Mengenal Novita Sari Yahya, Perempuan Berdarah Jambi Pemegang 40 Lisensi Pageant Internasional

Cantik dan anggun. Itulah sosok Novita Sari Yahya, yang penuh kelembutan dan sikap keibuan, murah senyum dan suka mengayomi

Editor: Suang Sitanggang
ist
Novita Sari Yahya, Pemegang 40 Lisensi Pageant Internasional 

Novita menyadari bahwa proses penuaan dengan kerutan di wajah adalah proses manusia tumbuh dan hidup dalam siklus kehidupan.

Ketika perempuan menyadari bahwa kecantikan akan memudar sejalan dengan pertambahan usia, maka dia akan memfokuskan diri pada eksplorasi pemikiran dan progresivitas pemikiran.

Kecantikan adalah keseimbangan antara progresivitas pemikiran, konsep berpikir dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan.

Penerapan pola dan gaya hidup sehat dengan merawat kecantikan tubuh tanpa mengeksploitasi berlebihan baik dengan mengubah bentuk tubuh maupun eksploitasi berlebihan terhadap tubuhnya dengan dandanan berlebihan agar menjadi pusat perhatian masyarakat.

Menurut Novita, eksploitasi berlebihan terhadap tubuh perempuan adalah bentuk dari bekerjanya mesin industri kapitalisme.

Sebagai perempuan mandiri, Novita juga mengagas konsep filantropi dari desa menuju dunia digitalisasi sebagai wujud dari kekhawatirannya akan gerakan Neo Kapitalisme, Neo Liberalisme yang akan menuju gerakan Neo Imprealisme .

Keterlibatan Novita dalam penelitian dan kajian program di mulai ketika diutus menghadiri workshop universal health coverage Jabar Maret 2010.

Sepulang dari seminar dan workshop tersebut Novita memfokuskan pada kajian tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan judul tulisan; “Kenapa Revisi Jamkesda Diperlukan dalam Rangka Pembangunan Kesehatan yang Adil dan Merata Ditinjau dari Aspek Kemiskinan”.

Guna mencegah gaya baru Neo Imprealisme, menurut Novita, dibutuhkan satu program yang menghambat lajunya gerakan Neo Kapitalisme dan Neo Liberalisme Global yaitu dengan konsep filantropi dari desa menuju dunia digitalisasi.

Perempuan yang suka menantang debat teman sesama aktivis terutama pria yaitu Rocky Gerung, Budiman Sudjatmiko, Rizal Ramli dan lain-lain ini menyatakan alasannya suka berdebat.

“Ketika saya sebagai perempuan sudah mampu mendebat ide dan gagasan para pria maka itu yang salah satunya disebut dengan kesetaraan gender,” ungkapnya.

Menurut Novita kesetaraan bukan hanya sekedar bekerja, untuk uang dan posisi jabatan tertentu, tapi Perempuan, harus mampu merubah konsep berpikir yang salah dan berani berdebat dan beradu argumentasi pemikiran dengan para pria.

Pencapaian diri sebagai wanita menurut Novita Sari Yahya adalah ketika seorang perempuan mampu menjalani keseimbangan peran sebagai ibu, berkontribusi bagi masyarakat, dan tidak berada dalam ruang hidup sebagai perempuan ibuisme.

Penulis kajian bapakisme-ibuisme dalam konstruksi sosial keperempuanan Indonesia dan pencapaian SDGs ini menyadari bahwa kesetaraan gender adalah posisi di mana perempuan mampu menjadi versi terbaik bagi dirinya dan berkontribusi nyata bagi masyarakat termasuk merubah hal buruk yang sedang berjalan yang merupakan bentuk dari Neo kapitalisme, Neo liberalisme yang akan bermuara kepada Neo Imprealisme. (**)

Baca juga: Dibuka Kesempatan Jadi Perwakilan Indonesia Untuk 11 Ajang Internasional 2024

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved