Nilai Tukar Dolar

Pelemahan Rupiah Buat Jokowi Gusar, Fundamental Ekonomi RI Masih Sangat Kuat

Airlangga Hartarto menyatakan optimisme terhadap defisit anggaran APBN 2025 untuk bisa dipertahankan di bawah 3 persen.

Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
UANG - Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) dan Rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/6). Nilai tukar rupiah mencapai posisi terlemah sejak April 2020, saat Indonesia baru saja dihantam pandemi Covid-19.TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Nilai tukar rupiah.

JAKARTA, TRIBUN – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan optimisme terhadap defisit anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 untuk bisa dipertahankan di bawah 3 persen.

Target defisit anggaran itu ditetapkan untuk mengantisipasi pembayaran bunga utang pada tahun depan yang diperkirakan meningkat karena pengaruh suku bunga global dan tekanan mata uang dolar Amerika Serikat.

Menurut Airlangga, rancangan defisit tersebut diharapkan menjadi dorongan bagi semua pihak untuk tetap optimis terhadap kondisi perekonomian nasional saat ini dan ke depannya.

“Baru jadi alarm itu kalau kita lihat defisit anggaran di negara-negara Uni Eropa (UE) yang rata-rata 5-7 persen. Alarmnya bunyinya di Eropa bukan di Indonesia, Indonesia masih di bawah 3 persen,” jelas Menko Airlangga di Jakarta, Jumat (22/6/2024).

Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Bank Sentral UE juga sudah mengingatkan negara-negara anggotanya untuk memelihara tingkat defisit anggaran di bawah 3 persen.

“Anda bisa lihat negara Jerman, Prancis, Italia, itu (defisitnya) antara 5-7 persen, dan Indonesia di bawah 3 persen, jadi tidak perlu panik. Mereka sudah dapat peringatan dari Bank Sentral UE kalau negara-negara UE harus ikut seperti negara-negara Asia,” tegasnya.

Selain kemampuan menjaga fundamental ekonomi Indonesia agar tetap kuat menjadi hal yang terpenting, Menko Airlangga meyakini bahwa kebijakan perekonomian Pemerintah di tahun depan masih akan tetap sejalan dengan kebijakan yang ada saat ini.

Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Makin Terpuruk, PHK Massal Hantui Industri Padat Karya Orientasi Ekspor

Baca juga: Nilai Tukar Dolar Hari Ini: Rupiah Tampil Perkasa, Mata Uang dengan Penguatan Terbesar di Asia

Kemudian, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 tercatat memperoleh surplus 2,93 miliar dolar AS dan mampu melanjutkan tren surplus selama 49 bulan berturut-turut.

Meski tereduksi dengan defisit sektor migas, surplus neraca perdagangan tersebut didukung oleh surplus sektor nonmigas sebesar 4,26 miliar dolar AS.

Peningkatan ekspor nonmigas Indonesia pada Mei 2024 dibandingkan April 2024 diikuti dengan meningkatnya nilai ekspor ke sebagian besar negara tujuan utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Selain itu, ekspor Indonesia ke ASEAN dan UE juga mengalami kenaikan

“Selain dari segi trade kita surplus, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif tinggi di 5,11 persen, kemudian inflasi rendah di 2,8 persen kemudian juga dari daya saing juga relatif tinggi. Peringkat daya saing Indonesia naik sebanyak 7 tingkat pada 2024 ini, tertinggi dalam 6 tahun terakhir,” tutur Airlangga.

Riset IMD World Competitiveness Ranking 2024 mencatat bahwa Indonesia menduduki posisi ke-27 dari 67 negara, di mana pada 2023 lalu Indonesia berada di posisi ke-34.

“Jadi secara fundamental Indeks Keyakinan Konsumen juga baik, PMI kita juga positif di atas 50,” paparnya.

Meskipun kondisi fundamental ekonomi masih stabil, namun Pemerintah masih terus menjaga faktor sentimental regional dan mendorong masuknya investasi.

Pemerintah mendorong Devisa Hasil Ekspor serta meminta pengusaha yang ekspornya masih punya devisa di luar negeri untuk dimasukkan ke dalam negeri.

Baca juga: BI Terbitkan Instrumen Moneter Baru Pendukung Stabilitas Nilai Tukar Rupiah

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved