WAWANCARA EKSKLUSIF

Hilirisasi Sawit RI Perbanyak Nilai Tambah, Managing Director Sinar Mas, Saleh Husin Seri I

Saleh Husin yang kini merupakan Managing Director Sinar Mas, menilai potensi pemanfaatan sawit RI masih kurang optimal sehingga perlu dilakukan hiliri

Editor: Duanto AS
TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN
Managing Director Sinar Mas, Saleh Husin (kiri), bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra (kanan), di Studio Tribun Network, Jakarta Pusat, Selasa (5/3). 

Atau paling tidak sudah ada turunan-turunannya.

Nah, kita selama ini ekspor CPO terutama ke negara Eropa tapi justru memanfaatkannya, yaitu dengan mengekspor kembali ke negara lain menjadi barang jadi.

Di samping itu kita juga sudah pelajari bahwa setiap ekspor CPO ke negara lain itu dilakukan hilirisasi oleh mereka supaya menjadi nilai tambah.

Dari riset yang kami teliti itu kami melihat bahwa ada sekitar 62 negara yang menikmati dari perdagangan sawit kita baik masih CPO sampai barang setengah jadi.

Menurut kami, itu sangat disayangkan padahal Indonesia bisa melakukan itu.

Berangkat dari situ artinya penelitian saya tidak masuk ke dalam tanamannya tetapi after dari pada tumbuhan menjadi CPO lalu diturunkan menjadi produk barang jadi sehingga mendapatkan nilai tambah yang baik.

Sehingga melalui riset ini, kami paling tidak bisa memberikan masukan kepada pemerintahan agar menyediakan wadahnya bagi Industri kita. Itu supaya Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah yang lebih besar dari bangsa kita.

Kalau tidak, kita hanya boleh dibilang sebagai produsen terbesar namun yang justru mendapatkan keuntungan orang lain. Itu yang menjadi rugi bagi bangsa.

Saya tertarik riset Pak Saleh bahwa harga minyak sawit itu ditentukan oleh bursa di Malaysia dan Rotterdam. Mengapa begitu?

Saya kira, pertama, adalah mungkin mereka baik Malaysia dan Belanda sudah melakukan perdagangan sawit sejak lama.

Sehingga orang sudah terbiasa dengan bursa sawit kedua negara itu.

Tapi kita lihat Indonesia produksi kelapa sawitnya berkembang menjadi lebih besar dari Malaysia.

Saya kira sayang kalau kita menjadi pemain tebesar di satu sisi harga masih ditentukan oleh negara lain.

Harusnya hukum dagang kalau kita punya barang maka kita yang mengatur harga.

Kita ingin bisa menarik transaksi yang selama ini ditentukan di bursa Malaysia dan Rotterdam itu pindah ke bursa sawit Indonesia.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved