WAWANCARA EKSKLUSIF

Prabowo Tanda Tangan Rekomendasi Menit Kelima, Ahmad Ali, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Seri II

Ahmad Ali mengaku terkesan, sebab Prabowo Subianto justru memberikan rekomendasi kepada seseorang untuk maju pilgub kepadanya.

Editor: Duanto AS
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali (kiri), melakukan sesi wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra (kanan), di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (27/6). 

Nah, sehingga kemudian Pilkada 2024 ini harusnya kita lihat dalam konteks secara nasional, secara utuh. Bahwa siapa pun itu tidak lagi menarik sentimen pilpres yang lalu. Jadi tidak ada lagi kalah dan menang.

Dan itu dicerminkan oleh, hari ini sudah dipraktikkan oleh Koalisi Indonesia Maju, KIM. Contoh saya, saya pasti yang pertama yang diberikan rekomendasi adalah Gerindra. Padahal, semua orang tahu saya dari dedengkotnya AMIN.

Artinya, ada kebesaran jiwa, kebesaran hati yang dimiliki oleh teman-teman yang di Koalisi Indonesia Maju untuk melihat Indonesia secara utuh. Sehingga, menurut saya tidak konteksual lagi kita bicarakan itu.

Nah, kalau kita mau melihat Indonesia secara utuh ke depan, maka ayo, kita kontestasi ini mencari kader terbaik.

Jadi, siapa pun figur-figur terbaik yang di daerah, harusnya diberi peluang untuk itu. Dan Partai jangan kemudian tidak memberikan dukungan kepada satu orang, figur yang dimiliki oleh bangsa ini, hanya karena dia berbeda pilihan daripada Pilpres.

Artinya kalau seperti itu, nanti akan dirugikan bangsa ini. Artinya, kita mau setiap daerah akan berangkat bintang. Bintang yang memang nanti diuji oleh rakyat, apakah dia layak menjadi bintang. Dan dia diberi percaya oleh rakyat, tentunya dengan pikiran, gagasan, dan integritas. Karena di setiap daerah pasti memiliki tokoh-tokoh itu.

Bang, banyak orang berpendapat bahwa cerminan dari pilkada ini nanti juga akan membawa efek. Karena cara-cara yang dipakai di pilpres, konon juga akan dipakai di dalam Pilkada. Kebetulan, abang mendapatkan dukungan dari partai atau kelompok yang sekarang menang pemilu. Jadi aman dong abang, karena apa bisa menggunakan infrastruktur politik yang ada untuk kepentingan itu?

Sebenarnya gini, isu tentang hal-hal yang kemudian nanti membuat orang risau. Menggelembungkan kembali isu itu, mengulirkan kembali isu pilpres itu, itu adalah upaya teror menurut saya. Orang pada ketakutan, seakan-akan pilpres ini selesai dengan kekuasaan, interfesi kekuasaan, dan lain-lain.

Tapi karena Mahkamah Konstitusi kemarin sudah memutuskan, tidak terbukti terjadi interfensi kekuasaan itu.
Kalau kemudian itu ada kekhawatiran, maka itulah pentingnya kenapa kita tidak merawat kelompok dalam menghadapi pemilu Pilkada 2024 ini. Sehingga tidak terjadi kristalan kekuasaan.

Jadi kita tidak kemudian, sehingga kemudian ada kelompok yang merasa dipinggirkan, dan tidak dikehendaki.

Saya pikir itu hanyalah isu yang kemudian sengaja digelontorkan, digulirkan terus menurut orang-orang yang memang tidak memahami peta politik secara nasional. Saya pikir Pak Jokowi, partai penguasa hari ini, Pak Presiden, Pak Prabowo yang akan memulai pada bulan Oktober, juga ingin meninggalkan legasi dalam demokrasi kita. Tidak akan ada cawe-cawe menurut saya.

Contohlah, saya ini adalah dedengkotnya Amin. Di mana-mana saya menemani Anies.

Sayalah orang yang pertama kali menemani Anies berkeliling di seluruh Indonesia. Hampir setiap minggu saya muncul. Tapi hari ini saya didukung oleh Gerindra.

Terus, partaiku sendiri belum memberikan rekomendasi.

Nah artinya apa? Artinya bahwa itu tidak akan ada, saya pikir kontestasi pemilihan 2024 ini adalah kontestasi figur dan gagasan. Insyaallah kekuasaan tidak akan ikut. Gak cewe-cewe kayak dulu gitu ya? Gak cawe-cawe. Dulu pun saya tidak melihat itu.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved