi 2025 di kawasan Seberang Ulu I, Palembang, Rabu (23/7/2025), mendadak viral di media sosial.

 Dalam video berdurasi singkat yang tersebar luas, mahasiswa tersebut terlihat melampiaskan emosinya dengan menendang water barrier yang ada di pinggir jalan, disaksikan sejumlah petugas gabungan dan pengguna jalan lain.

Kejadian bermula saat petugas gabungan dari kepolisian lalu lintas, Polisi Militer, dan sejumlah instansi terkait tengah menggelar razia rutin dalam rangka Operasi Patuh Musi 2025. Sasaran razia ini adalah pelanggar lalu lintas yang dinilai masih tinggi di wilayah Palembang, khususnya di kawasan Seberang Ulu, Jalan Jenderal Sudirman, dan Kertapati.

Mahasiswa yang belum diungkap identitasnya tersebut dihentikan petugas karena berkendara tanpa menggunakan helm. Setelah dilakukan pemeriksaan, petugas juga menemukan bahwa yang bersangkutan tidak membawa surat kendaraan seperti STNK dan SIM. Saat diberikan sanksi tilang, mahasiswa itu tampak tidak terima dan meluapkan kemarahannya di tengah jalan.

Dalam video, tampak seorang anggota Polisi Militer mencoba menenangkannya, namun sang mahasiswa justru menendang pembatas jalan berwarna oranye sebagai bentuk protes. Aksi itu sontak menarik perhatian warga sekitar dan pengendara lain yang melintas.

Kasat Lantas Polrestabes Palembang, AKBP Finan S Radipta, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa tindakan mahasiswa tersebut murni luapan emosi sesaat karena tidak terima ditilang. Meski begitu, Finan menegaskan bahwa penindakan tetap dilakukan secara tegas namun tetap mengedepankan pendekatan humanis.

“Itu sifatnya spontan. Yang bersangkutan mungkin kaget atau panik, sehingga bereaksi emosional. Tapi pelanggarannya jelas, tidak pakai helm dan tidak bawa surat kendaraan,” ujar Finan saat dikonfirmasi awak media.

Menurutnya, setelah dilakukan pendekatan secara persuasif oleh petugas, mahasiswa tersebut akhirnya bisa ditenangkan dan menerima sanksi dengan baik. “Setelah kita beri pengertian, dia menerima. Kami juga mencatat identitasnya, dan apabila nanti mengulangi pelanggaran, tentu akan diberikan sanksi yang lebih tegas,” tegas Finan.

Finan juga mengingatkan bahwa razia serupa akan terus digelar sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tertib berlalu lintas. Ia menambahkan, selama tujuh hari pelaksanaan Operasi Patuh Musi 2025, pihaknya telah menindak lebih dari 1.200 pelanggar di berbagai titik di Kota Palembang.

“Angka ini cukup tinggi dan menjadi bukti bahwa kesadaran masyarakat kita masih rendah. Banyak yang masih mengabaikan penggunaan helm, tidak membawa surat kendaraan, bahkan ada yang melawan arah,” katanya.

Terkait insiden mahasiswa ngamuk, Finan menyebut pihaknya memilih untuk tidak memberikan sanksi tambahan karena pertimbangan psikologis dan karena insiden tersebut tidak berujung kekerasan atau perusakan lebih lanjut. “Kami memahami itu reaksi spontan. Tapi ke depan, kami harap semua pihak, termasuk mahasiswa, bisa menjadi pelopor keselamatan di jalan raya,” ujarnya.

Ia juga menghimbau masyarakat agar tidak takut terhadap razia yang digelar petugas. Menurutnya, operasi bukan semata-mata untuk memberikan sanksi, tetapi demi keselamatan pengguna jalan itu sendiri.

"Jangan jadikan razia sebagai momok. Kami bertugas untuk memastikan semua pengendara aman dan selamat di jalan. Kalau lengkap dan tertib, tentu tidak akan kami tilang," pungkasnya.

Sementara itu, kejadian ini memicu perdebatan di media sosial. Sebagian netizen menyayangkan sikap emosional sang mahasiswa yang dinilai tidak mencerminkan sikap terdidik.

 Namun tak sedikit pula yang memberikan simpati dan menganggap razia semacam ini seringkali menimbulkan tekanan psikologis, terutama bagi mereka yang belum terbiasa menghadapi aparat secara langsung.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan lebih lanjut dari pihak kampus terkait identitas dan sikap mahasiswa tersebut.

Namun pihak kepolisian memastikan bahwa insiden itu sudah ditangani secara persuasif dan tidak berlanjut pada proses hukum lanjutan.

(Tribunjambi/Tribunsumsel)

Baca juga: NGAMUK Mantan Pacar hingga Hancurkan Pernikahan, Tak Terima 7 Tahun Pacaran Berakhir Sia-sia

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved