WAWANCARA EKSKLUSIF
Blak-blakan Anak BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie Jadi Bakal Calon Gubernur Jawa Barat, Seri I
Berikut wawancara lengkap Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, dengan Ilham Habibie yang maju Pilgub Jawa Barat 2024.
Itu juga karena mereka nganggur ya. Nggak ada pekerjaan sehingga ya hal-hal kayak gitu terjadi gitu ya. Atau juga saya lihat itu depresi itu banyak ya.
Kalau kita ngukur itu di jabaran itu cukup banyak gitu ya. Jadi apa namanya banyak yang saya tidak katakan semuanya langsung hilang begitu itu terselesaikan atau lebih baik. Tapi itu akan sangat membantu.
Jadi itu nomor satu itu menurut saya. Selain dari itu juga perlu kita cocokkan ya. Yang kita lihat memang kadang itu juga ada ketidakcocokan di antara kurikulum atau juga alumni-alumni dari sektor pendidikan mau akademis atau vokasional yang masuk ke industri kadang itu tidak cocok.
Sehingga itu harus di-retraining gitu ya. Atau juga industri kadang juga tidak banyak komunikasi dengan sektor pendidikan agar supaya mereka lebih link and match. Itu juga harus kita baca, ya.
Itu memang satu tantangan nasional bukan saja di Jabar. Tapi karena Jabar punya industri yang banyak dan juga punya institusi pendidikan baiknya akademis maupun vokasional yang banyak dan bagus sekali. Itu yang menurut saya adalah satu hal yang, ya, menurut saya bisa kita garap.
Coba kita menyelesaikan secara provinsi dulu. Di mana mereka bicara sama-sama lainnya gitu kan.
Pak Ilham, ini apa yang disampaikan Pak Ilham itu penting tapi bisa jadi menjadi anomali. Karena sekarang ini badai PHK kan lagi gencar-gencarnya. Dan Bapak mengatakan satu program umumnya yang ditawarkan adalah menciptakan lapangan kerja. Pertanyaannya bagaimana, Pak?
Oke. Kalau kita menyadari saat ini PHK itu kan satu snapshot saat ini. Ke depannya tentu kita harus mengubah banyak hal yang kita juga tidak, jangan Bapak harap itu bisa sesudah dalam beberapa bulan. tu perlu waktu. Kita harus sabar sedikit ya. Tapi industri yang kita lihat saat ini memang dia lagi menderita.
Pertama, ada masalah terkait dengan dia punya bisnis model mungkin tidak cocok. Kedua dia punya strategi. Ketiga daya saingnya juga berkurang.
Kita di masa lampau itu, kalau kita lihat yang banyak PHK itu kan industri tekstil dan produk tekstil. Mengenalkan kepada kita menawarkan jasa kita karena biasanya bukan merk kita tapi kita menjual produk jadi kepada orang yang punya merk gitu ya. Tapi itu mereka pilih yang paling murah.
Kita susah bersaing lah lawat Kamboja, Sri Lanka, Bangladesh, susah. Jadi model bisnisnya harus diubah. Di situlah perlu teknologi. Di situlah perlu karyawan, teknisi, buruh yang lebih produktif. Di situlah perlu ada daya inovasi. Perlu ada kecepatan dalam bekerja dan sebagainya.
Itu perlu ada perubahan gitu ya. Dan itu hanya bisa dengan adanya kolaborasi antar sektor. Misalnya dari industri atau ekonomi ke sektor pendidikan ke sektor organisasi, profesi dan sebagainya.
Itu harus dimulai gitu ya. Jadi tidak ada solusi instan gitu, ya, kalau diharapkan langsung dan seketika itu tidak mungkin lah. Itu tidak realistis gitu, ya.
Tapi waktu lima tahun, menurut Pak Ilham cukup nggak? Ada perbaikan, ya. Jadi nggak langsung boom gitu. Nggak ada itu.
Saya kira nggak realistis gitu, ya. Tapi kan kita gini. Untuk lihat contohnya.
Lahan negara juga perlu waktu beberapa dekade. Kalau kita ingat China tahun 90-an, masih di bawah kita. Sekarang sudah lebih dua kali di atas kita, ya.
Dengan penduduk yang lima kali lebih penting daripada kita. Itu perlu waktu, Pak. Tapi harus dimulai.
Dan tren yang saya lihat saat ini. Dan kita sudah lihat tren itu sudah beberapa belas tahun. Itu diindustrialisasi, Pak.
Pertumbuhan industri tidak pernah dalam beberapa belas tahun yang lampau ini lebih besar daripada pendorongan ekonomi. Harus kita putar balikan. Sehingga industri lah yang menjadi pendorong utama daripada ekonomi kita.
Pak Ilham, setelah lapangan pekerjaan. Janji politik Bapak, apa lagi? Ya, saya kira pendidikan tadi sudah. Match, ya.
Selanjutnya, Pak. Kalau menurut saya juga harus kita mengenai penelitian ini, pengembangan. Juga harus lebih banyak di tempat gitu, ya.
Oke, ada hal yang lain. Tadi saya banyak bicara mengenai industri. Kita juga sadar sama-sama bahwasannya Jabar bukan industri saja.
Banyak sekali yang bergantung pada sektor yang lain. Pertanian, perkebunan, perikanan, parawisata, semuanya ada. Itu juga harus kita perkuat.
Nah, teori saya adalah kalau kita perkuat industri, SDM kita harus perbaiki. SDM yang kita perbaiki itu juga akan berkiprah di bidang yang lain. Mereka juga akan meningkatkan produktivitas, kualitas, daya inovasi dari keempat sektor tersebut.
Yang memang menjadi sektor mata pencarian banyak orang di Jabar. Pertanian, kita juga tahu bahwa di Jabar itu misalnya ada Karawang, Indramayu itu kan lumbung padi.
Jadi, kalau kita menggunakan misalnya teknologi di situ, kan yang kita selalu keluhkan kan produktivitas Indonesia kan masih di bawah Thailand misalnya.
Kenapa? Karena sebetulnya teknologi masih kurang sebagian. Misalnya, cara pemupukannya, atau kurang menggunakan mesin, atau juga banyaklah masalah di situ. Ada tantangan.
Itu juga akan terbandingkan dengan mempunyai mindset yang lebih ke industri. Jadi, industrialisasi daripada sektor agro juga akan mendorong produktivitas agro. Begitupun di pekebunan, begitu pun perikanan, begitu pun pariwisata.
Karena SDM-nya yang kalau dia sudah mengalami adanya profesionalisasi itu menjadi industri. Jadi, industri bukan saja manufaktur. Tapi industri adalah sesuatu, satu sektor ekonomi yang memang berjalan sesuai dengan ada proses bisnis yang jelas.
Ada kualitas, norma-norma kualitas yang standar. Ada juga profesi-profesi yang terjaga sesuai dengan keperluannya. Dia punya standar-standar di profesi masing-masing.
Nah, ini adalah industri sebenarnya. Jadi, yang lain bidang-bidang lain-lain itu juga akan secara otomatis dia juga mendapatkan manfaatnya. Jadi, bukan industri saja yang lain terlupakan.
Tapi, kalau saya bilang industrialisasi yang paling penting adalah transformasi SDM-nya. Itu nomor satu. Dan kalau pun, saya kasih contoh, mungkin biar lebih jelas.
Kita semua tahu Korea. Korea itu di tahun 50an, tarif itu sama dengan kita. Karena mereka baru melalui satu perang sadar yang besar sekali.
Tapi sekarang, mereka 10 kali lipat daripada kita. Kalau lihat dari segi pendapatan perkapitannya. Padahal mereka nggak punya SDA sama sekali.
Jadi, SDA tidak memegang peranan dari hal dalam itu kan kelihatannya. Mereka nggak punya nol SDA. Tapi yang mengamperanan apa? SDM.
SDM-nya mereka waktu tahun 50an, walaupun dia hancur debur waktu itu negaranya, tapi SDM-nya sudah unggul dan dia investasi ke situ terus. Investasi ke penelitian dan pengembangan. Sehingga industri-nya mereka maju kan.
Dia buat mobil listrik, dia buat pesawat, dia buat kapal laut, dia buat handphone, komputer, semua dia buat. Nah, selain dari itu, yang kita lihat juga, Drakor, Drama Korea, K-pop, maju. Itu memang industri kreatif.
Tapi industri, ini dia melakukan secara sistematis. Sehingga Drakor dan K-pop, dia secara global, dia top. Karena dia mengerti bagaimana memajukan itu sambil dia punya daya saing tertinggi.
Karena dia punya orang kreatif yang sudah melalui transformasi industri itu. Mindsetnya industri. Dia bisa.
Sistematis. Itu yang kita perlu juga lakukan. Karena kreativitas kita punya.
Tapi kreativitas itu menurut saya perlu kita salurkan. Ke arah yang sistematis itu. Sehingga itu menjadi satu industri.
Kalau sekarang, kadang saya lihat itu masih acak. Menurut saya itu perlu ada pembinaan secara sistematis. Sehingga mempunyai skala besar.
Kayak drama Korea kan luar biasa. Kalau kita nonton misalnya yang OTT kayak Netflix, Top 10 di Indonesia, 5 itu Korea. Itu bukan secara kebetulan menurut saya.
By design ya. By design, by system. By process.
Pak Ilham, banyak orang berpikir, kenapa kamu sekarang masuk ke dunia politik di usia 61 tahun?
Saya kan pengusaha. Jadi pengusaha. Sebenarnya saya profesional. Dan saya kira dalam beberapa dasar wasia yang lampau ini, saya melalui satu proses belajar.
Dan proses transformasi sendiri, dimana saya banyak belajar di Indonesia, di negara saya, mengenai keadaan di sini seperti apa, dan apa saja yang menjadi masalahnya di sini, dan juga bagaimana menyelesaikannya. Itu satu hal yang saya lalui dulu.
Kemudian juga dulu gini ya, sewaktu Bapak masih hidup, sampai dengan tahun 2019, saya masih agak muda gitu.
Karena ada Bapak gitu ya. Jadi untuk saya bertindak seperti ini, walaupun saya tidak pernah bertanya, tapi memang fokusnya lebih ke Bapak. Karena Bapak itu adalah negarawan. Dan saya tidak mau mengganggu itu.
Oh, tidak mau mengganggu posisi Bapak sebagai seorang negarawan, ya?
Enggak. Jadi dalam hal itu ya memang ada sedikit keangganan. Bukan sedikit, banyak keangganan saya. Tidak mau, ya, terlalu kelihatan berpolitik seperti itu, ya. Tidak.
Tapi meskipun Bapak enggak melarang sebenarnya, ya?
Tidak pernah melarang. Tapi Bapak selalu katakan, kalau kita mau mengembangkan negara dan bangsa, ada banyak caranya. Tidak harus melalui politik pemerintah.
Bisa juga dengan cara lain. Sebagai pengusaha, sebagai engineer, sebagai aktivis, sebagai orang media. Semuanya kita punya peranan dalam memadukan negara dan bangsa.
Tapi Bapak tidak pernah mengatakan jangan. Tapi dia serahkan itu kepada saya. Keputusan saya sendiri. Dan ini kan kelihatan. Saya membuat keputusan ini, Bapak sudah wafat lima tahun yang lalu, dan menjabat 25 tahun yang lalu.
Jadi memang bukan karena faktor Bapak, tapi karena adalah keputusan saya sendiri. Saya lihat ada keperluan, dan saya lihat juga saya yakin saya mampu. (tribun network/reynas abdila)
Baca juga: Fenomena Muncul Air di Bawah Masjid di Desa Bukit Baling Muarojambi Bikin Warga Kaget
Baca juga: Analisis Politik Pasca Al Haris Dapat PKS, Romi Hariyanto Bisa Sulit dan Bisa Untung di Pilgub Jambi
Saksi Kata, Anggota HMI Dikeroyok di UIN STS Jambi hingga Kepala Bocor |
![]() |
---|
Saksi Kata: Sesepuh Kenali Asam Atas Kota Jambi Siap Mati, Heran Zona Merah Pertamina |
![]() |
---|
SAKSI KATA Pasien Somasi RSUD Kota Jambi, Pengacara: Anak 4 Tahun Meninggal |
![]() |
---|
Juliana Wanita SAD Jambi Pertama yang Kuliah, Menyalakan Harapan dari Dalam Rimba |
![]() |
---|
SAKSI KATA: Pengakuan Rosdewi Ojol Jambi yang Akunnya Di-suspend karena Ribut vs Pelanggan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.